SABUROmedia, Ambon – Pemuda Muhammadiyah adalah organisasi otonom persyarikatan Muhammadiyah yang lahir, memijam istilah Koentowijo pada era pergolakan ideologi. Dalam konteks sejarah kelahiran yang sedimikian rupa, menjadi kader kader Assabiqunal Awalun pemuda Muhammadiyah memiliki militansi dan semangat yang mengembirakan dakwah Islam yang melimpah dalam peradaban kehidupan manusia. Musyawarah Wilayah Ke VII Pemuda Muhammadiyah Maluku yang diselengarakan di Ambon 20-21 Pebruari 2021 ini, dengan membawa tema: ‘’Mengembirakan Dakwah Islam, Memajukan Maluku’’ bahwa gerakan dakwah Muhammadiyah, merupakan gerakan praksis Islam yang berkemajuan yang dirintis K.H Ahmad Dahlan tahun 1912 di Kauman Yogyakarta. K.H Ahmad Dahlan, adalah sosok muslim sejatih yang telah menginspirasikan Alqur’an surat Ali Imran ayat: 104 sebagai praksis gerakan dakwah Muhammadiyah dalam mencerahkan peradaban umat dan bangsa ini. Mengutip kata kata Dr, Alfian, Muhammadiyah memiliki blue print sebagai narasi besar untuk memajukan umat dan bangsa dengan tawaran oleh K.H Ahmad Dahlan disebut sebagai Islam yang berkemajuan.
Dakwah yang membumi dengan menampilkan pemuda Muhammadiyah Maluku, sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna gerakan Muhammadiyah. Pemuda Muhammadiyah sebagai anak muda Islam yang hadir sebagai solusi bagi permasalahan sosial kemasyarakatan. Mengembirakan dakwah Islam, merupakan perwujudan dari gerakan pencerahan, karenanya dakwah pencerahan sesungguhnya merupakan dakwah Islam dengan pendekatan transformasi yang membawa proses membebaskan, memperdayakan dan memajukan kehidupan bangsa dan negara berdasarkan nilai ajaran Islam. Dalam buku ‘’Islam dan dakwah’’ (1988) dinyatakan bahwa dakwah adalah ‘’pangilan atau seruan bagi manusia menuju jalan Allah (QS Yusuf: 108) yaitu jalan menuju Islam (QS Ali Imran:19), dakwah juga sebagai upaya tiap muslim untuk merealisasikan (aktualisasikan) fungsi kerisalahan dan fungsi kerahmatan. Fungsi kerisalahan dari dakwah Islam ialah meneruskan tugas Rasulullah SAW (QS Al Maidah: 67) menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh manusia (QS Ali Imran:104, 110,
114),sedangkan fungsi kerahmatan berartu upaya menjadikan (mengejewantahkan, mengaktualkan, mengoperasionalkan Islam sebagai rahmat, penyejatera, pembahagia, pemecah persoalan bagi seluruh manusia.
Mengembirakan Dakwah Islam, Memajukan Maluku sejatihnya dimulai sejak tahun 1932 yang dipelopori, Raden Saparwi, Saleh Kastor, Ahmad Sukur, Hamid Bin Hamid yang mengerakan pemuda Muhammadiyah (Hizbul Wathan) di Maluku saat itu. Prof Dr Abdul Karim Hamrullah (Buya Hamka) adalah konsul Muhammadiyah Sulawesi Selatan berkujung di Ambon pada tahun 1938, dalam melaksanakan dakwah Islam yang mengembirakan di Mesjid Jami Ambon. Menurut catatan sejarawan Richard Chauvel (1990. 163-164), Pada era 1930 an, tepatnya pada tahun 1933 dibentuklah cabang Muhammadiyah Ambon. Pembentukannya terjadi dalam konteks lokal yang sedang mengalami proses ‘’re-Islamization’’ sebagaimana dijawa, terjadi pula benturan ideologis-teologis gerakan purifikasi Islam vis-à-vis eksistensi Islam lokal yang secara sosiologi kerap disebut perjumpaan diametral antara kaum modernis versus kaum tradisional. Islam punya sejarah panjang di Maluku. Eksistensi Islam lokal terbentuk melalui pengakaran ajaran Islam dalam praktik-praktik kebudayaan lokal Maluku sehingga melahirkan sesuatu postur Islam yang kontekstual.
Gerakan ‘’Modernisasi’’ Muhammadiyah turut membidani lahirnya kelompok kelompok modernis yang diprepresentasikan oleh kaum Muslim urban di Ambon. Komunitas Muslim di kota Ambon sejak dulu bukanlah monolitik, Chauvel mencatat bahwa komunitas muslim di Kota Ambon terdiri dari orang Ambon, orang Arab, orang Tionghoa dan etnis-etnis nusantara lainya. Kelompok kelompok etnis non Ambon suda sejak zaman VOC dan suda kawin diantara mereka atau dengan penduduk lokal Ambon. Orang Tionghoa dan Arab mempunyai pengaruh tertentu dalam komunitas Muslim Ambon. Namun sejak era 1920 an peran mereka digeser oleh kehadiran ulama ulama Ambon. Dengan demikian, kelahiran Muhammadiyah di Ambon sebenarnya turut dibentuk oleh dinamika kemajemukan masyarakat Ambon yang turut pula membawa serta ketegangan ketegangan internal dan eksternal pada dirinya Muhammadiyah di Kota Ambon.
Memajukan Maluku, merupakan narasi besar Muhammadiyah sebagai organisasi sosial kemasyarakatan Islam yang berdiri di Maluku tahun 1930 an, adalah mewujudkan peradaban masyarakat Maluku dalam berbagai dimensi kehidupannya dibidang pendidikan, keagamaan, kesehatan, ekonomi, dan sosial politik dengan ‘’Dakwah bil-hal’’ (dakwah dengan tindakan, karya nyata) dan dakwah ‘’Bil lisan’’ (tabliqh, lisan dan tulisan) yang meletakan kesejaterahan sebagai fokus atau sasaran pembinaan dalam masyarakat yang dipandukan dengan aspek aspek keagamaan. Di Maluku dakwah Islam ‘’Bil hal’’ (Dakwah dengan tindakan, karya nyata) dimulai sejak tahun 1952 yang digerakan oleh kaum muda Muhammadiyah saat itu, K.H. Ali Fauzi, Hamid Bin Hamid, Mohammad Amin Ely, Abdullah Solissa dan Ibu Ahmad Haulusy (tokoh pergerakan Aisyiyah Kota Ambon), Abdull Kadir Ely, Ahmad Laitupa, memajukan Maluku dengan pengembangan sumber daya pendidikan (TK, SD, dan Madrasah Al-Islam Muhammadiyah) di Ambon. Bahkan TK Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) Permi 1 Ambon yang masi eksis sampai sekarang ini. Bahkan tahun 1955 K.H. Ali Fauzi mendirikan satu lembaga tafsir Alqur’an dan Hadist dikompeks jalan baru Alfatah Ambon sampai tahun 1960.
Muhammadiyah Maluku, terus mengembirakan dakwah Islam, memajukan Maluku dengan dakwah Dakwah bil-hal dengan karya nyata di bidang sosial dan pendidikan dengan 53 Sekolah SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA yang menyembar di sembilan (9) Kabupaten/kota di Maluku yakni kabupaten Maluku Tenggara, Kota tual, Kepulauan Aru, Kota Ambon, Maluku Tenggah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Buru dan Buru Selatan. Bahkan Juga Organisasi Aisyiyah yang merupakan organisasi Otonom Khusus Muhammadiyah di Maluku telah memiliki 73 TK/TPQ Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) yang menyembar di sembilan (9) Kabupaten/Kota di Maluku dan satu perguruaan tinggi Universitas Muhammadiyah Maluku (UNIMMA). Dibidang sosial kemasyarakatan Muhammadiyah Maluku memiliki satu Klinik Terapung Said Tuhuleley. Apung Said Tuhuleley (KAST) adalah klinik Apung perrtama yang di miliki Muhammadiyah dalam rangka meningkatkan layanan kesehataan kepada masyarakat yang berada di daerah pesisir dan kepulauan yang membutuhkan pelayanan lebih dekat. Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi masyarakat sipil Islam di Indonesia yang sejak kelahiranya di tahun 1912 memberikan peratihan besar kepada masalah sosial, pendidikan dan kesehaan.Oleh karena itu, ribuan amal usaha muhammadiyah (AUM) kini tersebar di seluruh pelosok negeri dari sabang sampai merauke dalam bentuk sekolah, pesantren, perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan, wreda lembaga keuangan dan lain sebagainya.
Klinik Apung said Tuhuleley adalah sebuah kapal kecil. Dengan ukuran panjang 15 meter dan lebar 3,5 meter yang mulai diresmikannya akan menjadi milik masyarakat Maluku.Kehadiran Klinik Apung said tuhuleley di kepulauan maluku bukan tanpa sebab. Pertama, Klinik Apung Said tuhuleley (KAST) hadir sebagai bagian dari agenda besar dan program unggulan Muhammadiyah di daerah ‘’Tiga T’’ (Terluar, Terdepan dan Tertinggal). Dengan konsep ‘’Tiga T’’, Jelas bahwa Klinik Apung Said tuhuleley bukanlah kapal terakhir yang akan di sumbangkan Muhammadiyah melalui LAZISMU bagi masyarakat indonesia. Klinik Apung Said tuhuleley adalah awal dari misi besar Muhammadiyah di kepulauan, yang waktu mendatang akan mengoperasikan beberapa kapal lainnya di daerah kepulauan. Kedua, Klinik Apung Said Tuhuleley ini adalah multi fungsi yaitu, yaitu fungsi sosial dan kemanusian. Selain memberikan layanan kesehataan, baik yang bersifat kuratif dan terutama yang bersifat preventif. Klinik apung ini akan menfasilitasi kegiataan pemberdayaan masyarakat yang di lakukan oleh Muhammadiyah dan mitrah lainya. Dalam situasi darurat, Klinik juga akan di fungsikan untuk kegiataan penanggulan bencana bekerjasama dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan mitra lainya.
Ketiga, Klinik apung ini diberi nama “ Said Tuhuleley” Seorang pejuang pemberdayaan masyarakat asal Saparua dan pernah menjabat sebagai ketua Majelis Pemberdayaan masyarakat (MPM) yang meningal tahun 2015. Said Tuhuleley dikenal sebagai pengiat pemberdayaan masyarakat yang lebih dari separuh waktu dan enerji yang di milikinya selama hidup, dicurahkan untuk masyarakat. Oleh karena itu, klinik Apung Said Tuhuleley merupakan simbol dan penghormatan kepada Said Tuhuleley dan dedikasinya kepada masyarakat kepulauan di Maluku, tanah kelahiranya. Sekali lagi, bagi Muhammadiyah, peluncuran Klinik apung ini juga mewujudkan ajaran Islam sebagai rahmat bagi alam semesta (Rahmatan lil alamien). Artinya segala daya upaya yang di lakukan oleh Muhammadiyah tiada lain dari upaya menerjamahkan subtansi ajaran Islam tentang keadilan sosial, persamaan hak, pemberdayaan (pengetasan kemiskinan),dan kemanusian universal yang dapat melewati tapal batas etnik, bahasa, ras, budaya, dan agama. Secara sosiologi memijam istilah yang digunakan Auguste Comte, Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang memiliki genetika dasar sebagai gerakan altruistik, yakni gerakan Islam yang mengedepankan gerakan sosial dan kebudayaan yang berdimensi pelayanan publik, meningikan kualitas kehidupan kehidupan dan keadaban umat sesuai dengan nilai nilai Islam. Muhammadiyah bukan gerakan yang berdimensi egoistic, seperti entitas komersil. Tanwir Muhammadiyah di Ambon dengan mengusung tema: ‘’Kedaulatan dan keadilan sosial menuju Indonesia yang berkemajuan’’. Tanwier diharapkan mampu melahirkan pemikiran pemikiran orisional untuk mengatasi problem aktual kebangsaan dan Maluku. Tanwir Muhammadiyah di Ambon pada 24-26 Pebruari 2017 dengan melahirkan ‘’Resolusi Ambon Penguatan Kedaulatan dan Keadilan Sosial’’ sebagai eksistensi Muhammadiyah dalam penguatan kedaulatan dan keadilan sosial dalam membangun Maluku sebagai daerah yang berkemajuan dan bermartabat dalam mewujudkan Maluku ‘’baldatun thoyibatun warrobun ghafur’’ (negeri yang subur, dan makmur, adil serta sejaterah). (**)
Catatan: Musyawarah Wilayah Ke VII Pemuda Muhammadiyah Maluku
Ambon, 20-21 Pebruari 2021
Ismail Borut, (Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Ambon)