Oleh: Prof Harry Azhar Azis (Ketua Umum PB HMI 1983-1986)

SABUROmedia, – Saya tidak begitu mengenal dekat mas Gambar Anom tapi kepergiannya hari ini tgl 27 Agustus 2020 tetap membuat sy tersentak. Seolah tdk percaya atas berita itu. Orang yang begitu lembut dan murah senyum kok bisa tega meninggalkan kita. Ketika saya menjadi Ketua Umum PB HMI 1983-86 ada beberapa kali ketemu dng mas Gambar Anom. Tidak seperti terhadap beberapa senior alumni HMI yang kalau ketemu Sy atau teman2 Pengurus Besar HMI lainnya selalu keluar kata2 nasehat atau ada saja yg masih suka memberi “perintah”, dng Mas Gambar Saya tidak pernah merasakan itu. Orangnya betul2 “low profile,” bersahaja. Paling jauh tanya, “apakabar Har” atau “ selamat ya Har sudah jadi Doktor” ketika saya baru pulang sekolah dari Amerika Serikat di tahun 2000. Lengkap dengan wajah senyumnya yang selalu membuat saya terkesan. Di antara kerumunan para alumni, posisi mas Gambar dengan jelas selalu terlihat cerah dan biasa-biasa. Tetapi tegas dengan posturnya tersendiri.
Yang saya ketahui mas Gambar adalah tipe seorang tokoh HMI yang sangat sederhana padahal beliau pernah menjadi Sekjen PB HMI periode 1971-1974 ketika Ketua Umumnya Akbar Tandjung. Saya bahkan hampir tdk percaya ada seorang seperti Gambar Anom bisa menjadi tokoh penting di HMI. Yang saya alami mereka yang beraktivitas dan menonjol menjadi tokoh di HMI rata2 adalah mereka yang selalu sibuk dan betah berkata2, lebih berkata2 daripada mendengar kata2. Rasanya tidak ada yang lebih hebat di HMI bila kita bisa membuat lawan bicara kita berhenti berkata2. Atau terbata2 dalam berdiskusi. Mas Gambar dlm bicara tidak ada kesan “mengurui”, atau “menasihati” padahal sebagai seorang senior rasanya tdk masalah bila dia bersikap seperti itu. Karena rata2 senior itu tentu ragam pengalamannya lebih banyak. Tapi itu sama sekali tdk tampak, persepsi yang saya peroleh ketika berdiskusi dengan mas Gambar justru sering mengedepankan pendekatan “kita” daripada “aku”nya. Tidak pernah membuat jarak antara “kami” atau “kamu”. Semuanya mengalir seperti air sungai yang turun dari gunung. Karena semua isi diskusi dimulai dengan ramah dan ditutup dengan senyum.
Itulah Mas Gambar Anom yang saya kenal. Perjumpaan kita rasanya terlalu pendek Mas, wakau mas Gambar 11 tahun lebih tua dari saya. Saya rasanya belum penuh menerima “air gunung” yang mengalir darimu, Mas Gambar telah pergi. Pergilah dengan senyum menemui Tuhan kita, saya yakin Tuhan pasti menyambutmu dng senyum pula.

Depok, 27 Agustus 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *