Oleh:
Nanang Mubarok
SABUROmedia — Setiap tahun, Hari Bumi diperingati oleh berbagai negara sebagai momentum untuk memperkuat kesadaran global akan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Tahun ini, peringatan Hari Bumi ke-55 yang jatuh pada 22 April 2025, kembali menggugah kita semua untuk merenungkan kondisi bumi hari ini—yang semakin terdampak oleh perubahan iklim, eksploitasi sumber daya alam, dan krisis ekologis lainnya.
Dalam semangat memperingati Hari Bumi, DPP Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) menginisiasi Gerakan Nasional Menanam 1.000.000 Pohon. Gerakan ini merupakan ajakan kepada seluruh kader, pengurus, guru ngaji, santri Al-Qur’an, pemuda remaja masjid, dan masyarakat luas untuk ikut serta dalam aksi nyata penghijauan, sebagai bentuk tanggung jawab kolektif terhadap pelestarian lingkungan hidup.
Menanam pohon bukan hanya kegiatan simbolik. Ia adalah investasi jangka panjang untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Ia adalah ikhtiar peradaban. Ketika kita menanam pohon hari ini, kita sedang menanam udara bersih, air yang cukup, keteduhan, dan kehidupan yang berkelanjutan untuk generasi yang akan datang.
Ajaran agama, khususnya Islam, telah lama menanamkan nilai-nilai ekologis dalam praktik keimanan. Islam mengenal konsep khalifah fil ardh—bahwa manusia diciptakan bukan untuk merusak, melainkan untuk merawat bumi sebagai bentuk amanah dari Sang Pencipta. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda: “Jika hari kiamat datang, sementara di tangan salah satu dari kalian ada benih pohon, maka tanamlah.” Sabda ini mengandung makna yang sangat mendalam: bahwa merawat bumi adalah tugas mulia, bahkan hingga detik-detik terakhir kehidupan.
Lebih lanjut, dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda: “Tidaklah seorang Muslim menanam pohon, kemudian hasilnya dimakan oleh burung, manusia, atau hewan, melainkan akan menjadi sedekah baginya.” Dengan demikian, aktivitas menanam pohon bukan sekadar urusan ekologis, tetapi juga merupakan ibadah yang memiliki dimensi spiritual.
Gerakan penghijauan yang kami galang juga selaras dengan tema peringatan Hari Bumi 2025 yang diusung oleh pemerintah: “Energi Kita, Planet Kita.” Tema ini mengajak semua pihak untuk menyadari bahwa energi perubahan ada dalam diri kita, dan planet ini adalah tanggung jawab bersama. Maka kolaborasi antara negara, masyarakat, dan institusi sosial-keagamaan menjadi sangat penting dalam membangun kesadaran kolektif menjaga bumi.
Kami percaya bahwa organisasi masyarakat keagamaan, seperti BKPRMI, memiliki peran strategis untuk menjadi motor penggerak dalam membumikan nilai-nilai pelestarian lingkungan. Bukan hanya melalui seruan, tetapi melalui teladan dan aksi nyata yang berkesinambungan.
Sudah saatnya kita melihat lingkungan bukan sebagai isu teknis semata, tetapi sebagai bagian integral dari kehidupan beragama dan berbangsa. Krisis iklim tidak mengenal batas agama, negara, maupun status sosial. Maka jawabannya pun harus bersifat lintas-sektoral dan lintas-nilai.
Kami mengajak semua pihak untuk bergandengan tangan. Mari menanam pohon sebagai simbol harapan, sebagai amal jariyah, dan sebagai bukti cinta kita kepada bumi, ciptaan Allah yang agung.
*** Penulis adalah Ketua Umum DPP BKPRMI