SABUROmedia, Ambon – Tidak semua usaha dapat dijalani dengan sukses, sebab soal dunia usaha semua sama, bedanya di jenis-jenis usaha,  “ intinya tetap berusaha, ” demikian disampaikan H. Mus Mualim mengawali perbincangannya saat Saburomedia.com menghampirinya di Cafe El Hause resto miliknya di kawasan Gunung Malintang, Kebun Cengkeh kota Ambon, kemarin.

Haji Aim begitu pria kelahiran Batu Merah ini kerap disapa tentu namanya sudah tak asing bagi publik kota Ambon, terutama para pelaku usaha, dan kalangan elit. Haji Aim terbilang salah satu tokoh mudah potensial, dan sukses di dunia usaha dengan berbagai varian usaha yang dimilikinya.

Diceritakan dalam memulai usaha Haji Aim mengaku tidak instan, bahkan awal merintis usaha tanpa didukung modal sama sekali alias mines, mencoba peruntungannya didunia usaha berawal dari sekedar menjadi anak buah jualan kaset CD bersama kakanya di emperan Ambon Plaza (Amplaz). Sekitar tahun 1998 mencoba belajar jualan dengan menggelar dagangan di emper-emperan. Dari situ mencoba untuk sendiri, dari penghasilan yang didapat ditabung untuk modal. Setelah mempunyai kemampuan baca diri menjadi pedagang dan melihat ke  depannya dan mencoba memulai sendiri, “ Alhamdulillah di situ mulailah awal berkarir di dunia usaha.” Tutur Haji Aim yang mengaku cukup sulit ketika awal memulai usaha.

Apalagi saat itu Haji Aim menjalani hidup ngekost bersama istri dengan seorang anak, tentu dengan penghasilan yang tidak menentu tentu dirasa cukup berat. Namun tetap komitmen memulai usaha, jualan siang malam berganti tempat ditengah kondisi Ambon yang belum kondusif saat itu, tapi Alhamdulilllah dapat memenui kebutuhan sehari-hari.

“ Intinya kita tetap berusaha, melihat situasi dan kondisi serta membaca diri. Penting membaca diri karena dunia usaha tidak cukup dengan modal tapi harus juga dibarengi dengan pengetahuan, misalnya sisi kelebihan kita apa, itu yang harus kita baca,” terangnya.

Menurutnya mengawali usaha yang harus dijaga adalah keinginan, lebih pada puasa keinginan. Tak sedikit dari pemula kala mengawali usahanya kerap gulung tikar lantaran tidak mampu membendung keinginannya. Sebab keinginan membuat siapapun tidak akan merasa cukup.

“ Ketika kita banyak uang tetapi banyak keinginan maka kita tidak akan merasa cukup, untuk itu hindari keinginan, prioritaskan apa yang sekedar menjadi kebutuhan maka disitulah kita merasa bahwa hidup ini Allah sudah kasih lebih,” begitu kiat Haji Aim.

Atas dasar pengetahuannya lantas ia menanam moto hidup yakni “hidup ini rasa cukup merasa paling kaya karena ketika orang kaya tetapi dia belum merasa cukup maka belum pasti kaya, tetapi kita yang merasa cukup pasti merasa kaya, “ itulah moto hidup saya,” pungkasnya.

Dulu keinginannya cuman satu yakni bagaimana punya rumah karena waktu itu masi kos, makanya hemat untuk bagaimana punya rumah. Tetapi itulah selalu tahan hati  dan puasa, sabar, yang penting kebutuhan sudah tercukupi, ada kelebihan menabung sampai akhirnya  dapat juga beli tanah, tak hanya diperuntunkan untuk rumah tapi dalam stratrategi dunia usaha juga harus punya anggunan, tanah itu menjadi anggunan. “ketika kita berpikir usaha besar, punya modal  dari mana, nah dari beli tanah dan punya anggunan dan sertifikat, ini yang biking kita besar. Karena yang punya uang itu adalah Bank, bagaimana kita bisa masuk Bank, kuncinya adalah itu.

“ Mulailah disitu kita hidup,” terangnya.

Setelah merasa cukup, lanjutnya dalam usaha jangan lupa juga dibarengi dengan  sadakah, mustahil tidak akan berhasil itu kuncinya. Hal itu dijalani Haji Aim selama menggeluti dunia usaha.

“ Awalnya mencoba dulu, bisa dagang atau tidak, mencoba dan coba ternyata bisa dagang, dan situ sudah mulai dagang,” ujarnya.

Tak terbersit dari seorang Haji Aim bisa membawanya sukses di dunia usaha yang awalnya hanyalah seorang anak buah jualan kaset CD di emperan, tapi karena lagi-lagi kemampuannya membaca situasi dan kemampuan membaca diri hingga usaha berkembang seiring waktu.

Usaha yang digeluti Haji Aim lebih pada bersifat momentum, mulai dari jualan kaset CD, kemudian beralih ke jual handphone. Menurutnya tiap usaha ada masanya Karena tidak mungkin mau bertahan dengan jual kaset. Mulai menjual handphone tentu bagi pelaku usaha di pertokoan Amplas pasti tahu hampir sebagian dari areal Amplas tepatnya di lantai II adalah miliknya,  dan toko terbesar diareal itu salah satunya adalah miliknya.

Lagi-lagi membaca situasi dan kondisi dengan membaca peluang kini Haji Aim coba melebarkan sayap usahanya dengan membuka kafe, ia memilih buka cafe karena menurutnya sekarang ini orang suka selfi-selfi sehingga kafe menjadi top. Ya memang kini cafe Elhause miliknya justru menjadi tempat yang banyak digandrungi banyak kalangan terutama kawulah muda untuk mengabadikan moment selfi karena backgroundnya menarik dengan icon Jembatan Merah Putih (JMP) sebagai latar belakangnya. Netizen kota Ambon tentu tahu.

Rencananya  kafe el-house miliknya akan dikembangkan dengan mendirikan restoran di dalamnya untuk lebih menambah daya tarik lagi agar para pengunjung dibuat lebih nyaman dan memenuhi kebutuhan tempat santai bagi pengunjungnya.

Haji Aim yang sempat juga menjalani profesi sebagai nelayan jaring bobong di Waehaong pada 1999-2001 ini memiliki usaha lain  berupa kos-kosan, resort di pantai Liang, dan berbagai usaha lainya.

Haji Aim. Dalam berdagang ia menganut prinsip usaha yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW, menurutnya konsep dagang Rasulullah patut dicontohi sebab beliau adalah panutan, separuh kisah hidupnya dihabiskan selain mengemban amanah siar agama islam juga aktifitasnya berdagang, dimulai sejak masih berusia 15 tahun. Bahkan Nabi digelar Al Amin karena sifatnya jujur dalam berdagang dan aktifitas sosial lainnya.

Menghantarkannya ditangga kesuksesan, tak lantas menjadikannya berbusung dada, ia malah mengaku belum sukses sampai ia berhasil menggapai sebuah kekuasaan sebab, kekuasaan menurutnya adalah media menyambung silaturahmi dengan berbagi, “ artinya dengan kekuasaan kita bisa menyentuh semua orang untuk berbagi, disitulah tali silatuhrahmi terjalin, “ hal ini jelas dalam cita-cita yang sempat ia berpikir menjadi polotikus dan  sempat mencalonkan diri menjadi wakil wali kota ambon, moto politiknya adalah “bagaimana menyambung tali silaturahmi”

Ketika usaha sudah berhasil sudah rasa mapan, sudah bisa lihat orang, makanya liat orang maka relnya harus di politik.  Karena di situ ada kebijakan, makanya maju menjadi calon wakil walikota Ambon, tetapi pada saat itu itu diperhadapkan dengan pilihan, waktu itu nama keluar pergi haji, jadi dua pilihan, mau calon Wawali atau calon haji, bertepatan pilihan itu, akhirnya pilihanya jatu ke calon ibadah haji.

Cita-cita yang paling besar cuman satu, bagaimana menjadi tokoh silaturahmi di Maluku, menyambug tali silaturahmi sebesar-besarnya. Itu adalah salah satu cita cita ke depannya.

“Bagaimana menyambung tali silaturahmi bersama masyarakat Maluku dan menjadi tokoh yang bermanfaat bagi orang banyak, itu yang belum tercapai, ” pungkasnya.

Mapan di dunia usaha kini ia memilih mengabdikan diri dalam berbagai organisasi baik pusat maupun daerah yang bermanfaat bagi masyarakat, salah satu diantaranya dia dipercayakan oleh yayasan pusat, yayasan kerja Indonesia maju, menjadi ketua umum di Maluku, yang pelindungnya langsung oleh presiden dan wakil presiden.

Ada juga di bidang kontraktor, sekarang jadi Ketua Asosiasi Pengusaha jasa kontruksi  Indonesia jadi ketua umum di Maluku, dan jabatan penting di Partai sebagai ketua brigade Hanura Maluku. (SM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *