SABUROmedia, Ambon — Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Pattimura, Prof. Dr. Dominggus Malle., S.Pt., M.Sc menekankan pentingnya peran mahasiswa dalam menjaga kohesi sosial dan mencegah potensi konflik berbasis komunitas di Maluku.
Hal tersebut diutarakan Prof. Malle dalam kegiatan Pembekalan Mahasiswa Program Kuliah Kerja Nyata Universitas Pattimura Gelombang I Angkatan III Tahun Ajaran Ganjil 2025/2026 pada Kamis, (02/10/2025) bertempat di Gedung Lab Terpadu Pendukung Blok Masela.
Dalam arahannya, Prof. Malle menyoroti berbagai fenomena sosial yang bisa memicu gesekan di masyarakat, mulai dari peristiwa lalu lintas hingga dinamika media sosial. Menurutnya, potensi konflik kerap muncul dari hal-hal kecil, bahkan hanya dari perbedaan ekspresi di ruang digital.
“ Kalau dulu kita sering mengatakan mulutmu harimaumu, sekarang justru jarimu harimaumu. Satu ketikan di media sosial bisa memicu salah paham yang berujung pada konflik,” ungkap Prof. Malle.
Ia mengingatkan mahasiswa agar berhati-hati dalam menggunakan media sosial dan memanfaatkannya secara positif. Mahasiswa, katanya, harus hadir sebagai kelompok intelektual yang mampu memberikan pencerahan, memperkuat solidaritas, serta menjadi teladan dalam menjaga harmoni sosial.
Lebih lanjut, Prof. Malle menegaskan bahwa karakter orang Maluku yang dikenal ekspresif dan terbuka hendaknya diimbangi dengan sikap saling menghargai. Dengan begitu, potensi gesekan sosial dapat diredam dan diubah menjadi energi positif untuk pembangunan daerah.
“ Mahasiswa Universitas Pattimura harus tampil sebagai agen perdamaian, sekaligus motor literasi digital, agar dapat membimbing masyarakat menghadapi perubahan sosial di era teknologi,” tutup beliau.

Ketua Tim Mata Kuliah KKN Unpatti, Dr. S. P. Ritiauw., S.Pd., M.Pd, dalam laporannya menjelaskan bahwa pelaksanaan KKN tahun ini mengusung tema “Peningkatan Kohesi Sosial dan Perjalanan Sportif Berbasis Komunitas di Provinsi Maluku.
Tema ini dipilih sebagai bentuk kontribusi Unpatti dalam memperkuat harmoni sosial serta mencegah potensi konflik yang masih mungkin muncul di Maluku, dengan menilik pengalaman sejarah masa lalu.
“ Mahasiswa KKN Unpatti diharapkan mampu hadir dengan strategi yang konkret untuk mewujudkan Maluku yang lebih damai dan harmonis,” ujar Dr. Ritiauw.
Lebih lanjut, Dr. Ritiauw menegaskan bahwa kegiatan KKN kali ini tidak hanya dilaksanakan dalam format reguler, tetapi juga mencakup KKN Tematik, KKN Provinsi, serta KKN Kolaborasi bersama mitra pemerintah daerah, termasuk Pemerintah Kota Ambon.
Program kerja mahasiswa dibagi menjadi tiga kategori, yaitu program prioritas sesuai tema, program bidang ilmu sesuai kompetensi akademik masing-masing, serta program pendukung berdasarkan kebutuhan masyarakat di lokasi penempatan.
Pada kesempatan tersebut, Dr. Ritiauw juga memperkenalkan inovasi baru berupa penggunaan aplikasi berbasis digital SIB-KKN untuk proses administrasi dan monitoring. Melalui sistem ini, mahasiswa dapat melakukan pendaftaran, komunikasi dengan dosen pembimbing, hingga unggah laporan secara daring. Langkah ini menempatkan Unpatti sejajar dengan perguruan tinggi besar lainnya di Indonesia yang lebih dahulu menerapkan digitalisasi KKN.
“ Kami bersyukur, melalui inovasi aplikasi SIB-KKN, Unpatti kini berdiri sejajar dengan universitas-universitas ternama di Indonesia. Hal ini tentu semakin meningkatkan kualitas pengelolaan KKN di kampus kita,” tambahnya.
Dr. Ritiauw menutup laporannya dengan menyampaikan apresiasi kepada pimpinan universitas, khususnya Wakil Rektor Bidang Akademik, serta semua pihak yang telah mendukung penyelenggaraan KKN Angkatan 52.
Sebagai rangkaian akhir, kegiatan yang digelar pada 2–3 Oktober ini ditutup dengan pemberian materi oleh para akademisi mengenai upaya peningkatan kohesi sosial serta pencegahan konflik berbasis komunitas di Provinsi Maluku. (SM)