SABUROmedia, Jayapura –  Virus corona diyakini akan hilang dengan sendirinya, bila daya tahan tubuh membaik. Selama ini, langkah isolasi pasien yang dilakukan pemerintah bukanlah untuk penyembuhan, namun untuk mengembalikan stamina tubuh pasien penderita corona.

Percaya atau tidak, Papua memiliki berbagai macam tanaman yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Salah satunya adalah buah merah asli Papua.

Buah merah sering disebut sebagai multivitamin. Kandungan tokoferol dan betakaroten yang sangat banyak, membuat minyak sari buah merah sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, karena mengandung berbagai macam vitamin dan mineral.

Bahkan sejak masa prasejarah, Suku Dani di Lembah Baliem telah mengkonsumsi buah merah dan labu koteka. Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan kedua buah ini selain untuk dikonsumsi sehari-hari, ternyata berfungsi sebagai obat.

Buah labu koteka oleh suku Dani digunakan sebagai obat tifus. Sedangkan buah merah terbukti mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dari penyakit, termasuk virus corona.

Buah merah oleh suku Dani disebut dengan kuansu atau nama ilmiahnya pandanus conoidus. Buah merah mengandung anti oksidan alami yang tinggi, serta berbagai vitamin dan zat seperti karoten 12.000 ppm, bekaroten 700 ppm, tokoferol 11.000 ppm yang berperan aktif untuk meningkatkan stamina dan sistem kekebalan tubuh.

“Ada beberapa zat lain dalam buah merah yang meningkatkan daya tahan tubuh, yaitu asam oleat, asam linoleat, dekanoat, omega 3 dan omega 9 yang semuanya merupakan senyawa aktif penangkal terbentuknya radikal bebas dalam tubuh,” kata Hari, Kamis (5/3/2020).

Buah Merah termasuk familia Pandanaceae dan merupakan tumbuhan endemik Papua yang tersebar sampai Papua Nugini.

Buah merah dapat ditemukan dari dataran rendah sampai tinggi. Diperkirakan lebih dari 30 kultivar pandan buah dapat dijumpai di Papua, masing-masing dengan nama yang berbeda tiap karakter buah dan tiap daerah.

Misalnya, buah merah asal Distrik Kelila, Lembah Baliem barat mempunyai nama lokal yang berbeda yang merujuk pada perbedaan ukuran, warna buah, warna daun, dan rasa, seperti maler, ugi, oakelu, kenen, wona, kuambir, gepe, barugum, magari, werene dan baga.

“Meski demikian, secara garis besar hanya empat kultivar yang banyak dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis, yaitu kultivar merah panjang, merah pendek, cokelat dan kuning,” katanya.

Saat ini, buah merah yang sudah masak dimanfaatkan sebagai pelengkap sayur dan salah satu unsur pelengkap dalam upacara adat bakar batu. Buah merah yang diekstraksi akan menghasilkan minyak yang digunakan untuk pewarna masakan, bahan kerajinan, serta pengobatan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Aaron Rumainum menyebutkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh seseorang lebih dianjurkan untuk istirahat cukup.

“Usahakan tak merokok, tak mengkonsumsi alkohol, biasakan cuci tangan, olahraga teratur dan menyantap makanan bergizi. Dijamin kekebalan tubuh seseorang akan terus membaik,” jelasnya.

Peneliti dari Universitas Cenderawasih, DR Made Budi menyebutkan selain untuk meningkatan kekebalan tubuh manusia, buah merah juga mengobati penyakit kanker serta tumor ringan.

Kandungan zat tokoferol serta betakaroten pada buah merah sangat tinggi dan difungsikan sebagai antioksidan dalam tubuh kita.

“Tokoferol dan betakaroten dapat menaikkan sistem kekebalan tubuh. Zat ini juga mampu mencegah dan menghambat penyebaran sel kanker ringan,” jelasnya.

DR Made membuat buah merah sebagai ekstrac minyak. Minyak dalam buah merah banyak juga dicari oleh penderita HIV/AIDS. Walau begitu, penderita HIV/AIDS harus tetap mengkonsumsi ARV.

Pada buah merah Papua ditemukan zat lain seperti Omega 3, Omega 9, asam linoleat, asam oleat, dan dekanoat yang berfungsi untuk memperbaiki daya tahan tubuh dan juga untuk menghilangkan zat-zat radikal bebas yang terdapat di dalam tubuh manusia. (Liputan6)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *