Oleh :
Harmin Samiun
SABUROmedia — Manusia salah satu diantara deretan makhluk Allah SWT di muka bumi, dihadirkan untuk mengemban amanah atau tugas kepemimpinan, bertujuan menegakkan kemakmuran, kesejahteraan serta pengabdian totalitas kepada sang Khaliq. Namun keberadaanya mendapat reaksi kedua makhluk yang berbeda dari sisi penciptaannya. Sebut saja, malaikat yang sifat aslinya selalu setia dan taat atas perintah. Ketika dikabarkan tentang kehadiran manusia sebagai khalifah. Timbul sikap kekhawatiran mereka terhadap hal itu, dengan satu alasan bahwa manusia bisa “membuat kerusakan”.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.( QS: Al_Baqarah: 30).
Keberadaan manusia juga diwarnai dengan pergolakan atau intervensi sikap pembangkangan iblis tak sujud dalam bentuk memberikan penghormatan kepada manusia pertama Adam as berdasarkan perintah Allah SWT. Sikap keangkuhan dan kesombongan yang menyelimuti dirinya serta merasa lebih mulia diciptakan dari api memilih untuk konfrontasi (pertentangan) atas perintah tersebut. Hal ini sejalan dengan apa yang diuraikan secara gamblang di dalam Al Qur’an.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. ( QS. Al Baqarah:34).
Sejak Adam bersama istrinya Hawa berada dalam kenikmatan surga. Allah SWT telah memberikan batasan-batasan kepada keduanya untuk tak boleh mendekati atau memakan buah khuldi. Namun batasan itu dilanggar dengan sebab bujukan iblis terhadap istrinya Adam ( Hawa) terjebak dalam tindakan amoral, yang menyebabkan keduanya diturunkan dari surga menuju kehidupan dunia. Kehidupan dunia inilah menjadi sarana bagi Adam dan Hawa serta anak cucunya untuk berbenah diri dalam melakukan amal kebaikan.
Seiring berjalannya waktu dan pergantian generasi dari setiap zaman. Allah SWT dengan kebijaksanaan-Nya, membimbing dan mengarahkan manusia dengan tuntutan syariat melalui para Nabi atau Rasul pilihan. Dengan itu agar manusia tak menyimpang dari fitrahnya sebagai khalifah ketika berada dalam perjalanan kehidupan dunia ini dengan menginformasikan dan mengingatkan setiap umat untuk mengimani apa _apa yang diperintahkan dan berusaha melaksanakan perintah itu dalam bentuk melakukan amal sholeh serta menjauhkan diri dari genangan maksiat. Keadaan yang demikian dapat mempengaruhi posisi setiap jiwa untuk menentukan pilihan diantara dua pilihan yakni kefasikan atau ketakwaan.
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (QS- Asy-Syams:8).
Jalan Kefasikan
Allah SWT telah membekali manusia dengan potensi qolbu dan pikiran ( akal) yang melekat dalam diri seorang hamba. Apakah memilih salah satu diantara dua pilihan yang telah disebutkan di atas ?. Sebab pilihan itu, sangat berpengaruh terhadap prospek perjalanan hidup seseorang dalam menuju negeri keabadian (akhirat).
Jika pilihan yang ditempuh adalah jalan kefasikan dan menjadi pijakan dalam menempuh kehidupan ini, yang dengan itu bergelut dalam lumpur dosa dan genangan maksiat sepanjang hidup sampai ajal kematian menghampirinya.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, ( QS: Al_Mulk: 2).
Sungguh kerugian dan keletihan yang menyertai perjalanan kehidupan berikutnya. Bukankah di dalam Al Qur’an telah di uraikan secara gamblang tentang sifat dan keadaan manusia yang mendapatkan ancaman dengan sebab tak mempergunakan nikmat dalam anggota tubuhnya untuk berbuat amal kebaikan.
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS: Al_A’raaf: 179).
Jalan Ketakwaan
Para nabi atau rasul dan orang _orang yang membersamai mereka telah menunjukkan pilihan yang tepat dalam meraih kesuksesan dan kebahagiaan yakni memilih jalan ketakwaan yang menjadi solusi terbaik dalam mewujudkan cita-cita dan impian terindah dalam menapaki perjalanan hidup ini dengan tetap menjaga dan memelihara kekokohan jiwa di atas ketaatan kepada Allah SWT melalui komitmen dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan_Nya.
Prinsip orang_orang yang beriman menjadikan hari-hari dalam sepekan dan bulan pada setiap tahunnya senantiasa merawat dan membimbing jiwanya dalam dibalutan iman. Dengan itu tetap berada di jalan yang lurus dengan bersungguh-sungguh untuk meningkatkan ketaatan atau amal kebaikan seiring berjalannya waktu dalam kehidupan dunia ini, dan menjadikan iman dan takwa sebagai parameter (ukuran) dalam menapaki kehidupan negeri akhirat agar bisa meraih kesuksesan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS: Al_Hasyr: 18).
Ketakwaan menjadi jalan terbaik yang ditempuh oleh para nabi dan rasul serta orang-orang yang beriman yang membersamai mereka. Berbagai rintangan dan tantangan yang dihadapi tak menyurutkan semangat mereka untuk tetap eksis melakukan ketaatan di tengah derasnya gelombang kezaliman yang dilakukan oleh orang_orang yang memusuhi dakwah tauhid. Sebut saja Nabi Ibrohim mendapat perlawanan dan pertentangan yang cukup keras oleh kaumnya termasuk ayah kandungnya yang berimbas kepada beliau dijebloskan ke dalam lilitan api yang membara. Begitu juga nabi Muhammad Saw mendakwahkan ajaran tauhid dihadapan penduduk Thaif.
Berharap penduduk tersebut bisa menyambut dan menerima ajaran tauhid, tapi sikap pertentangan keras penduduk Thaif terhadap Nabi menyebabkan beliau berlumuran darah. Kondisi itulah yang menyebabkan malaikat Jibril yang ditemani dua malaikat penjaga gunung menaruh ibah dan perhatian besar kepada beliau untuk memohon kepada Allah SWT supaya membinasakan penduduk Thaif. Namun beliau menyikapinya dengan bahasa yang menyejukkan “semoga ada generasi yang lahir dari tulang sulbi mereka generasi yang beriman kepada Allah SWT”. Selain hal yang di sebutkan di atas.
Para sahabat sebagai generasi pertama yang telah membersamai Nabi dalam medan dakwah dan jihad juga mendapat ancaman dan tantangan yang cukup berat. Sebut saja di antara beberapa sahabat tersebut yakni Bilal Bin Raba berasal dari Habasyah atau Ethopia mendapatkan penindasan dari majikannya bernama Umayyah di tengah teriknya panas matahari tetap menegakkan kalimat tauhid dalam lisannya dan kemudian di bebaskan oleh Abu bakar Ash-Shiddiq ra. Begitu juga keluarga Amir bin Yasir mendapat perlakuan dan ancaman pembunuhan dari orang musyrikin Mekkah ketika awal dakwah Islam dilakukan secara terang-terangan.
Masih banyak deretan kisah generasi sahabat mendapat ancaman dan intimidasi dari musuh Islam di saat mereka menyerukan iman dan ketakwaan kepada Allah SWT di tengah kehidupan manusia yang sangat beragam watak dan perilaku yang di pertontonkan. Di balik ujian keimanan itu mereka mendapatkan julukan sebagai generasi terbaik.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. ( QS: Al Imran: 110).
Ending dari rangkaian perjalanan kehidupan manusia di dunia ketika menuju kehidupan keabadian ( negeri akhirat) pasti menginginkan keadaan dirinya meninggal husnul khatimah. Hal itu merupakan prestasi yang diidamkan-idamkan oleh orang yang beriman.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
وَادْخُلِي جَنَّتِي
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama´ah hamba-hamba-Ku,masuklah ke dalam surga-Ku. ( QS: Al-fajr: 27-30).
*** Penulis adalah Staf Guru di SMP Cendekia Ambon