SABUROmedia, Ambon – Dalam rangka ikut mendukung Asta Cita Presiden Ke-8 Prabowo Subianto, DPW BKPRMI Provinsi Maluku melaksanakan Seminar Nasional Asta Cita di Aula Lantai 7 Gedung Kantor Gubernur Provinsi Maluku, di Jalan Raya Pattimura No 1, Kelurahan Uritetu, Kec. Sirimau, Kota Ambon, pada Sabtu (15/02/2025).
Ketua Panitia, Burhanudin Rumbouw ke SM menyampaikan bahwa Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Maluku merasa perlu mengangkat Asta Cita Toleransi Antar umat Beragama, karena salah satu misi Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam Asta Cita ke-8, yaitu ” Harmoni Lingkungan, Budaya, dan Toleransi Beragama”.
Hal ini sejalan dengan kondisi Maluku yang pernah dilanda konflik saudara beberapa tahun yang lalu, maka kita angkat topic : “ Perkuat Toleransi Antar Umat Beragama & Multikulturalisme untuk Maluku Maju Menuju Indonesia Emas sebagai Aktualisasi Asta Cita dan Sapta Cita “ dalam Seminar Nasional kali ini, jelasnya.
Ahmad Ilham Sipahutar, Ketua Umum DPW BKPRMI Maluku menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk Memperkokoh ideologi Pancasila, Memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia, Meningkatkan toleransi antar umat beragama, mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, Memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya serta Membangun dan memperkuat agen moderasi beragama khususnya dilingkungan Pemuda Remaja Masjid, ucapnya.


Seminar ini akan sangat bagus karena akan memperkuat program pemerintah. Ini semua ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan mewujudkan kemakmuran dan sekaligus ini menjadi bagian dari Indonesia Emas 2045. Hal ini juga sejalan dengan konsep Islam moderat, yang menempatkan kebebasan beragama dan hak asasi manusia sebagai nilai yang utama. Konsep ini memberikan pendekatan yang terbuka dan inklusif, yang memungkinkan dialog antar budaya, agama, dan etnis, tegasnya.
Aspek keislaman juga tercermin dalam poin keenam Asta Cita, yakni membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan. Hal yang sama di Sapta Cita Gubernur Maluku Pak HL, di point ke-7. Asta Karya dan Asta Cita sebagaimana arahan Presiden harus kita laksanakan dengan baik. Untuk itu, kolaborasi dari organisasi dan program kerjanya sangat diperlukan guna mendukung keberhasilan pembangunan Pemerintah, khususnya di Provinsi Maluku,” ujarnya.
Hadir Narasumber Ketua DPP BKPRMI Ust DR. H. Husen Sarujin., SH., MM., M.Si., MH, Rektor IAIN Ambon Dr Abidin Wakano., M.Ag, Ketua MPH Sinode Gereja Protestan Maluku Pdt. Elifas Tomix Maspaitella., M.Si, Kepala Balai Diklat Keagamaan (BDK) Ambon, Drs. Abdullah Patty., M.Sc, Polda Maluku dan BIN Daerah.
Sejalan dengan hal tersebut, Ketua MPH Sinode Gereja Protestan Maluku Pdt. Elifas Tomix Maspaitella., M.Si, yang mempresentasikan materinya dengan judul : “ Narasi Persaudaraan Sebagai Bingkai Filsafat Budaya Asta Cita”.
Menurutnya, “ Aspek Sosial Modal Sosial Pela Gandong Persaudaraan antar masyarakat di Maluku didasarkan pada prinsip “ Katong ini satu ” (pela-gandong, kai wai, ain ni ain, sita eka tu). Salam Sarane Salam Sarane adalah identitas baru setelah masuknya Islam dan Kristen. Sebagai identitas baru, penyebutan Salam Sarane bermakna “Katong ni satu meski beda agama, ale Salam, beta Sarane). Hukum Adat “Sapa bale batu, batu bale tindis dia. Sapa langgar sumpah, sumpa bale gepe dia” – sei hale hatu, hatu lisa pei, sei lesi sou, sou lisa ei. Ini dasar hukum yang membuat semua hukum adat sifatnya mengikat, jelasnya.
“ Modal Sosial Relasi Salam Sarane Tutup Baileo Pada negeri adat yang memiliki ikatan pela-gandong, ritus Tutup (atar) Beileo dilaksanakan dengan melibatkan saudara pela atau Gandong (lintas agama). Hal yang sama pada Pembangunan Gereja/ Mesjid, Pembangunan gedung gereja/mesjid di Maluku biasa dikerjakan secara bersama (masohi) antara warga Salam Sarane. Di Maluku Tenggara, tradisi Yelim (pengantaran bantuan) terus terjadi tanpa memandang beda agama Kolaborasi Musik Kolaborasi musik hadrat dan totobuang telah menjadi pentas seni lintas agama yang memadukan harmoni kehidupan seperti harmoni nada-nada, “ Sambungnya

“ Aspek Kultural Simbol-simbol Budaya Baileu, Pusat kosmos di dalam negeri. Suatu titik harmoni, sebagai pusat keseimbangan relasi masyarakat adat. Hal yang sama juga pada natar atau woma dalam budaya di Maluku Tenggara Rumah Tua Simbol eksistensi mata rumah, yang mengingatkan pada hubungan genealogis atau relasi keleluhuran (ancestral relationship). Meja Makang Media kultural di dalam rumah, tempat berbagi lidup dan menjalin persaudaraan; ruang pendidikan keluarga yang bertujuan menurun alihkan nilai persaudaraan dan kasih sayang juga sama, Ungkapnya.
Selanjutnya “ Modal Sosial Sagu salempeng bage dua Manusia Maluku suka berbagi. Tidak hidup untuk diri sendiri, memberi dari apa yang ada, bahkan memberi dari yang terbaik. Tamang su sama deng sudara Ada slogan lain seperti: “ makang satu piring, tidor satu bantal, minong dari satu tampayang ”. Slogan yang mengingatkan bahwa berteman juga bukan hal biasa sebab dari situ muncul rasa kasih sebagai orang basudara.
Diakhir beliau menitipkan, “ Kalu agama datang kamuka, katong sengtau budaya; tapi tagal budaya jadi kamuka, katong tau agama ”, akhirnya. (SM)