SABUROmedia, Ambon – Korban terinveksi Covid-19 di Indonesia melejit jadi 1.046 orang dan 87 orang wafat. Naik 500% sejak 2 Maret 2020. Tingginya angka kontainasi virus Corona, menuai banyak sikap kritik dan saran kepada negara untuk merespon agresif, belajar dari perang opini saling menuding atas kegagalan antisipasi antar negara.
Publik Asia Tenggara panik dengan situasi di Italia, karena warga yang tewas capai 9.134 orang dan Amerika yang warganya terinfeksi tertinggi di dunia, capai angka 102.396 orang dalam 3 bulan. Apalagi, Badan Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan ke khawatiran bahwa sistem perawatan kesehatan yang lebih lemah di Asia tenggara, tidak mampu mengatasi wabah besar Covid-19.
Pemicunya terlambat menetapkan kebijakan agresif sejak awal Januari 2020.
Termasuk LSM Australia, Lowy Institute, ikut mengkritik pemerintah Indonesia. Disebutkan bahwa tidak ada rencana yang jelas dan transparan tetang cara memerangi Covid-19, menyebabkan pemrov, langsung bertindak karena kehilangan kepercayaan pada kemampuan Presiden Jokowi untuk mengelola wabah Corona. Rapid test tidak efektif sebagai pemeriksaan berimbang, dokter dan perawat medis kekurangan APD (alat pelindung diri) di 27 provinsi, PMI kekurangan cadangan darah dan pemerintah kekurangan 1500 orang dokter, jadi fakta dan opini publik.
Publik menilai sistem kesehatan negara terganggu sigifikan dan sudah hampir kehilangan kendali karena pandemik Corona tambah menyebar luas. Mayoritas pengemudi becak, potong rambut, sopir angkot, ojol, sopir online, pedagang kaki lima, buruh pabrik, pekerja harian dan pekerja serabutan mengalami kesengsaraan ekonomi setiap hari, akibat teror virus Corona. Bom sosial bisa meledak, apabila mereka tidak memiliki alternatif pendapatan dalam 3 bulan kedepan, dan negara terus memberikan kebijakan yang dinilai kejam, tanpa solusi advokasi ekonomi yang menolong WNI korban kebijakan negara.
Memonitor fenomena teror biologis Covid-19, global. Secara substatif seluruh warga dunia menginginkan pemerintah memikul kesengsaraan, menjamin perlindungan kesehatan, warga negaranya secara terhormat, dan kejujuran. Mereka ingin melihat pemerintah, menujukan ke mampuan untuk merubah kebijakan apapun untuk menurunkan dampak pandemik Corona disetiap kriteria.
Atas Fenomena itu Pimpinan Organisasi Bela Indonesi, Abdussalam Hehanussa menyampaikan sikap sebagai berikut,
- Menyerukan dan mendukung Presiden RI, Jokowi untuk segera memimpin langsung perang gerilya melawan pandemik Covid-19. Dengan Segera mengeluarkan maklumat Presiden untuk menggalang aksi dana so lidaritas sosial, dan mengeluarkan paket kebijakan subsidi ekonomi kepada WNI yang terdampak kebijakan pemerintah.
- Menyerukan kepada pimpinan TNI- Polri, BIN, BSSN, BNPT, BNN dan BUMN, membantu BNPP dengan mobilisasi aksi siber pertahanan, siber keamanan, siber deteksi dan siber respons untuk mendukung skenario identifikasi, evaluasi dan monitoring resiko perang teror biologis Covid-19 diseluruh basis teritorial dan ke wilayahan, Indonesia.
- Menyerukan kepada generasi milenial, organisasi pemuda, influenser medsos untuk terus meningkatkan kapasitas mental publik nasional yang semakin depresi dan kelelahan mental, akibat tekanan informasi hoaks, penyesatan informasi, penyebaran rumor teori konspirasi global Covid-19, yang menularkan kecemasan fobia, ketakutan konektif dan kepanikan masif di lingkungan sosial. (SM)