Oleh: Rais Mahu (Koord. Bidang Advokasi dan Kerja Sama IPW)
SABUROmedia, Ambon – Setelah mendengar Pidato 1 Tahun Gubernur dan Wakil Gubernur yang di bacakan Gubernur Maluku. Rasanya sebagai anak Muda Maluku (Seram) di tipu dan dibohongi. Timbul pertanyaan dalam benak apakah perasaaan sama juga di rasakan masyarakat Seram?. Sekedar bertanya dalam hati hufsss dada terasa sesak. Kecewa ia marah apalagi. Sambil mengelus dada semoga para leluhur dapat merasakan apa yang kami rasakan.
Bagaimana dengan Pemindahan ibu kota tanya wartawan jawab Gubernur tak ada. Padahal dari tiga Bacalon Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku yang mendorong Pemindahan ibu kota hanya Pasangan Murad-Orno (Baileo) yang berkeinginan keras apabila mereka terpilih program yang akan di suksesi adalah Pemindahan ibu kota itu dan janji ini bisa di lacak pada jejak digital.
Sambil bertanya sendiri gimana ya perasaan Pak Karel Albert Ralalahalu? Sebagai mantan tentara dan mantan Gubernur Maluku yang membantu Gub-Wagub pasangan Baileo Pada saat itu ? Apakah beliau terbeban dengan janji beliau terhadap masyarakat seram di lapangan Nusantara Masohi?. Atau Memang seperti apa yang di jelaskan oleh salah satu lembaga survei bahwa hampir 75 persen masyarakat Maluku tidak menginginkan Pemindahan ibu kota?.
Rasanya memang tidak berpengaruh secara elektoral jika kita lihat bagaimana watak masyarakat seram ya?. Tapi bagaimana jika kita sedikit menggunakan hitung-hitungan matematika pasar 1+1=2 2-2-2=0 begitu dan seterusnya. Berdasarkan Daftar Pemilu Tetap (DPT) Maluku berjumlah 1.2 juta. Dengan penyebaran di 11 Kabupaten Kota.
Kita tahu bersama Pulau seram memiliki 3 Kabupaten, diantaranya Kabupaten Seram Bagian Timur 91.963, Kabupaten Seram Bagian Barat 143.229, dan Kabupaten Maluku Tengah 288.557 (Pemilih Pulau seram sekitar 53.000 ) maka masyarakat seram sesuai DPT sekitar 50%+1 dari jumlah total DPT Maluku.Ini hanya hitungan matematika pasar.
Karena Pidato Satu Tahun Kepemimpinan lebih banyak menyentil Covid 19. Beberapa bulan lalu Gubernur Maluku menyebut akan mengitergrasi semua proyek fisik dan Anggarannya akan di konsentrasikan pada penanganan Covid 19 jumlahnya cukup fantastik 100 Milyar.
Hari ini beredar di beberapa media Kota Ambon, Ibu kota Provinsi Maluku di tetapkan sebagai zona merah Covid 19. Artinya dengan zona/kawasan merah Covid 19 bagiamana cara Gubernur mencicil setiap janjinya ?. Rasanya memang masih ada 4 tahun lagi tapi rasa patah arah semakin menunjukan wujud bahwa gubernur Maluku hanya lebih terlihat sebagai mantan Gubernur gagal. Cili, bawang merah,putih sayur-sayuran,gula, garam dan beras harganya melonjak tinggi per April sedang masyarakat di minta untuk diam di rumah.
Mengurus 11 Kabupaten Kota sendiri tanpa melibatkan Wakil memang pekerjaan berat. Bupati/Walikota juga terlihat santai dan beranggapan gertak sambal gubernur hanya basa-basi lihat saja beberapa Bupati dan DPRD kota di Maluku belum ada yang seriusi pencegahan Covid 19. Maluku Tengah misalnya Zona kuning Berarti Bupatinya juga malas dan tak serius mendengar pesan-pesan Gubernur.
Bulan April kita tahu akan berakhir masuk Mei Maluku akan di perhadapkan dengan musim hujan. Otomatis Panas yang bisa membunuh Corona kata Gubernur juga terlewati berarti kondisi Jabodetabek sedikit akan di rasakan oleh masyarakat Maluku kan?.
Sebetulnya apa yang terjadi ya serius bertanya?.
#Kalau Gagal Geser Ibu Kota jangan Sampai Gagal memutus Mata Rantai Covid 19 ke Pulau Seram.
Haya 28 April 2020