SABUROmedia, Ambon – Proses Pilkada SBT 2020 kini memasuki tahapan penting, dimana semua nama yang masuk dalam bursa kandidat, baik balon cabup maupun cawabup sedang berupaya keras memenuhi syarat pendaftaran agar bisa menjadi salah satu dari kandidat yang akan bertarung nanti sesuai keputusan KPU.
Namun, proses selama fase kandidasi ini, sungguh tidaklah mudah; butuh lobi-lobi elite, kerja keras tim balon, juga dukungan yang tak henti dari masyarakat agar perjuangan ke arah itu dapat berjalan mulus dan akhirnya bisa meramaikan panggung Pilkada SBT.
Perkembangan terbaru, fase kandidasi ini masih berkutat pada tahapan pemenuhan syarat pendaftaran ke KPU (sesuai UU No. 10 Tahun 2016, Pasal 40 Ayat 1) yaitu dengan mencari dukungan parpol lewat rekomendasi, atau mendapat sebanyak mungkin dukungan KTP untuk jalur independen.
Kalau basudara perhatikan tahapan ini, seng jarang isu berhembus kencang bagai angin dan ombak timur yang bagoyang hebat sampai akang tapica di bibir pantai. Gemuruh deburan ombak itu, bisa diibaratkan dengan bisingnya perbincangan masyarakat di media sosial maupun bisik-bisik tetangga tentang siapa yang bakal berhasil maju dalam Pilkada nanti.
Merujuk pada fakta terkini, katong Tamang IR berharap, semua proses harus dilakukan secara elegan, berkualitas, dan punya muatan literasi politik yang tinggi.
Selain itu, tiga poros kandidat yang kini mecuat, diharapkan dapat ditetapkan sebagai kandidat terkuat yang lolos proses pendaftaran dan verifikasi faktual. Artinya, semakin banyak pilihan calon pemimpin, semakin baik masyarakat diajak rasional tentang siapa kandidat terbaik yang siap memimpin mereka.
Sekarang pertanyaannya, kenapa skema ini menarik? Setidaknya ada tiga keuntungan:
Pertama, dengan hadirnya tiga pasang kandidat dalam Pilkada SBT nanti, akan membuka seluas-luasnya kesempatan masyarakat untuk mengekspresikan hak politiknya dengan memilih yang terbaik.
Masyarakat, tidak lagi dipusingkan dengan ketegangan memilih antara si A atau si B. Tapi bisa memilih satu dari tiga kandidat yang bertarung. Kemungkinan besar (mohon doanya), semoga MK-IR, Nina Ramah, dan Faham bisa bersaing sehat di pentas Pilkada. Setuju, to?
Kedua, dengan adanya kehadiran tiga pasang kandidat, tentu berpotensi besar melerai dan memperkecil ketegangan juga konflik di masyarakat. Barangkali, nanti katong su seng seperti Pilkada di daerah lain yang tagal Pilkada, anak su seng cium bapa-mama pung tangan, tamang seng baku sapa lai, kampung deng kampung seng baku kanal, bahkan suami-istri terancam bercerai. Jangan sampai terjadi, naudzubillah!
Coba mari katong jujur saja, terutama par diri sandiri, capek ka seng setiap pilkada yang muncul hanya perseteruan antar pendukung? Bahkan, perseteruan alias baku marah ini, bisa bertahan sampai pilkada berikutnya. Bayangkan, su kotor macam apa katong pung hati?
Oleh karena itu, mari katong baku kasih maaf satu deng yang laeng dolo, mohon saling memaklumi bahwa meski dalam pilkada ini katong baku lawan, tapi bukan lawan abadi. Walaupun katong baku adu strategi, tapi itu bukan par kasih cilaka.
Sudah saatnya, katong kas naik level pertarungan ke tingkat substansi, dimana tidak lagi bicara personal tapi bicara visi misi kolektif. Katong seng bicara lagi, jual beli suara, tapi tukar-bakutukar pendapat.
Ketiga, hadirnya tiga pasang kandidat nanti, juga bisa dinilai sebagai gambaran kedewasaan katong pung dinamika berdemokrasi. Kanapa bagitu? Ya, katong ingin Pilkada bukan ajang kontestasi dua kepentingan besar, melainkan ajang pencarian pemimpin ideal untuk negeri ITA WOTU NUSA.
Ingat, tabulik ita woisa, tabasau tabateta!
Salam Adil-Makmur, MK-IR Musyafi Rumadan, Tokoh Pemuda Seram Timur