Oleh : Yusmianto Wally
SABUROmedia – Bait-bait kecil ini saya tulis sebagai bentuk catatan kecil untuk saya secara pribadi dan AMM di Maluku secara keseluruhan. Jika nanti ada penyampaian Bahasa yang tidak pas atau keliru bahkan menjadi tamparan bagi saya dan AMM di Maluku, mohon saran dan masukan yang membangun guna melengkapi tulisan kecil ini untuk menjadi lebih baik. Dalam bait-bait kecil ini saya secara pribadi tidak bermaksud menyudutkan atau menyindir siapapun, saya hanya merefleksikan kembali pikiran saya dalam momentum Milad 108 Muhammadiyah (18 November 1912 – 18 November 2020 ).
Dalam perayaan Milad Muhammadiyah kali ini PP Muhammadiyah Mengusung Tema “ Meneguhkan Gerakan Keagamaan Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri ”. Haedar Nasir ( Ketua Umum PP Muhammadiyah) Mengatakan bahwa : Tema yang diangkat untuk mempertegas gerak, sikap, dan kebijakan Muhammadiyah dalam menghadapi keragaman paham, pandangan, dan orientasi keagamaan yang tumbuh dan berkembang, pada tema kali ini Muhammadiyah juga senantiasa memasukkan tema solusi terhadap masalah negeri, termasuk pada era pandemi yang tengah dihadapi, Muhammadiyah berkomitmen untuk terus memancarkan semangat dalam menghadapi pandemi. ” Pada kenyataannya, semenjak masa awal wabah Covid-19 menyapa negeri ini Muhammadiyah telah berbuat yang terbaik dan maksimal. Baik dalam aspek ibadah dan keagamaan maupun masalah sosial dan kesehatan bahkan yang menyangkut aspek ekonomi, ” Di sisi lain, Muhammadiyah juga sadar bahwa masalah-masalah negeri berdampingan dengan masalah kebangsaan baik Politik, ekonomi, budaya, dan keagamaan yang kompleks, hal ini tidak mungkin bisa diselesaikan satu pihak. Oleh karena itu, lewat tema Milad ini, Muhammadiyah mengingatkan sekaligus mengajak seluruh kekuatan bangsa, termasuk Pemerintah, lembaga politik, dan kenegaraan untuk menyelesaikan masalah bangsa. Sumber ( konferensi pers virtual, Senin 16/11/2020).
Dari khidmah yang dilakukan oleh Muhammadiyah, telah membawa konsekuensi pengembangan bahkan pembaruan peran dan keberadaannya. Kehadirannya sebagai “global civil society” dalam aras “global (good) governance”, mengisyaratkan Muhammadiyah untuk mengembangkan wilayah tajdid dan ijtihad yang menjadi watak “distinctive”nya, sebagai gerakan Islam, dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar. Oleh karena masyarakat di mana Muhammadiyah kini berada, adalah masyarakat yang tengah bergerak dari masyarakat informasi (information society) Menuju kepada Masyarakat Ilmu (Knowledge Society).
Keberadaan muhammadiyah di era kontemporer ini menjadi keterpanggilan sendiri bagi Muhammadiyah untuk menggeluti wilayah peradaban yang lebih luas dan mendalam. Karena di dalam pergumulan pembinaan peradaban utama ini, diperlukan pengkajian yang lebih mendalam dalam wilayah nilai, filsafat ilmu dan reformasi pendidikan. Serta kerja peradaban yang hollistik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kurshid Ahmad : ” The most distinct and defining aspect of Muslim civilization is that is based on faith and is inspired by a vision of Man, Society, and Destiny based on Devine Guidance. It is characterized by the integration of the spiritual with the material, and the moral with the mundane. Life is one organic whole “.
Integrasi antara agama dan ilmu pengetahuan merupakan landasan yang harus dibangun bersama bagi pembinaan peradaban utama. Suatu tugas keummatan yang harus terus memanggil kita bersama untuk lebih bersungguh-sungguh menggeluti persoalan strategis dan berjangka panjang ini untuk membina peradaban utama yang universal, yang melintasi ruang dan zaman : “Religion and science or scientific activities are regarded as the two phenomena that may elevate a culture to the level of universality”.
Peran AMM dalam Menghadapi Perkembangan Muhammadiyah
Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) sebagai generasi penerus pelangsung dan penyempurna Muhammadiyah. Sebagai generasi penerus dan penyempurna muhammadiyah AMM sudah seharusnya menjadi pilar utama pembangunan peradaban Muhammadiyah yang berkelanjutan dalam rangka mewujudkan cita-cita Muhammadiyah. Dalam hal ini AMM sudah seharusnya menjadi generasi-generasi yang melek terhadap perubahan dan perkembangan zaman.
Pesatnya perkembangan Muhammadiyah diera kontemporer ini telah mengisyratkan kepada AMM secara kolektif dan AMM secara khusus di Maluku untuk dapat serta mengambil bagian dalam pengawalan dan pengawasan terhadap masalah-masalah yang dihadi oleh negeri ini. Dalam menanggapi segala bentuk persoalan kebangsaan dan kedaerahan di Maluku, AMM Maluku sudah seharusnya menjadi garda terdepan dalam pembangunan peradaban dimaluku secara khusus dan Indonesia secara umum selain itu AMM Maluku sudah seharusnya menjadi penengah dalam mengatasi segala bentuk dinamika kedaerahan hari ini (AMM menjadi Solusi dalam menjawab tantangan dan dinamika di Maluku).
Peran AMM dalam menjawab segala bentuk persoalan dan dinamika kekinian sudah final dan tak bisa ditawar-tawar. dalam menjalankan perannya AMM memiliki nilai-nilai yang seharusnya dikembangkan sebagaimana yang dikatakan oleh Zakiyah Nur Zuroidah dalam Artikelnya “ Peran Angkatan Muda Muhammadiyah Dalam Mengembangkan Karakter Masyarakat ”. Menurut Zakiyah Nur Zuroidah Nilai-nilai yang harus dikembangkan oleh AMM yaitu : (1) Nilai-nilai karakter yang berhubungan dengan nilai ketuhanan atau religius merupakan nilai yang menjadi fondasi bagi masyarakat sehingga sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh AMM berkaitan dengan nilai-nilai karakter religious, (2) Nilai – nilai karakter yang dikembangkan berhubungan dengan diri sendiri meliputi jujur, disiplin, kreatif, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, tanggung jawab, bersahabat dan komunikatif, (3) Nilai-nilai karakter yang di kembangkan oleh AMM yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan
Tantangan AMM dan Kaderisasi Di Maluku
Dalam menghadapi situasi kebangsaan hari ini yang bisa dibilang bangsa hari ini berada dalam kondisi serba ketidak pastian, bagaimana tidak, hal ini bisa kita lihat dalam policy Pemerintah pusat dan daerah yang terkesan menyudutkan para akademisi, Ulama dan rakyat sehingga terjadi perbenturan pemikiran yang tak bisa kita hindari. Belum lagi hadirnya konten-konten yang tidak mendidik bergentayangan disetiap sudut dan dinding media social hari ini.
Dengan melihat arus besar perbenturan pemikiran dan lajunya percepatan informasi dan technology menjadi tantangan tersendir dalam menyiarkan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar oleh AMM di Maluku. Sehingga AMM Maluku paling tidak sudah memikirkan formulasi baru untuk menghadang lajunya percepatan informasi dan tekhnologi sehingga AMM Maluku mampu menghadang percepatan penyebaran konten-konten yang tidak mendidik dan berita hoax yang melaju dikalangan masyarakat.
Dalam salah satu subbab di buku Muslim Tanpa Masjid, Kuntowijoyo memaparkan penjelasan yang menarik mengenai kekhawatirannya terhadap masa depan persyarikatan Muhammadiyah di abad ke-21. Prof Kuntowijoyo menulisnya sebagai persembahan untuk Muktamar Muhammadiyah pada tahun 1995. Artikel itu dia beri judul “Kebudayaan, Masyarakat Industri Lanjut, dan Dakwah”. Di sana dia menyebutkan, “Muhammadiyah akan menghadapi tantangan yang lebih besar dari dalam organisasi, dalam negeri, maupun luar negeri pada abad ke-21. Dalam organisasi sudah muncul generasi baru yang tidak banyak mengenal Muhammadiyah yang disebabkan perkaderan yang semakin terbuka direkrut dalam organisasi.” (cet. baru 2018: 195). Adapun tantangan dari dalam negeri, Pak Kunto menjelaskan, berupa munculnya kelas baru dalam masyarakat—mungkin muncul sebagai akibat industrialisasi. Untuk tantangan dari luar negeri, kata Kuntowjoyo, disebabkan semakin derasnya informasi global. Meskipun menurut dia, gejala tersebut juga pasti akan dialami oleh ormas lain yang serupa, Kuntowijoyo menegaskan, karena Muhammadiyah berada di garis depan, pastilah akan terkena dampak yang lebih hebat. Apakah ketiga tantangan zaman atau kekhawatiran Kuntowijoyo ini benar-benar terjadi? Tantangan yang datang dari dalam tubuh organisasi ini, makin ke sini makin kental dan kentara. Misalnya, dengan hadirnya generasi baru—ataupun wajah lama, orientasi baru—di dalam tubuh persyarikatan yang menginginkan ke ranah politik praktis, perebutan kekuasaan, bursa pemilihan presiden dan legislatif yang tentunya menginginkan organisasi ini bergeser menjadi gerakan politik. Ditambah lagi dengan lahirnya generasi yang malas dan bebal untuk membahas hal-hal berkaitan dengan ideologi dan khittah persyarikatan.
Dalam menjawab tantangan diera kekinian paling tidak AMM dimaluku sudah seharus mengupgred system dan pola pengkaderan AMM dimaluku yang selalu berpatoka pada pedoman atau sistim pengkaderan oraganisasi. Dalam hal ini gerakan kaderisasi dimaluku sudah seharusnya berjalan mengikuti pedoman dan sistim pengkaderan itu. Selain itu dalam kurikulum pengkaderan AMM dimaluku juga harus di Upgrade seiring dengan perkembangan zaman namun bukan berarti keluar dari sistim pengkaderan itu sendri.
Pengakaderan menjadi hal yang paling fundamental dalam menghadapi arus perubahan hari ini, sebab pengkaderan merupakan dasar dari pada pergerakan AMM dimaluku, pengkaderan juga menjadi sebuah keharusan yang fainal dalam menciptakan generasi Ulama Intelektual Intelektual Ulama.
* Penulis adalah Aktifis AMM Kota Ambon, Maluku