SABUROmedia, Ambon – Yellowfin tuna merupakan salah satu potensi sumber daya perikanan tangkap yang menjadi komoditas unggulan daerah di Maluku dengan tingkat produksi yang fluktuatif dimana tahun 2020 mencapai 14.349 ton atau turun 53% dibandingkan tahun 2019.

Hal ini disampaikan Promovendus Ilham Tauda dalam Ujian Terbuka Pascasarjana Universitas Pattimura Promosi Doktor Ilmu Kelautan, dengan judul “ Kebijakan, Perikanan Tuna Skala Kecil, Gugus Pulau 7 Provinsi Maluku, “ pada Rabu (18/8/21) di Aula Rektorat Kampus Unpatti dan secara Virtual.

Terlihat, Promotor beliau Prof Dr Ir J. Hiariey ., M.SC, yang juga Ketua Program Studi Ilmu Doktor Ilmu Kelautan, Dr Y. Lopulalan., S.Pi., M.Si sebagai Ko Promotor 1, dimana beliau juga adalah Dekan Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan Unpatti serta Dr Ir D Bawole., M.Si sebagai Ko Promotor 2 serius mendampinginya.

Sedangkan Penguji Eksternal hadir juga Prof Dr Ir Mulyono Baskoro ., M.Sc, Guru Besar Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor. Sementara yang bertindak sebagai Tim Penguji Internal terdiri dari, Prof Dr Ir Alex Retraubun., M.Sc, Prof Dr Ir Agus Tupamahu., M.Si, Dr Ir Stevi Siahanenia., M.Si , dibantu Tim Penguji Akademik Dr Ruslan Tawari., S.Pi., M.Si dan Ibu Dr Helen Nanlohy., S.Pi., M.Si.

Menurutnya, Produksi yellowfin tuna berdasarkan gugus pulau tertinggi berada Gugus Pulau 7 dengan tingkat kontribusi 48% dibandingkan gugus pulau lainnya di Maluku, Nelayan tuna skala kecil memberikan andil besar dalam kontribusi produksi yellowfin tuna di Maluku.

” Namun usaha perikanan tuna hand line skala kecil tidak berjalan stabil dan relatif tidak bertahan dalam jangka panjang disebabkan oleh menurunnya usaha perikanan tuna skala kecil, ” ungkap Ilham Tauda dalam disertasinya yang berjudul Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tuna Hand Line Skala Kecil di Gurus Pulau 7 Maluku.

Kata dia Penurunan usaha nelayan antara lain sebabkan oleh ketersediaan sumber daya tuna yang semakin terbatas untuk diakses oleh nelayan, biaya produksi yang meningkat serta tata kelola hasil perikanan yang belum optimal.

Penelitiannya ini dilakukan bertujuan : 1) Menganalisis tingkat produksi dan komposisi ukuran dan yellowfin tuna di Gugus Pulau 7; 2) Menganalisis tingkat efisiensi usaha pengelolaan perikanan tuna hand line skala kecil; 3) Menganalisis rantai nilai perikanan tuna hand line skala kecil; 4) Memformulasikan model kebijakan pengelolaan perikanan tuna hand line skala kecil.

Hasil penelitian menujukkan bahwa telah terjadi penurunan produksi yellowfin tuna selama 10 tahun terakhir . Produksi yellowfin tuna tertinggi periode juli-desember berada di bulan November dan Desember, sedangkan rata-rata produksi per bulan tertinggi di Gugus Pulau 7 yaitu di Asilulu mencapai 4,09 ton dengan CPUE 30 kg/trip, disusul Latuhalat 3,2 ton dengan CPUE 25 kg/trip, Laha 2,6 ton dengan CPUE 23 kg/trip, Tial 2,2 ton dengan CPUE 25 kg/trip dan Noloth 1,02 ton dengan CPUE 23 kg/trip.

Hasil pengukuran komposisi panjang diperoleh distribusi ukuran kecil dengan kelas tengah 15,5-95,5 cm dengan persentase 80,5%, ukuran panjang ≥ 105,5 cm ditemukan pada bulan Mei 29,4%, November 22,8% dan Desember 29,14%. Sedangkan komposisi ukuran berat didominasi ukuran bobot rendah dengan kelas tengah 5-15 kg mencapai 79,9%. Bobot dengan ukuran besar ukuran ≥ 20 kg ditemukan pada bulan Juni 37,78%, bulan November 23,45% dan Desember 28,17%.

Efisiensi perikanan tuna skala kecil berdasarkan hasil analisis DEA terhadap 5 lokasi sebagai DMU diperoleh hasil lokasi yang efisien yakni Asilulu, Latulahat dan Noloth sedangkan yang tidak efisien yakni Tial dan Laha. Hasil analisis DEA dengan membandingkan usaha nelayan pada setiap lokasi menunjukkan tingkat efisiensi tertinggi di Asilulu yakni 66 %, disusul Latuhalat 55 %, Noloth 50%, Tial

40% dan Laha 26,6%. Sedangkan hasil analisis DEA terhadap total 75 usaha nelayan sebagai DMU diperoleh usaha nelayan yang efisien yakni Asilulu : 6 unit usaha nelayan, Latuhalat : 3 unit usaha nelayan dan Noloth : 5 unit usaha nelayan.

Analisis rantai nilai usaha nelayan menunjukkan nelayan berada pada posisi yang lemah dan adanya kesenjangan ditingkat nelayan dalam distribusi pendapatan dengan margin keuntungan rata-rata yang diperoleh nelayan Rp 13.993/kg, suplayer Rp 5.000/kg dan eksportir Rp. 25.000/kg.

Berdasarkan hasil Analytical Network Process (ANP), maka model kebijakan pengelolaan perikanan tuna handline skala kecil dikategorikan sebagai usaha perikanan bersifat komersial yang diformulasikan menjadi 4 komponen yaitu pra produksi, produksi, pasca produksi serta control dan report dengan rumusan kebijakan antara lain : 1) Penggunaan teknologi (fish finder); 2) Penggunaan alat tangkap selektif (ukuran mata pancing); 3) Menerapkan sistem pencatatan hasil tangkapan (fisher logbook); 4) Penerapan ukuran tangkapan yang diperbolehkan (size allowable catch; 5) Ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) dan subsidi BBM; 6) Peningkatan kualitas produk tuna loin; 7) Peningkatan ukuran armada tangkap; 8) Penerapan tracebility; 9) Penerapan harvest control; 10) Penyediaan dan penataan rumpon.

Setelah ujian selesai, beliau juga menyampaikan pada wawancara SM bahwa, ” Fokus kajian ini dilakukan karena tuna merupakan komoditas ekspor Maluku dan bernilai ekonomis tinggi, dimana menunjukkan hasil tangkapan ikan berukuran kecil di atas 70 %, terjadi growth oversihing dan secara ekonomi biaya produksi lebih tinggi dari penghasilan yang diterima nelayan tuna atau ekonomi overfishing, jelasnya.

“ Dalam rangka mendukung LIN di Maluku, maka perikanan tuna skala kecil harus menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Maluku kedepan. Untuk itu, direkomendasikan beberapa kebijakan antara lain penggunaan teknologi penangkapan (fish finder), penggunaan alat tangkap selektif, penerapan  ukuran tangkapan yang diperbolehkan (size allowable catch) serta memberikan akses untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk nelayan tuna skala kecil” tutupnya.

Ilham berhasil lulus predikat Cumlaudge dengan lama studi selama 3 tahun. Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Rektor Unpatti, Prof Dr M J Saptenno., M.Hum, Plh Sekda Provinsi Maluku, Ir. Sadli Ie., M.Si., IPU, Kepala Bappeda Provinsi Maluku, Kadis Kelautan dan Perikanan Maluku, beberapa Pimpinan OPD lainnya maupun rekan organisasi di IKAPATTI, ICMI mapun KAHMI. (SM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *