Oleh : Mahyudin Rumata

SABUROmedia – Nenek Moyangku Seorang Pelaut, “Masa depan kita ada di laut”, hingga pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ‘Kita telah lama memunggungi Laut’. Kalimat yang sering kita jumpai tatkala obrolan seputar isu Kelautan menggema di ruang-ruang publik.

Kembali ke topik “ Laut, Masa Depan Kita ”. Teringat kompilasi hasil riset (Kerja sama Amerika-Indonesia melalui Program USAID) yang dibukukan dengan judul “The States of the Sea”, menggambarkan tentang potensi menakjubkan dimiliki Indonesia di Laut. Beberapa fakta-fakta penting yang di ulas bahwa Indonesia berada dalam perlintasan arus besar yang menghubungkan antara dua samudera yakni Pasifik dan Hindia.

Besarnya arus tersebut mencapai 15 svedrup (1 svedrup setara dengan 1 juta air per detik), artinya bahwa Indonesia menjadi lokomotif utama dalam sabuk sirkulasi global atau dikenal dengan Great Ocean Conveyor Belt (GOCB). Dengan demikian, negara kita (Indonesia) menjadi satu-satunya tempat perlintasan dan pendistribusian perairan permukaan air hangat dan dingin ke seluruh dunia.

Indonesia juga menjadi negara dengan luas terumbu karang terbesar di kawasan Asia Tenggara yakni 39.500 km persegi dengan mencakup 16 persen habitat karang dunia. Itu menempatkan negara kita sebagai produsen utama larva karang di dunia.

Selain terumbu karang, Indonesia memiliki spesies penyu terbanyak di dunia, menjadikan Indonesia sebagai habitat 6 spesies penyu laut dari 7 spesies penyu laut yang terdapat di dunia. Belum lagi, untuk sektor perikanan, Indonesia sebagai negara penghasil ikan terbesar kedua di Dunia setelah Tiongkok. Berdasarkan laporan Food And Agriculture Organization (FAO), produksi ikan Indonesia sebesar 5,7 juta ton dengan potensi total produksi sebesar 9,93 juts ton. Namun demikian, berdasarkan laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Keputusan Menteri 47/2016, jumlah ikan yang boleh ditangkap hingga mencapai 7,95 juta ton.

Potensi lain adalah Indonesia memiliki 3,25 juta hektare mangrove yang tersebar di sepanjang pesisir pantai. 50 persen total luas areal mangrove tersebut berada di Papua Barat, sebagian yang lain banyak dijumpai di sepanjang pesisir Sumatra dan Kalimantan.

Melansir Laporan Professional Association of Diving Instuctors (PADI) menempatkan Indonesia sebagai tempat menyelam terbaik ke-5 dari tujuan menyelam teratas di dunia. Lain halnya dengan laporan CNN bahwa Laut Indonesia menempati setengah dari 10 tempat menyelam teratas di Dunia. Saat ini terdapat 710 tempat penyelaman di Indonesia dan kurang lebih 400-an bisnis menyelam yang sedang beroperasi di Indonesia.

Dianugerahi perairan yang luas, laut Indonesia memiliki kedalaman rata-rata 200-300 meter, ada cekungan dan palung laut dalam serta beberapa gunung api laut yang aktif. Oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada Tahun 1929-1930 melalui Ekspedisi Snellius menemukan adanya 27 lubuk palung dalam, palung paling dalam di temukan di Laut Banda, Kepulauan Maluku.

Laut kita adalah rumah bagi ribuan spesies, potensi bagi masa depan Indonesia. Bagaimana tidak, laut, merupakan dapur penyedia protein penting yang secara tradisional telah menjadi sumber makanan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Hingga saat ini, ikan secara konsisten berkontribusi lebih dari 10 persen total konsumsi protein makanan dan lebih dari 50 persen total dari asupan protein hewani.

Berada di Garis Khatulistiwa dan rute laut yang sangat penting, Indonesia memainkan peranan penting dalam rantai pasokan global. Memiliki Tiga jalur utama yang dikenal dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II dan III, telah menjadikan perairan Indonesia sebagai aktor utama lalu lintas maritim global. Diasumsikan 44 persen dari lalu lintas laut global dan 95 persen kapal di wilayah Asia Pasifik melalui perairan Indonesia.

Membangun Kesadaran dan Memperkuat Sistem

Seberapa besar potensi kekayaan alam laut kita, jika salah kelola dan salah sasaran pemanfaatan serta monitoringnya, maka tidak ada artinya. Bukan tidak mungkin seperti pengelolaan sumber daya alam di darat yang banyak merugikan rakyat dan terjadi konflik agraria di mana-mana. Kesadaran tentang pentingnya laut untuk keberlanjutan hidup dan pengelolaannya, mesti terus digalakkan melalui kampanye dan capacity building masyarakat. Hal itu agar masing-masing pihak menyadari diri bahwa laut adalah masa depan dan sumber penghidupan kita.

Di sisi lain, penting untuk negara melakukan proteksi terhadap pengamanan sektor kelautan. Indonesia perlu didukung oleh sistem monitoring dan observasi yang terintegrasi dengan baik. DR Anastasia (Peneliti Oseonografi Fisik) mengemukakan bahwa sistem monitoring dan observasi menjadi keharusan agar dapat melakukan investigassi jangka panjang untuk menjaga dan memelihara laut kita.

Saat ini, Indonesia belum menganggap sistem monitoring dan observasi laut menjadi sesuatu yang strategis. Toh kalaupun ada, sistemnya lebih bersifat taktis bukan prioritas.

Ketergantungan kita pada negara lain, akibatnya Indonesia tidak bisa merekam data secara real time karena alasan keamanan negara. Padahal data merupakan alat strategis untuk mendesain rencana pembangunan kelautan. Kini, dunia sedang menuju transformasi ekonomi berkelanjutan (Susteinable Economic). Sistem observasi dan monitoring di laut menjadi keharusan untuk memperkuat gagasan Poros Maritim Dunia sebagaimana yang digaungkan oleh Pemerintahan Jokowi pada 2014 lalu.

*** Penulis adalah Pemerhati Maritim Indonesia, Wasekjen DPP KNPI Bidang Maritim dan Keamanan Laut.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *