SABUROmedia, Ambon – Pasca Peresmian PAUD Tubir Masiwang Oleh Plt Kepala Dinas Pendidikan SBT Sidik Rumalowak S.Pd, M.MP, M.Si di lokasi Baru yang disiapkan oleh Pemerintah Daerah di bibir jalan Lintas Seram, Kecamatan Teluk Waru pada Sabtu 28 November 2020, di sela-sela kegiatan berlangsung, Rimalowak mendengar informasi bahwa ada sebagian Kepala Keluarga yang masih tidak menginginkan anaknya sekolah di Negeri Pertama Tubir Masiwang yang berlokasi di Pantai Kali Masiwang.
Tanpa pertimbangan panjang, rumalowak bergegas bersama tim ke Lokasi dimaksud untuk mengajak dan menanamkan kesadaran Pentingnya Pendidikan bagi Masyarakat Tubir Masiwang yang nampak terpencil di bibir sungai yang membelah Kabupaten bertajuk Ita Wotu Nusa ini. Adapun sejarah evakuasi Warga dari Kampung lama ke hunian baru lengkap dengan pembangunan Perumahan Rakyat Tubir Masiwang ini dikarenakan Korban banjir salah satu Sungai terbesar di Pulau Seram; Sungai Masiwang.
Kampung Lama Negeri Tubir Masiwang di bibir sungai dekat pantai yang nampak isolatif di Kecamatan Teluk Waru sejauh 60 kilo meter jarak tempuh dari Kota Bula sampai Negeri Madak (Negeri tetangga) bagi pengendara roda empat dan dua. Selanjutnya jalur yang harus diitempuh adalah pesisir bibir sungai dengan menggunakan longbot sambil menyusuri derasnya sungai terbesar yang membelah Pulau terbesar di Provinsi Maluku. Hutan eksotik samping sungai, ancaman banjir dan Buaya menjadi tantangan medan Juang Bagi Pejuang Pendidikan seperti Rumalowak beserta rumbongan.
Rentangan Alam dan Kendala jarak tempuh yang melelahkan ini tak mengendorkan semangat Plt Kepala Dinas Pendidikan yang dikenal cekatan dan tanggap inipun mengunjungi Warga dimaksud demi mengajak aka-anak Negeri Tubir Masiwang mengenyam Pendidikan.
Perjalanan menyusuri sungai, berbagai Kendala kita jumpai, Akses dan rentang kendali, ketidak tersediaan jaringan komunikasi ini, vakumnya fasilitas Penerangan lampu PLN, tingginya angka kelahiran anak, minim dan pudarnya semangat serta kesadaran sekolah, lemahnya dorongan motivasi dari semua pihak seakan menggambarkan Tubir Masiwang “Alpa” dari Perhatian kita selama ini.
Derasnya arus Sungai Masiwang dengan debet air yang meluap kala banjir dengan sedikit ancaman buaya yang nampak berjemuran di bibir sungai mengecutkan adrinaline. Pepohonan rimba nampak berbaris, kadang hutan bakau dijumpai di tepi sungai turut menyambut rombongan Dinas Kepala Dinas dengan segala tantangan Pendidikan SBT yang menjadi PR selama ini berbanding lurus dengan Semangat Juang Rumalowak yang dalam Dunia Pendidikan yang diketahui khakayak ramai selama ini. Kepekaan dan kecakapannya menyelesaikan ketertinggalan Pendidikan di beberapa daerah terpencil seperti Funa-Nayaba, Bati dan sederet Daerah lainnya di Kabupaten ini patut diacungkan jempol.
“saya Harus menghadirkan Negara lebih dekat, saya bertanggungjawab memberikan rangsangan, motivasi, hadir dan mengajak Beberapa Kepala Keluarga yang bersih-keras tidak mengizinkan anaknya untuk sekolah di lokasi baru Tubir Masiwang yang sudah dibangun oleh Pemerintah Daerah selama ini. Berbagai fasilitas berupa Rumah dll serta pembangunan sekolah yang bersumber dari Dana Desa sudah tersedia”. (ungkap Rumalowak diatas longbot menelusuri kali Masiwang).
Selama 3 jam mengendarai perahu longbot, Rumalowak dan Tim-pun tiba di “tubir masiwang pantai” yang menjadi desa awal sebelum direlokasi oleh pemerintah daerah setempat karena korban banjir. Rumalowak mengajak seluruh masyarakat dan para “Tuah Adat” untuk boleh bermukim di bibir pantai ini untuk melaut dan bertani, namun berkewajiban mengizinan anak-anak untuk mendapatkan Hak Pendidikan di lokasi baru yang sudah disipakan pemerintah.
”Izinkan Saya mengetuk Bathin Bapak/Ibu dan Para orang Tua disini agar sekokahkan anak-anaknya dinlokasi pemukiman yang baru, anak-anak inilah kelah yang mampu merubah peci Htam Bapak/Ibu menjadi Peci Putih kelak, merekalah yang mebgangkat derajat Bapak Ibu kelak, nasib dan perbaikan keluarga kelak, agar tubir masiwang tercinta jangan dipandang sebelah mata dengan keterbelakangan Pendidikan oleh orang lain”. (ajak Rumalowak dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami masyarakat setempat).
Sesekali, Gaya ajakan rumalowak “ala” anak Negeri setempat, dialektikan dan pola komunikasi sesama anak negeri SBT membuahkan hasil yang baik dintandai dengan persetujuan masyarakat setempat untuk menjamin kepastian sekolah anaknya di lokasi hunian baru telah ada . Bahkan pelukan tangis haru bergemuruh memeluk Rumalowak tak dapat terbendung dikarenakan; baru pernah Seorang Kepala Dinas bisa datang dan mengunjungi sekaligus melihat kondisi mereka.l dan mengajak kesadaran pentingnya Pendidikan dalam menebus susahnya kehidupan mereka.
“Kami sangat berterima Kasih atas kedatangan Pak Sidik yang langsung melihat dan merasakan kondisi negeri kami. Baru pernah seorang Kepala Dinas datang mengujungi kami seperti ini. Kami Bangga punya Pejabat SBT seperti Pak Sidik” (ungkap Kepala Dusun dan Imam Negeri Tubir Masiwang).
Selepas kunjungannya, Rumalowakpun diantar secara beramai-ramai menuju bibir kali mengendarai longbot untuk kembali diring rasa sedih nampak di mata rumalowak yang berkaca. Sebuah pemandangan yang membuat semuanya jajaran Dinas Pendidikan yang mendampingi Kunjungan Kerja Rumalowak hening sambil merenung betapa Mulianya Pengabdian Pendidikan di Kabupaten yang masih membutuh perhatian full Pemerintah di Sektor Pendidikan ini. Sambil melambaikan tangan ke Masyarakat tubir masiwang, Rumalowak Berucap ; jangan lupa ajak anak-anak kita ke sekolah! Perahu longbot-pun bergegas kembali menjelang jam 6 sore.
Jarak tempuh yang sama pula yang harus dilewati dengan berbagai tantangan yang ada, Rumalowak berpesan kepada jajarannya menggunakan Dialek Melayu Malukunya; Jangan Lupa Uriti (jangan lupa negeri asal SBT) haru maju dari daerah lainnya. Jangan Takut, pengabdian demi Negeri tercinta ini bernilai Ibadah. Tutupnya sambil mengajak kami menikmati Pemandangan senja di sungai masiwang yang ekseotik dan penuh tantangan ini.(SM)