SABUROmedia, Jakarta – Selama ribuan tahun Kepulauan Nusantara menjadi sebuah persimpangan kebudayaan musik yang datang dari pelbagai benua. Dalam perkembangan peradaban ini, 5000 tahun yang lalu nenek moyang kita di Jawa dengan meminjam teknologi metalurgi yang datang dari Indocina sudah mampu menciptakan alat musik yang bernama Gong. Dari alat musik Gong inilah lahir sebuah Musik Orkestra pertama di dunia dengan nama Gamelan. Dari alat musik ini pula lahir sebuah lapisan peradaban baru di Asia Tenggara yang bernama Kebudayaan Gong, dimana alat musik ini berfungsi sentral dalam komunikasi sosial, ekonomi, politik dan agama di antara para suku-bangsa di seluruh wilayah ini.

Di abad ke 21, pertemuan kebudayaan musik di bumj Nusantara yang telah berlangsung selama ribuan tahun ini menjelma menjadi sebuah surgawi musik yang tiada taranya di dunia. Dari
Sabang hingga Marauke, kekayaan musik asli Nusantara terbentang dalam keberagaman bentuk, jenis dan karateristik yang luarbiasa.

Dalam konteks inilah Indonesia dapat memposisikan diri sebagai pusat dari world music di dunia. World music adalah musik yang tumbuh dan berkembang pada akar budaya masyarakat setempat. Oleh sebab itu, tempat dimana world music ini lahir
dengan sendirinya merupakan tempat yang sangat unik. Keunikan tempat atau daerah inilah yang dapat di kemas menjadi destinasi wisata budaya. Dengan demikian, kehadiran world music dan kemasan destinasi wilayah tertentu untuk menjadi tujuan wisata budaya adalah sesuatu yang
tidak dapat di pisahkan.

Contoh yang paling jelas dari hal ini adalah Bali. Apa yang menjadi daya tarik Bali bukanlah hanya alam dan pantainya. Unsur inti yang menjadi daya tarik Bali adalah kehidupan budaya masyarakatnya yang sangat performatif. Thus Bali secara alamiah sebenarnya adalah sebuah arena festival yang paling dinamis dan paling hidup di dunia. Oleh sebab itulah, LOKASWARA memilih Bali sebagai arena festival world music yang bertujuan untuk mengangkat Bali menjadi sebuah arena festival kelas dunia yang paling menarik di Asia. Pada saat gagasan ini menjadi sebuah kenyataan, masyarakat dunia akan meluruk ke Bali untuk dapat menonton pertunjukkan world music dari wilayah Nusantara. Beberapa negara di Eropa seperti United Kingdom sudah pg. 2 berhasil mewujudkan hal ini melalui festival world music mereka yang berjudul WOMAD.

Bahkan Malaysia, negara tetangga kita sudah terlebih dahulu menyadari hal ini. Rainforest World Music Festival yang setiap tahunnya berlangsung di Serawak selalu di kunjungi tidak kurang dari 30,000 turis asing setiap tahunnya.
Indonesia, melalui LOKASWARA FESTIVAL di harapkan dapat mengejar ketertinggalan ini dalam waktu dekat. Walaupun penyelenggaraan LOKASWARA FESTIVAL pada tanggal 19 September ini akan di tekankan pada live streaming, kami yakin begitu era pandemik ini selesai, Bali akan
terkenal sebagai pintu gerbang world music Nusantara di dunia internasional.
Untuk yang pertama-kalinya ini LOKASWARA FESTIVAL akan menampilkan 3 grup musik yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Pertama, Nita Aartsen feats Trie Utami adalah grup musik jazz yang seringkali menggarap lagu-lagu daerah pelbagai wilayah Nusantara dalam bentuk aransemen jazz yang sangat menarik. Kali ini Nita Aartsen, pianist jazz Indonesian yang kenamaan secara khusus akan menampilkan Trie Utami penyanyi jazz/pop Indonesia yang memiliki gaya tersendiri.

Kedua, Jegog Suar Agung adalah jenis musik bambu raksasa dari wilayah Jembrana, Bali yang sangat memikat. Di samping dinamika musik dan anyaman ritmenya yang sangat kompleks, suara rendah dari bambu raksasa yang berjumlah 16 buah atau lebih ini memberikan kesan mistik dan alamiah yang sangat kuat bagi kita.
Ketiga, Ras Muhamad and NoizeKilla adalah pasangan duet yang sangat kreatif dari dua orang pemusik reggae Indonesia. Walaupun reggae berasal dari luar, kedua pemuda ini berhasil menorehkan elemen musik lokal dan aspirasi sosial yang sangat kuat pada musik mereka. Di samping itu, kenakalan lirik mereka juga merupakan daya tarik tersendiri bagi para penggemarnya yang sebagian besar terdiri dari generasi milenial.
Thus jangan lupa, datanglah ke CAFÉ LOTUS di Ubud, Bali pada tanggal 19 September Pk. 20:00-
22:00 WIT atau tontonlah acara keren ini melalui Youtube (Lokaswara Project –
https://www.youtube.com/c/lokaswara/featured) dan Facebook (Lokaswara Festival –
https://web.facebook.com/LokaswaraFestival). Mengingat festival ini kami selenggarakan pada
era pandemik, penonton di CAFÉ LOTUS akan kami batasi hanya 50 orang untuk yang datang terlebih dulu. Di samping itu, penonton juga harus mengikuti aturan protokol kesehatan New Normal dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang akan kami terapkan di lokasi festival. Selamat menyaksikan dan menikmati suguhan musik LOKASWARA yang di persembahkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (SM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *