Oleh : Ust. Syarif Tuasikal (Sekretaris Komisi Dakwah MUI Kota Ambon)

SABUROmedia, Ambon – Sebagai ummat Nabi Muhammad Saw maka sudah selayaknya kita mengikuti apa yang baginda contohkan melalui begitu banyak sabdanya. Sebagai hamba kita harus sadar bahwa tugas kita ini beribadah agar senantiasa terjaga dari godaan setan yang terkutuk. Kita harus ingat bahwa tidak diciptakan jin dan manusia itu untuk beribada kepada-Nya. Maka untuk menakar keimanan seseorang tentunya dia akan melalui berbagai ujian hidup.

Allah SWT berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji?. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah Mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia Mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut : (29): 2-3).

Dalam ayat diatas kita bisa mengambil setidaknya empat pelajaran penting sebagai berikut :

Pertama, Manusia jangan mengira bahwa mereka mudah saja mengatakan bahwa saya telah beriman. Dalam sebuah riwayat, Anas ra. memberitahukan, Muhammad Rasulullah Saw senantiasa memperbanyak ucapan : “Wahai yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu.” Lalu Anas bertanya, ”Wahai Rasulullah, aku beriman kepadamu dan apa yang engkau bawa. Apakah engkau masih mengkhawatirkan kami (menjadi tidak beriman kembali)?” Beliau menjawab, “Benar, sesungguhnya hati itu berada di antara dua jari dari jari-jari Allah. Dia akan membolak-balikkan sekehendak-Nya.” (HR. Tirmidzi).

Dalam hadits lain, Hudzaifah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda,” Akan datang suatu zaman dimana Islam tidak lagi bersama manusia, kecuali hanya ucapan Laa ilaaha illallahu (Tiada Tuhan selain Allah). (HR. Muslim).

Zaman yang dimaksud dalam riwayat tersebut, kini sudah terjadi. Ada orang-orang di antara kita yang sering menyebut kalimat thoyyibah dengan fasih namun ternyata tidak menjalankan perintah Allah dan berani melanggar larangan Allah. Untuk itu hendaklah kita berdoa : Ya Allah, limpahkan kepada kami kekuatan dan kemudahan untuk menjalankan semua perintah-Mu dan menjauhi segala larangan-Mu, aamiin. 

Iman itu turun naik, maka ketika seseorang melakukan perbuatan maksiat maka pada saat itu imannya dalam posisi nol. Sehingga Rasulullah Saw mengatakan siapa yang menipu kita, tidak termasuk golongan kita. Perlu kiranya kita senantia berdzikir kepadanya agar hati ini semakin tenteram dan iman dalam kondisi stabil.

Kedua, Orang beriman itu Pasti ujianya banyak. Dalam ayat diatas, Allah Ta’ala bertanya kepada kita bahwa kita jangan hanya mengatakan saya sudah beriman lantas tidak uji?, itu pertanyaan harus menjadi kontemplasi kita bersama. Tidak ada satupun orang beriman yang tidak dicoba keimanannya itu, sehingga kita tidak saja mengatakan bahwa saya sudah beriman tetapi sejauh mana keimanan itu segaris lurus dengan seberapa kuat kita menerima ujian  dan tawakkal alallah atas itu semua. Bukannkah ketika mengikuti ujian disekolah, dikampus, ujian masuk PNS dan lain-lainnya, merupakan hal yang sulit? Itulah sebabkan orang-orang yang lulus dari ujian mereka akan memperoleh hasil yang maksimal di duia juga di akhirat tergantung seberapa cara kita lalui semua itu dengan benar dan bersyukur.

Kita harus haqqul yakin bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah bi adznillah (atas izin Allah). Termasuk virus corona saat ini, kita percaya atas qodho dan qodhar-Nya adalah bagian dari rukun iman yang keenam. Karena ulah kita umat manusia yang sudah terlampau batas alhasil kita benar-benar tidak bisa berkutik. Sebagai manusia yang lemah kita harus sadar akan sifat-sifat kita yang jelek agar kita muhasabah. Manusia itu sombong, tidak tahu terima kasih, sangat zalim, ingkar nikmat, sangat kikir, suka membantah, suka menentang, suka rakus terhadap dunia, suka berbuat kerusakan dan masih banyak lainnya yang firmankan Allah dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu mari kita gunakan akal pikiran kita sebagai makhluk sempurna yang diciptakan Allah SWT.

Islam hadir bagi orang-orang yang berakal karena tiada Islam bagi orang yang tidak berakal, sehingga orang gila tidak kena wajib beribadah. Kita yang berakal ini, harus tetap ikhtiar semaksimal mungkin kemudian selanjutnya kita ikhtiar batiniyah. Melalui doa dan perbanyak istighfar kepada-Nya. Ujian covid-19 ini adalah karena kita ummat manusia banyak dosanya sehingga Allah SWT Menurunkan virus ini, dan bagi orang kafir dan munafikun yang kena, itu sebagai bala tapi bagi orang beriman hal itu sebagai Rahmat dari sisi-Nya. Yang paling berbahaya adalah kita faham segalanya berada dalam genggaman-Nya tapi kita masih saja sombong untuk tidak meminta dan memohon kepada-Nya.

Jika betul kebersihan itu bisa mencegah corona, mungkin Italia dan Jepang tidak akan kena corona karena mereka negara-negara terbersih. Kalau memang panas bisa membunuh corona, mungkin negara-negara di Arab seperti Iran, Arab Saudi dan lainnya tidak akan kena corona karena mereka Negara gurun yang panas. Kalau memang kehati-hatian bisa mencega corona, mungkin pangeran Carles tidak akan terpapar Covid-19 karena hidupnya paling hati-hati dan terjaga. Lihatlah para petugas sampah, kuli bangunan, orang gila, orang-orang yang dipasar mereka berjibaku dengan kotoran tapi mereka tetap sehat mestinya mereka sudah tersungkur jatuh karena corona. Lantas kenapa bisa begitu? Karena hidup ini tidak harus sejalan dengan teori, sains dan akal manusia. Jangan lupakan Qodho dan Qodarnya Allah SWT. Dialah yang Maha menentukan dan menjaga. Jangan terlalu yakin dengan pendapat sains, sehingga lupa akan kekuasaan-Nya, lari dari-Nya dan berhenti berharap pada-Nya. Ayo tetap waspada terhadap corona, tanpa harus berlebihan dalam menyikapinya, yakinlah bahwa corona ini hanya sebagian perkara yang Allah tugaskan untuk menguji iman kita.

Ketiga, Orang-orang terdahulu juga di uji. Sadarlah wahai manusia, bahwa ujian kita ini tidak seberat orang-orang terdahulu. Ujian para Nabi, Para Sahabat Nabi, Tabiin, Tabiut tabiin, Imam Mazhab dan seterusnya. Sesungguhnya Allah Ta’ala Mengetahui seberapa besar iman kita ini dalam menghadapi ujian-ujian itu. Siapa yang kuat dan bengis kejam seperti Raja Namrud yang membakar Nabiullah Ibrahim as, tapi yang terjadi bi idznillah salamun ala Ibrahim, Nabiullah membaca doa, “Hasbunallah wa ni’mal wakil” (cukup Allah sebagai penolong kami dan Allah sebaik-baik pelindung) apinya menjadi dingin. Inilah bukti bahwa mudah bagi Allah berkehendak, sebagaimana Dia ciptakan Nabi Adam as. tanpa orang tua, Nabi Isa as tanpa Ayah, Dia tumbuhkan padang yang gersang penuh tanaman dan rerumputan diwaktu musim penghujan, Dialah Allah yang Maha Besar. Sehingga jika kita taubatan nasuha insya Allah covid-19 akan diangkat Allah SWT.

Saudara-saudaraku yang insya Allah dirahmati Allah SWT, mari bersama istiqomah dalam ikhtiar akal melawan covid-19 ini sebagaimana yang sudah dianjurkan oleh ulama-ulama kita dan sebagaimana cara Nabi Saw dan para sahabat ketika dilanda wabah tha’un dan yang paling penting adalah konsisten dalam ikhtiar bathiyah. Kita meminta, memohon hanya kepada Allah Azza wa Jalla Yang mengusai alam sejagat ini. Insya Allah wabah ini akan berakhir, karena segala yang awal pasti ada akhirnya hanya Allah Ta’ala yang tiada berakhir.

Keempat, Allah Ta’ala mengetahui orang yang benar juga orang yang dusta. Allah itu Maha Mendengar, Melihat juga Maha Mengetahui, sehingga tidak ada satu anak Adam pun hilang dari pantaun-Nya. Dia tahu persis apa yang kita semua kerjakan.

Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman bertakwallah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah keada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hashr : (59) : 18).

Kita diserukan Allah untuk setiap diri dari kita ini menyiapkan bekal untuk hari berbangkit ketika semua urusan dikembalikan kepada Allah di Yaumul Mahsyar. Karena orang-orang yang telah mendahului kita, mereka meminta kepada Allah untuk dibangkitkan kembali untuk bersedekah dan bersujud, tapi kata Allah jika maut itu sudah datang sungguh tidak bisa dimajukan atau dimundurkan. Oleh karena itu istiqomah dalam ketakwaan sangat disenangi Allah dan Rasul-Nya dan jangan sekali dalam beribadah itu hanya meraih ridha manusia agar dipuji apalagi memohon dan meminta selain daripada-Nya, sesungguhnya Dialah Allah yang Mengetahui segala urusan hamba-Nya di dunia ini. Jangan menjadi orang pembohong atau mencoba untuk bohong karena itu perbuatan yang sangat dibenci.

Aisyah ra menuturkan, “Tiada perbuatan yang sangat dibenci oleh Rasulullah Saw, selain bohong. (HR. Ibnu Hibban)”.

Orang yang suka bohong dia senantiasa dalam keraguan dan ketidakpastian hidup, hidupnya penuh dengan was-was dan keragu-raguan. Sebagaimana sebuah hadits dibawah ini.

Dari Abi Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abu Tholib menyatakan, Muhammad Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya kebenaran itu membawa ketenteraman dan kebohongan itu mengakibatkan keraguan (kebimbangan).” (HR. Tirmidzi).

Orang yang pernah berbohong, sekalipun hanya satu kali, akan sulit mendapatkan kepercayaan dari orang yang pernah dibohonginya. Bahkan kabar yang ia sampaikan meskipun kabar itu benar, akan diragukan. Sebab, orang yang menerima kabar itu akan berpikir, “Benarkah informasinya itu? Habis dia pernah bohong.” Itulah yang dimaksud kebohongan itu mengakibatkan keraguan. Itulah orang munafik, mereka senantiasa berkata kami telah beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman, mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sementara mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah tambahkan penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta.

Oleh karena itu kita tidak boleh begitu saja mengatakan saya telah beriman padahal tindakan dan perilaku kita kadang tidak sejalan dengan apa yang kita ucapkan. Sebagai orang yang beriman akan terus di uji sebagai penyempurnaan iman kita karena orang-orang terdahulu, para auliyah ambiyah, para Ulama dan guru-guru kita juga diuji dengan ujian yang begitu berat. Kita harus yakin bahwa semua yang terjadi atas ijin Allah untuk menguji sejauh mana kita menghadapinya agar senantias berharap kepada-Nya. Jangan sombong dan jumawa, kita hanya manusia yang sangat lemah yang tidak berdaya dihadapan-Nya. Semoga perkara Corona ini cepat selesai, diangkat Allah tentunya dengan taubatan nasuha kita semua serta semakin meningkatkan keimanan dan keatakwaan kita pada-Nya, aamiin. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *