Oleh: Nardi Maruapey (Mahasiswa Universitas Darussalam Ambon)

SABUROmedia, Ambon – Virus corona atau Covid-19 kini menjadi musuh bersama (common enemy) semua orang karena wabah dari virus ini merupakan ancaman terhadap keberlangsungan hidup dan kehidupan manusia di seluruh negara di dunia. Ancaman berupa kematian dan menghancurkan segala tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dari semua aspek yakni politik, ekonomi, sosial, ketahanan, dan keamanan juga dialami oleh negara kita Indonesia di hampir semua daerah. Mulai dari perkotaan hingga pedesaan. Dari tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, sampai ke Desa-desa.

Sehingga secara otomatis, Maluku Tengah (Malteng) sebagai salah satu kabupaten yang ada di Maluku turut merasakan ancaman yang sama dari wabah virus corona, virus yang sangat mematikan ini. Apalagi kota Ambon sebagai ibu kota atau pusat pemerintahan dari provinsi Maluku sudah ditetapkan sebagai “zona merah” Covid-19. Maka bukan tidak mungkin masohi juga akan mengalami hal yang sama, jika tidak ada perhatian serius dan langkah strategis sebagai upaya memutus mata rantai dari wabah virus corona dari pemerintah Malteng dan Maluku secara umum. Apalagi antara Ambon dan Malteng ada jalur perhubungan yang setiap harinya ada terjadi aktifitas masuk keluar orang.

Dengan adanya kemunculan wabah virus corona tentu menjadi permasalahan baru dan menambah permasalahan dari sekian banyak daftar permasalahan yang sudah ada di kabupaten Malteng. Bukan menjadi rahasia lagi kalau kabupaten Malteng yang dikenal sebagi salah satu kabupaten tertua di Indonesia (sejak 1958) yang selalu dikelilingi dengan sederet masalah kehidupan sosial masyarakat yang belum mampu diatasi oleh pemangku kebijakan (stakeholder). Termasuk ketidakberesan sekaligus ketidakmampuan mengatasi masalah virus corona terutama dari pihak pemerintah (Eksekutif) dalam membantu dan meringankan beban masyarakat di tengah wabah.

Banyak Masalah

Ada satu kalimat pemberitahuan yang ingin saya sampaikan lewat tulisan ini bahwa “kalau anda ada sedang melihat berbagai macam permasalahan terus menerus terjadi di suatu daerah tapi tidak teratasi dengan baik”. Itu artinya anda sedang berada di Malteng. Ini adalah kalimat yang bisa menggambarkan secara umum bahwa sejak beberapa dekade terakhir sampai sekarang kabupaten yang beribu kota di Masohi ini selalu dipenuhi berbagai permasalahan dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan berdemokrasi.

Bahwa dari beberapa dekade terakhir sampai saat ini dan sebelum wabah virus corona menyerang sekaligus menjadi sebuah ancaman mengerikan di negara kita, Malteng sudah punya berbagai corak permasalahan yang kita lihat dan langsung rasakan. Apa saja? Pertanyaan yang baik itu mengawali itu semua.

Permasalahan-permasalahan itu diantaranya: Pertama, kualitas pendidikan yang masih rendah jika dilihat dari kelayakan pendidikan tingginya di kampus-kampus yang masih belum berkualitas. Bahwa dunia perguruan tinggi yang ada di Malteng atau kota Masohi belum membuat orang merasa tertarik untuk memilih kuliah. Hingga pertanyaan yang mendasar bahwa pendidikan di Malteng siapa peduli?

Hal ini tentu berakibat pada proses menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang kurang memiliki kapasitas. Dari data indeks pembangunan manusia (IPM) tahun 2017, kabupaten Maluku Tengah masih berada pada kategori IPM terendah.

Kedua, perputaran ekonomi masih sangat lambat sehingga berpengaruh terhadap ketersediaan lapangan kerja yang minim, banyaknya pengangguran, pendapatan dan daya beli masyarakat sedikit. Padahal sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk yang ada di kota Masohi per tahun 2018 sudah mencapai 41.057 jiwa.

Ketiga, kesenjangan sosial yang masih sering terjadi dan mewarnai perjalanan sosial masyarakat di daerah Malteng seperti kemiskinan, ketidakadilan sosial, bahkan sampai kelaparan. Untuk masalah kelaparan, pernah terjadi kasus kelaparan di masyarakat adat suku Mause Ane dari pegunungan Morkelle di tahun 2018.

Sementara untuk masalah-masalah lain masih juga sering terjadi di Malteng yang sangat jelas terjadi secara kasat mata. Masalah buruknya pelayanan publik yang selalu menjadi keluhan masyarakat; masih masifnya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang sering dilakukan oleh para elit lokal dan pejabat daerah yang dampak dari praktek kejahatan ini tentu akan luas, salah satunya pembangunan. Dengan begitu banyak permasalahan di daerah ini sehingga pemerintah bingung untuk mau memulai dari mana supaya bisa menyelesaikan setiap permasalahan yang ada. Begitulah kira-kira kita mencoba mengenal dan memahami fakta Malteng.

Malteng Di Tengah Wabah

Malteng saat ini merupakan daerah yang sudah termasuk daerah terdampak wabah Covid-19, walaupun belum memasuki ketegori rawan. Tetapi perlu ada upaya yang baik terutama dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan untuk secepatnya bertindak dan serius dalam memutus mata rantai wabah Covid-19 sebelum virus ini menyebar secara luas lagi di Malteng.

Tetapi selaku masyarakat Malteng ketika melihat kinerja pemerintah, kita sangat kecewa bahwa proses penanganan yang dilakukan sungguh tidak berjalan efektif, seperti, lambatnya kucuran dana untuk setiap posko gugus tugas Covid-19 di setiap tempat, tidak seriusnya lembaga eksekutif dan ketua gugus tugas penanganan Covid-19 dalam hal ini Bupati di Malteng dalam melihat kondisi dan nasib masyarakat di tengah wabah.

Tidak heran ketika beberapa hari kemarin pada (4/5/2020) terjadi protes yang sangat keras dan tegas dari DPRD Malteng sebagai representasi rakyat akibat tidak serius pemerintah (eksekutif) dan ketua gugus tugas penanganan Covid-19 yang tidak pernah memenuhi undangan untuk menghadiri rapat membahas upaya penanganan dari wabah Covid-19. Protes itu dilakukan sampai membanting meja dan melempar mic kepada pimpinan rapat di ruang rapat gedung DPRD Malteng. Hal ini tentu sudah bisa memberikan gambaran bagaimana kondisi Malteng di tengah wabah Covid-19.

Hampir Sakratul Maut

Ancaman yang buruk dari wabah Covi-19 yang sangat berdampak pada hidup manusia dan seluruh tatanan kehidupan dengan segala aspeknya, ditambah lagi berbagai permasalahan yang sudah beberapa dekade terakhir ini terjadi sebelum Covid-19 datang di Indonesia seperti yang sudah disebutkan di atas. Tentu akan menambah beban dan membuat nasib Malteng semakin buruk.

Kondisi malteng saat ini jika diibaratkan sebagai manusia, pasti dia sedang mengalami kesakitan yang sangat parah, bahkan hampir sakratul maut. Artinya kematian sudah dekat dengan dirinya. Ada dua hal yang menyebabkan Malteng hampir mengalami sakratul maut, diantaranya: 1) Kebobrokan penguasa atau pimpinan daerah dalam menyelesaikan segala permasalahan yang ada; 2) Ancaman wabah Covid-19 dan ketidakseriusan pemerintah dalam mengambil langkah penanganan yang efektif dan tepat.

Menunda dan Langkah Selanjutnya

Kiranya sakratul maut atau kematian yang sudah dekat dengan Malteng ini dapat ditunda atau menunda sakratul maut Malteng bisa dilakukan. Kita berharap pemerintah baik legislatif, eksekutif, yudikatif di Malteng yang sudah dipercayakan rakyat bisa berada pada ruang kesadaran kalau Malteng dan masyarakatnya membutuhkan pemimpin yang peduli terhadap kepentingan masyarakat di atas kepentingan-kepentingan yang lain.

Kita juga berharap adanya check and balance yang baik antara ketiga lembaga pemerintahan yang ada tanpa melalui kompromi-kompromi yang tidak diinginkan. Karena pada merekalah rakyat menaruh harapan dan keinginan besar untuk masa depan Malteng yang lebih baik. Sehingga langkah selanjutnya adalah berpikir dan mencari “solusi” untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada termasuk mencari solusi untuk keluar dari ancaman wabah Covid-19.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *