SABUROmedia, Ambon – Untuk kesekian kalinya beberapa Rumah Sakit (RS) menolak pasien untuk di rawat, padahal sudah ada instruksi gubernur Provinsi Maluku dan sudah beberapa kali di tegur oleh Ketua DPRD Provinsi Maluku dan Anggota DPRD Provinsi Maluku lainnya agar RS menerima merawat pasien umum. Namun kenyataanya intruksi orang nomor satu di Maluku dan Lembaga DPR itu tak diindahkan.

Ditemui Saburomedia.com, AK seorang ibu hamil berusia 30 tahun mengaku kesal lantaran RS tak mau merawatnya, alasanya pun tidak jelas padahal segala prosedur sebagaimana ketentuan protocol Kesehatan sudah dipenuhinya.

” Beta  su paleng cape taputar kasana kamari di RS balom ada yang tarima mau rawat beta, balom lai beta su pareksa di dokter praktek su kas kaluar biaya tarus,”ujar AK khas Ambonnya di pelataran RS Al-Fatah Ambon, Jumat (19/08/2020).

 AK mengaku khawatir dan resah atas kondisinya dan bayi yang dikandungnya, saat memeriksakan diri pada salah satu dokter praktek di kota Ambon, hasilnya ia harus menjalani operasi sesar. Mengikuti arahan dokter, lantas AK memilih RST.

 Sekitar jam 8 pagi pada Senin kemarin AK sudah ke RST, kepada AK petugas pelayanan bagian administrasi menyampaikan bahwa ia harus di rapid test sebelum menjalani penanganan lanjut, ia pun mengikuti arahan pihak RST untuk di Rapid Test, hasilnya cukup mengejutkan, dimana ia divonis reaktif tanpa diberi bukti hasil swabnya dan memintanya rujuk ke RSUD Haulussy Ambon dengan alasan RST tak tersedia ruang Isolasi.

“ Beta iko aturan saja, dong bilang beta pung hasil reaktif tapi dong seng kas tunju akang pung hasil par beta, dong cuma bilang saja lalu dong bilang beta harus rujuk k RSUD Haulussy soalnya katanya di RST seng pung ruang isolasi,” tuturnya kesal.

Lanjutnya, Ia pun mengikuti petunjuk untuk harus ke RSUD Haulussy, ke esokan harinya sekitar jam 10 pagi ia segera  RSUD. Hal yang sama ia diminta tetap di rapid test, ia pun mengikuti petunjuk, hingga sore sekitar jam 4 baru diumumkan hasilnya, meski sejak pagi menunggu tapi hasilnya memuasakan ia di vonis negative.

Namun mengejutkan, ia disuruh pulang oleh pihak RSUD, alasannya karena ia negative takutnya jika ia dirawat di RSUD ia akan terkena corona.

 “ Dong bilang beta musti pulang soalnya katanya dong kasiang beta yang negatif corona kalo sampe rawat di RSUD Haulussy jang sampe beta kanal corona, soalnya katanya dong rawat pasien corona,” cerita AK.

Tak membuatnya pesimis, keesokan harinya, pada Rabu (18/06/2020) AK kembali ke dokter praktek, dari saran dokter, AK diarahkan untuk ke RS Al-Fatah Ambon. Berdasarkan saran dokter keesokan harinya, Kamis (18/06/2020) AK segera ke RS Al- Fatah Ambon. Sekitar jam 9 pagi di loket pelayanan administrasi AK diminta untuk dirapid test, sebagaimana prosedur.

Hingga menunggu sekitar jam 12 siang hasilnya pun diumumkan, hasilnya ia dinyatakan reaktif dan diminta untuk ke RSUD Haulussy Ambon, karena hal yang sama seperti di RST tak memiliki ruang isolasi. AK pun segera menceritakan nasib yang menimpahnya berharap para petugas RS Al-Fatah Ambon merasa ibah dan mau melayaninnya, namun tetap para petugas RS enggan untuk melayani.

“ Beta sampe sucarita beta pung nasib par perawat itu tapi dong seng mangarti lai, malahan dong suruh beta ka puskesmas rijali par rapit test deng pareksa hasil swab supaya beta tau ada corona ka seng,” tuturnya.

Kepada para petugas itu AK terus mengeluhkan kondisinya, ia meminta belas kasih dari para petugas, dengan meneteskan air mata ia mengaku Lelah dan kepada siapa lagi harus ia mengeluh, sudah beberapa rumah sakit yang ia kunjungi namun tetap saja ditolak dengan alasan rupa-rupa.

 ” Beta ni so lalah, katong batamang katong rasa macam katong dapa putar tarus e, beta ni su taputar kasana kamari baru beta tiap hari poro sakit tarus, katong seng tau barang-barang panyaki model ini jadi katong tarima deng lapang dada saja, ” ujarnya sembari mengurai air mata yang sejak tadi menetes.

Ia hanya bisa berharap kalau bisa permudah pelayanan RS, meski dalam kondisi pandemic saat ini yang seng menentu, tapi jangan juga pernah melupakan pelayanan medis, supaya pasien lainnya dengan gejala penyakit yang lain bisa dilayani.

“ korbannya juga katong yang ibu hamil, kondisi hari ini beta rasa akang memang pung setengah mati, ini seng tau mau kemana,”tutupnya mengaku berharap pihak RS bisa melayaninya. (SM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *