Oleh: Ismail Borut (Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Kota Ambon, Sekretaris FGM Kota Ambon)

SABUROmedia, – Mencermati ekspresi pemikiran umat Islam Indonesia pada dekade kekinian tampaknya tidak dapat dilepaskan dari preseden historis yang khas.

Diketahui bersama bahwa dalam berbagai literatur keIslaman di Indonesia dijumpai adanya corak pemikiran tentang Islam yang amat beragam, seperti pemikiran Islam yang bercorak fundamentalis, teologi normatif, eksklusif, rasionalis, transformatif, aktual, kontekstual, esoteris, tradisional, modernis, kultural, dan inklusif pluralis.

Munculnya fenomena paham keIslaman yang beragam ini selain menghendaki upaya mengidentifikasi batas dan ciri cirinya, juga perlu dilihat latar belakang timbulnya, hubungan dengan cita-cita Islam sebagaimana tersebut, juga tentang bagaimana pendekatan serta sikap yang harus digunakan dalam memahami fenomena keragaman pemahaman keIslaman.

Untuk mengupayakan jawaban  terhadap berbagai fenomena keIslaman sebenarnya suda banyak dilakukan para Ahli tentang studi Islam di Indonesia.  Dawam Raharjo dan Yusri Ihza Mahendra misalnya telah menjelaskan berbagai aspek yang berkaitan dengan Islam Fundamentalis. Sebelum itu Amien Abdullah telah menjelaskan secara panjang lebar tentang Islam normatif teologis berhadapan dengan Islam Historis.

Dalam pada itu Harun Nasution mengupas secara filosofis historis tentang Islam Rasional. Selanjutnya Jalaluddin Rahmat menulis buku tentang Islam Aktual, dan Muslim Abdurrahman menulis buku tentang Islam Transformatif.

Muhammadiyah dan NU adalah gerakan pemikiran Islam di Indonesia. KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah 1912 dalam pemikiran keIslaman yang modernis, sedangkan KH Hasyim Asy’ari adalah pendiri Nahdatul Ulama (NU) gaya pemikiranya Islam Tradisional. Kedua ormas ini tetap konsisten dalam membangkitkan Islam di Indonesia.

Keragaman pemikiran keIslaman tersebut meliputi tata pikiran, penghayatan, dan aksi serta sistem sosial. Keragaman inilah yang memunculkan persoalan keagamaan yang pelik, baik dilingkungan komunitas internal agama itu sendiri, maupun dalam kaitannya dengan kehidupan yang lebih luas seperti ekonomi, politik, ideologi, Iptek dan sosial kebudayaan.

Paham keIslaman yang beragam itu suda tampak adanya di Indonesia, juga secara akademik suda terdokumentasikan sebagai bagian integral dari studi tentang fenomenologi Agama Islam. Selain untuk mengembangkan wawasan keIslaman, juga agar dapat memahami berbagai pemikiran Islam secara proporsional, obyektif, adil dan terbuka sehingga meningkatkan persaudaraan antara umat yang pada giliranya dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional yang saat ini berada dalam keadaan yang amat mengkhawatirkan. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *