SABUROmedia, Piru – Beredar informasi adanya aksi kekerasan yang dilakukan beberapa oknum pegawai Puskesmas Inamosol kecamatan Inamosol Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) kepada salah satu dokter ASN puskesmas tersebut.
Sesuai video amatir yang dibuat sekitar Juli lalu, terlihat ada salah satu pegawai Puskesmas yang diduga merupakan dokter tersebut sedang menanyakan keberadaan Kepala Puskesmas kepada salah satu rekannya. Tiba-tiba muncul suara sumbang dari ruangan lain yang menegur dr. Mei (Sapaan akrabnya) dengan nada tinggi. Disitulah awal terjadinya perang mulut antara dr. Mei dengan 2 rekannya itu, yang berakhir pada dugaan adanya tindakan kekerasan (pengeroyokan) kepada dokter tersebut.
Terkait persoalan ini, dr. Meinny Jeane Lessy yang ditemui wartawan di Piru Kamis, 17/9/2020 membenarkan adanya tindakan kekerasan yang dialaminya.
” Apa yang terlihat pada video tersebut benar adanya. Pengeroyokan itu terjadi dipuskesmas Inamosol tanggal 8 Juli lalu “, kata Lessy membenarkan.
Dijelaskan, aksi pengeroyokan tersebut diduga telah direncanakan sebelumnya, sebab malam sebelum kejadian beredar pesan pada group Watshap Puskesmas Inamosol kata-kata sindiran yang kurang manusiawi dan keesokan paginya terjadilah cekcok itu. Mungkin mereka merasa terusik dengan kehadiran saya pada puskesmas Inamosol yang ingin melakukan pembenahan dibeberapa aspek terutama administrasi dan pelayanan masyarakat “, jelasnya.
Dari kejadian yang dialaminya, dr.Mei sangat menyesalkan tindakan Kepala Puskemas (Kapus) Inamosol, Jevry Luhukay yang saat itu berada ditempat, namun tidak memperdulikan dan terkesan menghindar. Bahkan, langkah penyelesaian masalah secara kekeluargaanpun tidak dilakukan oleh Kapus.
” Waktu itu pak Kapus ada ditempat, namun beliau terkesan menghindar dan sembunyi di WC saat saya mencari beliau. Bahkan saat saya dikeroyok beliau tidak memperdulikan, namun sempat menarik lengan saya dan mencekik kerak baju calon suami saya yang pada waktu itu berusaha melerai oknum bidan dan perawat yang hendak menyerang saya “, Sesalnya.
Dengan demikian, atas kejadian yang menimpanya dr. Mei telah mengambil langkah hukum dengan melaporkan oknum-oknum tersebut ke Polres SBB. Langkah ini diambilnya karena merasa telah terancam keselamatannya dan biar ada efek jera agar tidak terjadi kepada dokter-dokter lain kedepannya. Sebab, kejadian yang sama sudah pernah dialaminya.
” Saya tempuh jalur hukum, karena kejadian ini untuk kedua kalinya selama bertugas kurang lebih setahun disana. Kejadian pertama sekitar Pebruari lalu, namun sudah diselesaikan secara kekeluargaan oleh Kadis Kasehatan. Tapi untuk kali ini, saya merasa sudah tidak bisa ditolerir lagi perbuatan mereka. Makanya Saya laporkan persoalan ini ke Polres SBB biar diproses sesuai hukum yang berlaku, karena merasa tidak ada lagi jaminan keamanan bagi saya dalam menjalankan tugas. Apalagi saya seorang wanita. Biar kedepannya tidak ada lagi dokter lain mengalami hal serupa. Dan prosesnya saat ini sudah sampai pada gelar perkara “, ungkap Lessy.
Ditegaskan, jika persoalan yang menimpanya tidak diselesaikan, maka persoalan ini akan dilaporkannya ke Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pusat. Sebab, apabila dibiarkan dirinya yakin tidak akan ada dokter yang mau bertugas disana selama oknum-oknum tersebut masih bertugas di Puskesmas Inamosol “, tegasnya.
Sementara itu, Oknum-oknum yang diduga melakukan aksi pengeroyokan sampai menyebabkan luka lebam pada punggung dan luka gores pada lengan kiri dr. Meinny Jean Lessy itu sendiri yakni, Herlin Laamena (bidan merangkap bendahara) ,
Leonorce Pattiasina (bidan koordinator)
Fresly Waesuleray (pegawai honorer)
dan Merlyn Soriale (perawat).
Untuk diketahui, Pada proses Penyelesaian masalah kejadian pertama bulan pebruari lalu, Kapus Inamosol Jevry Luhukay menegaskan akan mempertaruhkan jabatannya jika kejadian ini terulang lagi. Nah, sekarang terulang lagi kejadian serupa, apakah Kapus Inamosol konsisten dengan pernyataannya? Kita tunggu saja.
Kini, dr. Meinny Jean Lessy sudah tidak lagi menjalankan tugasnya sebagai dokter di Puskesmas Inamosol, karena trauma trauma dan takut akan keselamatannya. (SM/JP)