SABUROmedia, Ambon – Alumni Himpunan Pelajar Mahasiswa Maluku – Sulawesi Tenggara (Hippmast) melaksanakan Webinar Kebudayaan dengan topik “Eksistensi Masyarakat Sultra di Maluku “, yang menghadirkan Narasumber Dr Abd Rahman Hamid dari UNHAS Makassar, Dr La Ode Ida, Tokoh Masyarakat Sultra, yang juga Ketua Ombudsman RI dan Amirudin., M.Pd, Dosen UHAMKA Jakarta. Diskusi sangat menarik, hampir 2 jam dipandu oleh Deden Siolimbona dan Ode Abdurachman sebagai Host tidak terasa.
Bapak Abd Rahman Hamid, seorang sejarawan dari UNHAS Makassar membuka diskusi ini, dengan mencoba mempresentasikan beberapa literatur terkait dinamika dan perdagangan rempah – rempah di Indonesia Timur, khususnya Cengkeh Pala di Maluku. Dimana ada 2 jalur terdahulu yang selalu digunakan untuk mendapatkan rempah – rempah Maluku, yaitu jalur pertama dari Malaka ke Pesisir Jawa, menuju Sulawesi Tenggara, kemudian Banda dan lanjut ke Maluku Utara, jalur pelayaran ini biasa digunakan oleh Orang dari Jawa dan Melayu. Sedangkan jalur kedua, dari Malaka masuk ke Kalimantan, kemudian menuju Buton, Laut Banda dan Maluku, rute ini adalah rute bangsa Portugis. Hal ini bisa ditelusuri sekitar abad ke-17, tentang catatan pelayaran Steven van der Hagen yang merupakan laksamana VOC saat itu. Kemudian terkait keberadaan orang Buton di Maluku berdasarkan literatur yang ada, sudah dimulai dari abad 16 dan 17, baik berdasarkan keterlibatan Kesultanan Buton dalam berbagai peperangan yang terjadi maupun para Pelayar – Pelayar asal Sulawesi Tenggara yang berniaga. Saat ini sudah terjadi akulturasi budaya, melalui perkawinan dan hubungan kekeluargaan yang sudah turun temurun, tuturnya.
Sementara itu, Bapak La Ode Ida, banyak menyoroti terkait berbagai ketegangan sosial didunia dan konflik penguasaan SDA. Akhirnya konflik – konflik SARA masuk ke ranah Politik praktis, yang merugikan generasi dan masyarakat kita. Saat ini Pemerintah harus hadir dan menjamin distribusi keadilan pembangunan secara merata, sehingga berbagai potensi ketegangan sosial bisa diredam. Beliau mencontohkan bagaimana kemudian pengaruh China didunia, yang akhirnya menjadi bahasa nasional Eropa, yaitu Bahasa Mandarinnya, disamping Bahasa Inggris dan Spanyol. Bagaimana Israel, komunitas kecil didunia, tapi mempunyai pengaruh yang luar biasa, karena penguasaan ekonomi dunia, tegasnya. Kedepan masyarakat harus meningkatkan kapasitas ekonomi dengan wirausaha, disamping kapasitas pendidikannya, bukan belajar tinggi – tinggi hanya untuk menjadi ASN atau pencari kerja saja, kata beliau. Hari ini banyak para guru – guru besar, pensiunan birokrat maupun aparat kita, duduk di level tertinggi perusahaan – perusahaan besar, namun bukan pemilik modal, hanya pekerja, suatu saat putra – putri terbaik bangsa Indonesia harus menjadi pemilik modal dan pengendali, sehingga pengaruh bangsa dan negara ini kuat dan diperhitungkan dalam dunia pergaulan Internasional.
Amirudin, Dosen UHAMKA Jakarta, mantan Ketua DPP IMM ini, mengikuti Webinar dari Malaysia, karena sementara melanjutkan Doktoralnya. Beliau banyak memberikan motivasi agar kedepan akulturasi bisa dilakukan secara perlahan, dalam semangat dan bingkai NKRI. Kedepan harus banyak terlibat dan mendukung berbagai program pembangunan daerah, berkontribusi aktif sesuai profesionalisme masing – masing dalam mendukung pembangunan di Maluku, “ tutup beliau.(SM)