Oleh: Harmin Samiun
Sebuah nikmat terbesar dari Allah SWT kepada umat ini dengan kehadiran sosok manusia yang sangat berjasa dan berharga sebagai uswatun hasanah teladan sepanjang zaman. Tak hengkang namanya menjadi buah bibir percakapan generasi dikalangan umatnya. Siapakah gerangan orang itu ? yakni Rasulullah Muhammad Saw. Melalui beliaulah Umar bin Khattab ra dan Ali bin Abi Thalib ra takjub mendengarkan cerita sosok manusia tak terkenal di bumi, tapi terkenal di langit dan doanya mustajab. Bagi orang yang terpikat hatinya bergelut dengan sejarah generasi terdahulu. Maka dia akan menemukan secercah kisah yang mengharumkan untuk disimak dan dipelajari serta di ambil hikmahnya tentang generasi tersebut. Pada tulisan ini, penulis mencoba menyugguhkan kisah generasi terbaik Uwais al-Qarni dari negeri Yaman. Uwais al-Qarni merupakan salah satu diantara deretan generasi tabi’in hidup sezaman dengan Rasulullah Saw tapi tak pernah berjumpa dengan beliau.
Namanya terukir dalam sejarah kehidupan manusia di abad ini melalui tulisan para ulama dan cendekiawan muslim. Kisahnya menjadi nasehat diantara para da’i dalam menyemangati umat untuk mengambil itibar atau hikmah terindah dalam memahami potret generasi tesebut untuk dijadikan bahan renungan dalam menapaki perjalanan hidup ini untuk semangat dalam melakukan kebaikan sepanjang detak nafasnya. Uwais al-Qarni dikenal sosok yang sangat sederhana, kesehariannya berprofesi sebagai pengembala kambing dan gajinya tak mencukupi untuk keperluan hidup. Tinggal bersama ibunya tercinta, merawatnya penuh kelembutan di tengah kondisi fisik seorang ibu yang makin melemah seiring bertambahnya usia. Seorang pemuda tak terpandang dalam strata sosial. Namun semangatnya luar biasa mampu menunjukkan baktinya kepada ibunya, disaat seorang ibu mengikhtiarkan diri untuk menunaikan ibadah haji ke baitullah tanah suci Mekkah.
Hal itu menjadi ujian terberat bagi Uwais di tengah himpitan ekonomi yang serba kekurangan. Namun tak ada satupun kalimat atau kata yang terucap dalam lisannya untuk membantah keinginan ibunya. Hal ini sejalan dengan apa yang di uraikan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an.
﴿ ۞ وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا ٢٣ ﴾ ( الاسراۤء/17:23)
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.{QS. Al-Isra:23 ).
Bakti dia kepada seorang ibu, ia tunjukkan dengan membeli sekor anak lembu diletakkan di bahunya untuk melatih fisiknya dengan mendaki bukti pegununggan. Setiap bulan berlalu anak lembu itu makin besar selama delapan bulan lamanya. Berbagai cemohan di alamtkan kepada dirinya dengan kata-kata hinaan, namun tak memperdulikan hinaan itu. Ia jalani latihan penuh kesabaran dan ketekunan. Orang yang menghina dirinya tak menyangka. Apa yang dilakukan oleh Uwais al-Qarni selama ini bertujuan untuk melatih fisiknya agar bisa mengendong ibunya melaksanakan ibadah haji.
Tibalah musim haji. Uwais al-Qarni mengendong ibunya dengan berjalan kaki dari negeri Yaman ke Mekkah kurang lebih 1.100 kilometer perjalanan. Saat di Mekkah, ibunya sangat bahagia dan terharu menyaksikan keindahan baitullah disaat melaksanakan ibadah haji. Uwais lantas berdoa memohonkan ampun kepada Allah SWT atas dosa ibunya. Ibunya keheraan ketika mendengar doa Uwais, lalu berkata ” bagaimana dengan dosamu wahai anakku”. Uwais menjawab “dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga”. Cukuplah ridho ibu yang akan membawaku ke dalam surga. Di saat yang sama Allah SWT menyembuhkan penyakit Uwais al-Qarni dan hanya disisakan bulatan putih kecil di telapak tangannya, tanda itulah yang bisa di kenali oleh sahabat Umar bin Khattab ra.
Perjalanan Menuju Ke Madinah
Ketika rangkaian proses ibadah haji selesai dilaksanakan. Uwais memohon izin kepada ibunya untuk bisa berjumpa dengan Rasulullah Saw di Madinah. Ibunya menitipkan pesan agar secepatnya pulang di saat menemui Rasulullah Saw. Pergilah Uwais ke Madinah di tengah gurun pasir yang panas di siang hari dan malam yang dingin tak menyurutkan niatnya untuk berjumpa dengan Nabi selama ini ia rindukan. Tibalah Uwais di Madinah langsung menuju rumah Nabi, dan mengetuk pintu sembari memberi salam. Di balik tabir Aisyah menjawab salam. Lalu Uwais menanyakan perihal nabi untuk berjumpa dengan beliau. Namun rasulullah tak ada di rumah melainkan berada di medan perang.
Sungguh kegelisahan yang menyelimuti hati Uwais di saat ingin berjumpa dengan seorang yang di rindukan selama ini tak berada di tempat. Bergumam dalam hatinya apakah harus menunggu nabi dari perang?. Di saat yang sama teringat pesan ibunya untuk tak boleh berlama-lama di Madinah jika sudah berjumpa dengan nabi.
Melupakan kegundahan hati dikala tak berjumpa dengan sosok manusia yang selama ini dirindukan. Lalu Uwais pamit ke Aisyah dan menitipkan salam kepada nabi. Sekembalinya Rasulullah Saw dari perang. Sampai di rumah beliau menanyakan kepada Aisyah tentang orang mencari dirinya. Nabi menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang berbakti kepada ibunya. Dia penghuni langit ( terkenal di langit). Mendengar penjelasan itu Aisyah dan sahabat nabi tertegun.
Rasulullah Saw menghabarkan “jika kalian bertemu dengan dia ( Uwais al-Qarni) liat dan perhatikan tanda putih kecil di tengah telapak tangannya”. Lalu Rasulullah Saw menyampaikan kepada Umar bin Khattab ra dan Ali bin Abi Thalib Ra. Jika kalian berjumpa dengan dia mintalah doa dan memohonkan ampun. Sebab dia penghuni langit dan bukan penghuni bumi. Ketika meninggalnya Rasulullah Saw, dan Abu bakar Ash-Shiddiq ra, maka tugas kepempimpinan sebagai seorang Khalifah di serahkan kepada Umar bin Khattab ra. Disaat yang sama teringat pesan Rasulullah Saw tentang sosok pemuda bernama Uwais al-Qarni.
Maka Umar mengajak Ali bin Abi Thalib untuk menemui Uwais dan menanyakan setiap Kabila dari negeri Yaman hendak berdagang ke Madinah.
Ketika Umar bertanya kepada setiap kabila yang lewat perihal Uwais, salah seseorang dari kabilah itu merasa heran kenapa Khalifah menanyakan sosok pemuda itu. Datang kabilah berikutnya, lalu Umar menanyakan hal yang sama, dan memberitahukan bahwa Uwais bersama mereka menjaga unta-unta di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, Umar dan Ali bergegas menemui Uwais di tenda perkemahan. Lalu mereka menyampaikan salam, namun Uwais dalam keadaan sholat dan selesai sholat baru Uwais menjawab salam dan berjabat tangan dengan ke dua sahabat nabi tersebut. Dalam keadaan seperti itu, Umar langsung membalikkan telapak tangan Uwais, dan melihat kebenaran ada tanda putih kecil di telapak tangannya sebagaimana di jelaskan Nabi tentang hal itu bahwa dia memang penghuni langit. Lantas kedua tamu itu bertanya siapakah nama saudara. ” Abdullah” jawab Uwais. Mendengar jawaban itu khalifah Umar tertawa dan menjelaskan bahwa kami juga Abdullah ( hamba Allah). Umar bertanya kedua kalinya siapa sesungguhnya nama saudara. Uwais kemudian menjawab “ saya Uwais al-Qarni” wahai Amirul mukminin.
Berkenaan dengan itu, bahwa Uwais bisa ke Madinah bersama rombongan dari Yaman dengan sebab ibunya telah meninggal dunia. Di saat yang sama, lalu Umar menyerukan agar kiranya Uwais bisa berdoa dan memohonkan ampun kepada Allah SWT atas dirinya. Namun dia keberatan atas permintaan Umar, dan balik bertanya justru sayalah yang harus meminta doa Kepada kalian. Mendengar itu, Khalifah langsung menjelaskan bahwa kedatangan kami kesini untuk meminta didoakan, sebagaimana wasiat Rasulullah Saw sebelum wafatnya. Karena di desak Uwais lantas mendoakan kedua sahabat tersebut.
Setalah itu Umar menyampaikan bahwa kebutuhan hidup Uwais akan di tangung melalui dana ” Baitul Mal” ( uang negara). Namun beliau menampik atau menolak tawaran itu, sambil mengatakan hamba memohon supaya cukup hari ini saya di ketahui orang dan hari -hari selanjutnya tak ada lagi orang mengetahui saya.
Meninggalnya Uwais Menggemparkan Penduduk Yaman
Seiring berjalannya waktu, berapa tahun kemudian. Uwais al-Qarni meninggal dunia. Kematiannya menggemparkan penduduk Yaman. Bagaimana tidak. Terjadi berbagai fenomena diluar perkiraan manusia saat itu. Ketika jenazah Uwais hendak dimandikan, telah banyak ribuan manusia memandikan jenazahnya. Begitu juga dihendak dikafani, di sholatkan, maupun di kuburkan. Ternyata yang melakukan itu semua adalah malaikat yang diturunkan dari langit. Peristiwa itulah, orang merasa heran kenapa ada orang asing belum pernah di lihat sebelumnya hadir disaat meninggalnya Uwais al-Qarni. Orang- orang disekitarnya bertanya siapa sebenarnya Uwais al-Qarni ini. Bukankah Uwais al-Qarni yang kita kenal selama ini, sosok manusia yang kesehariannya hanyalah seorang pengembala kambing.
Tapi kenapa kematiannya mengemparkan penduduk Yaman. Situasi inilah orang tak mengetahui bahwa Uwais al-Qarni merupakan sosok manusia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit. Baktinya kepada seorang ibu semasa hidupnya mengantarkan dirinya menjadi sosok pribadi yang di cintai Allah SWT dan dibanggakan oleh malaikat-Nya.
*** Penulis adalah Guru SMP Cendekia Ambon