SABUROmedia, Malteng — Dalam rangka diversifikasi pangan lokal, maka salah satu tugas dari Dinas Ketahanan  Pangan di setiap kabupaten/ Kota di Indonesia adalah mensosialisasikan ke Masyarakat jenis – jenis pangan lokal sebagai pengganti beras.

 

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Maluku Tengah, Juliana Haumahu., S.Pi yang ditemui di Masohi, Kamis, (19/1/2023) menjelaskan bahwa, bahan pangan lokal yang ada dikabupaten Malteng adalah sagu manta yang nantinya diolah sebagai bahan makanan papeda dan sagu kering, Kasbi/ singkong, Keladi, petatas, kumbili, ubi, pisang dan lainnya.

 

” Itu adalah makanan pokok yang merupakan sumber karbohidrat” cetusnya

 

Haumahu menandaskan, sebagian bahan pangan lokal tersebut penjualannya masih sebatas pasaran lokal di dalam daerah saja, tetapi  untuk pengembangan makanan pokok tersebut menjadi produk pangan yang bisa menjangkau pasar diluar daerah dan bersaing di pasaran tanah air, maka pihaknya masih terkendala dengan upaya untuk meningkatkan kualitas dari bahan pangan tersebut.

 

Pasalnya,  untuk barang pangan dapat menembus pasaran yang luas  di daerah lain syaratnya harus memiliki daya saing yang kuat, dan sejumlah sertifikat dari Balai POM, sertifikat halal dan sebagainya.

 

Namun ditengah kendala tersebut, Dinas Ketahanan  Pangan Malteng tidak henti- hentinya melakukan pelatihan bagi unit usaha pengelolaan bahan pangan baik secara  perorangan maupun kelompok usaha, UMKM dan lainnya,  yakni dengan pengolahan bahan pangan  lokal seperti kasbi atau singkong yang di olah menjadi tepung Mocaf ( Modified Cassava Flour)

 

Menurut Haumahu, keunggulan dari tepung Mocaf  ini adalah, selain memiliki harga jual yang cukup tinggi, tepung ini juga bisa tahan lama dengan durasi waktu sampai 1 tahun, selain itu juga warnanya putih bersih.

 

” Tepung Mocaf  ini bisa digunakan sebagai bahan pangan pengganti terigu” cetusnya.

 

Sementara bahan pangan lain yang bisa dijadikan tepung adalah pisang, dimana saat dijadikan tepung.  bahan tersebut bisa bertahan selama 1 tahun  dan warna tepungnya putih bersih.

 

Menurut Kadis Badan Ketahanan Pangan Malteng itu, Ide untuk membuat bahan pangan dari pisang tersebut karena hasil pertanian buah pisang harganya terlalu murah ditingkat pentani.

 

” Coba bayangkan. jika satu rambu/tandan pisang dari Petani hanya dihargai Rp 50.000, kemudian dibeli pedagang dipasar kemudian dijual dengan harga Rp 100.000, berarti Petani menunggu waktu berbulan – bulan hingga tahun baru mendapatkan Rp 50.000 sedangkan Pedagang tidak sampai 1 jam mendapatkan keuntungan yang sama ” jabarnya.

 

Haumahu mengungkapkan, dalam rangka meningkatkan kualitas bahan pangan lokal, setiap tahun ,  Dinas Ketahanan Pangan Maluku Tengah selalu melakukan pelatihan di setiap kecamatan yang ada  di Kabupaten Maluku Tengah. (SM-NKMalteng) .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *