Oleh: Tri Wahyuni

SABUROmedia, Jakarta – Fenomena penimbunan masker karena merebaknya virus corona baru sedikit mencengangkan, tapi lebih banyak menggelikannya. Mencengangkan, bisa-bisanya ketika ada ancaman komunal seperti ini orang malah menimbun masker, alih-alih membagikannya, berderma untuk kesehatan bersama.

Kini penjualan masker wajah meroket di seluruh dunia. Seperti diwartakan Reuters (23/1) banyak toko di Tiongkok dan kota-kota di seluruh dunia dilaporkan telah menjual masker sangat banyak. Cao Jun, manajer umum untuk produsen Masker Lanhine di Tiongkok mengatakan bahwa permintaan telah mencapai 200 juta masker per hari.Sementara tingkat produksi normal mereka hanya 400.000 per hari.

Di Tanggerang (detikcom, 3/3) dan Jakarta Barat (Antaranews, 4/4), Kepolisian menemukan tempat puluhan juta masker ditimbun oleh oknum pelaku usaha lokal.

Namun fenomena itu saya sebut hanya sedikit mencengangkan. Sebab di dalam sirkuit pasar bebas yang berlaku di mana-mana sekarang ini, memang, adalah habitanya kapitalisme. Jadi tidak perlu heran dengan terjadinya ketimpangan dalam bentuk apapun, termasuk dalam urusan masker. Hukum kapitalisme di pasar bebas telah membuat segelintir orang memiliki ‘modal’ begitu banyak, sementara banyak orang lain kesulitan mencarinya dan mendapatkan sangat sedikit.

Sisi menggelikannya, lebih pada kekurangedukasian dan paranoid masyarakat terhadap masalah ini. Pada umumnya penggunaan masker dimaksudkan untuk menjaga kesehatan diri pribadi, tetapi banyak orang tidak menggunakannya dengan benar. Pemakai masker sering memindahkan masker ke samping dan menyentuh wajah mereka sepanjang hari, yang pada dasarnya memecahkan penghalang yang seharusnya dibuat oleh masker itu. Ini membuat perlindungannya menjadi tidak efektif.

Benarkah memakai masker wajah bisa melindungi kita terhadap coronavirus baru? Ini soal yang paling banyak ditanyakan. Dr. William Schaffner, seorang spesialis penyakit menular di Vanderbilt University mengatakan, jika itu adalah masker wajah bedah biasa, jawabannya tidak.

Masker yang lebih khusus, yang dikenal sebagai respirator N95, dapat melindungi terhadap virus corona baru (SARS-CoV-2). Respiratornya lebih tebal daripada masker bedah, tetapi baik Schaffner maupun Centers for Disease Prevention and Control (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat) tidak merekomendasikannya untuk penggunaan umum, setidaknya tidak pada saat ini.

Masker tidak dianjurkan pemakaiannnya untuk jangka waktu yang lama. Ketika kita melakukan itu, pekerjaan bernapas akan melalui bahan yang sangat tebal dan lebih sulit. Tubuh kita harus bekerja lebih untuk menghirup udara masuk dan keluar. Ini sedikit sesak disertai kondisi yang menjadi lembab dan panas di daerah hidung dan mulut.

Masker bedah yang lebih tipis dimaksudkan untuk ahli bedah, karena produk ini melakukan pekerjaan yang baik menjaga patogen dari hidung dan mulut dokter dari memasuki bidang bedah. Masker bedah dirancang untuk menjaga agar tetesan dan percikan tidak berpindah dari mulut seseorang ke permukaan atau orang-orang terdekat. Terutama dimaksudkan sebagai penghalang fisik untuk menjaga penyedia layanan kesehatan atau orang sakit menyebarkan kuman mereka sendiri ke pasien.

Dokter maupun petugas kesehatan biasanya memakai alat itu hanya ketika diperlukan dan tidak dalam waktu lama. Sekitar setengah jam di dalam ruang operasi atau perawatan. Setelah itu, mereka akan keluar dari ruang isolasi, melepas masker wajah, dan mengambil napas dalam-dalam, sebelum kembali ke ruangan.

Di beberapa negara Asia, kita sering melihat orang yang memakai masker bedah di depan umum untuk melindungi dari patogen dan polusi. Tetapi masker-masker itu tidak banyak membantu dalam menghadang virus. Masker bedah tidak dirancang untuk mencegah partikel virus –lagi pula alat itu tidak terpasang erat di hidung dan pipi kita.

Beberapa orang memakai masker bedah karena mereka sakit pilek atau flu, dan mereka tidak ingin orang lain sakit. Tetapi jika Anda sakit, para ahli menyarankan, lebih baik untuk tidak pergi ke tempat umum.

Orang yang menderita COVID-19 memang harus memakai masker wajah untuk mengurangi risiko infeksi pada orang di sekitar mereka. Petugas kesehatan yang merawat seseorang yang terinfeksi COVID-19 juga harus memakai memakainya. Tapi meskipun masih memungkinkan untuk membeli banyak-banyak respirator N95 di pasar bebas, sebaiknya kita tidak melakukannya. Sebab jika terlalu banyak orang menimbun respirator yang tidak perlu, kekurangan dapat membahayakan kesehatan pekerja medis dan mereka yang membutuhkannya.

Cara terbaik untuk menghindari terkena virus corona, pertama-tama dan terutama, menunda perjalanan ke tempat-tempat dengan wabah yang diketahui. Mencuci tangan dengan seksama; hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang tidak dicuci; hindari kontak dekat dengan orang yang sakit; dan mendisinfeksi objek dan permukaan yang sering disentuh. (**)

Tri Wahyuni peneliti di Institute for Population and National Security, alumnus Houston Community Collage Texas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *