SABUROmedia, Ambon – Wabah penularan virus corona (Covid-19) yang menjadi bencana non alam secara internasional membuat semua Negara begitu serius dan was-was, tak terkecuali Indonesia yang juga merasakan dampaknya dengan jumlah kasus pasien tertular covid-19 semakin meningkat, sehingga membuat kewalahan para tenaga kesahatan bahkan menghantam kondisi ekonomi sehingga membuat rupiah meroket tajam.
Dampak tersebut juga dirasakan di kawasan timur Indonesia terkhsunya Kota Ambon, Maluku, walau belum ada pasien yang terdampak corona dan masih sambil menunggu hasil Lab 2 WNA Jepang dan 1 Warga Bekasi dari Lab Jakarta, tetapi sudah membuat kewaspadaan warga yang begitu mencekam dengan kekuatiran beragam, hal ini pun berdampak pada kehabisan stok Masker, Antiseptic, Alkohol serta Hand Sanitizer diseluruh Indomaret, Alfamidi dan Apotek di Kota Ambon, bahkan kalu ada pun sudah dijual dengan harga tinggi.
Untuk itu dalam menyikapi hal tersebut dalam keterangan persnya Yohansli Noya selaku elemen warga masyarakat meminta kepada Pemerintah Provinsi Maluku dan Pemerintah Kota Ambon, terkhusunya dinas terkait yakni Dinas Kesehatan Provinsi dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB) untuk dapat menggandeng FMIPA UNPATTI terkhusunya Jurusan Kimia untuk dapat memproduksi Hand Sanitizer lokal berbahan dasar sopi.
“ Harus ada kebijakan lokal dari Pemprov dan Pemkot untuk memproduksi Hand Sanitizer sendiri untuk mengatasi kelangkaan yang terjadi demi mencegah penyebaran virus corona (covid-19) dengan bahan dasar sopi, karena selama ini sebenarnya sopi manfaatnya sangat banyak sekali, tetapi cuman disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu sehingga membuat citra sopi menjadi buruk. Maka dengan melibatkan Fakultas MIPA terkhusunya jurusan Kimia yang mempunyai fasilitas laboratorium lengkap dengan tenaga SDM mumpuni jebolan ITB dan UGM akan dapat memaksimalkan produksi Hand Sanitizer yang sesuai standar BPOM serta Badan Kesehatan Dunia (WHO),” ujar Noya, Jumat (20/03/2020).
Selain itu Dr. Nikmans Hattu, M.si yang juga merupakan salah satu jebolan terbaik ITB dan pengajar pada Jurusan Kimia FMIPA Unpatti menerangkan bahwa sopi sangat bermanfaat sebagai bahan dasar pembuatan Hand Sanitizer lokal.
“Saya punya Hand Sanitizer, saya buat dari sopi kapala, kemudian didestilasi ulang supaya dapat menghasilkan alkohol konsentrasi tinggi, kemudian pelembabnya saya pakai minyak zaitun yang mengandung beberapa bahan alami lainnya sebagai pelembab, karena alkohol akan merombak struktur DNA dari bakteri dan virus, untuk bahan pelembab saya pakai zaitun, dan desinfektan serta pencegah bakteri tumbuh didalam sanitizer pakai H2O2 (Hidrogen Peroksida),” terang Hattu.
Noya juga menambahkan kedepannya Hand Sanitizer ini akan menjadi barang langkah dipasaran, karena itu langkah antisipasi ini harus diambil, hal ini pun berdasarkan pertimbangan penelitian dari Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) Institut Teknologi Bandung (ITB) yang melakukan simulasi dan pemodelan sederhana prediksi penyebaran Corona Virus Desease (COVID-19) di Indonesia. Menurut hasil kajiannya dapat disimpulkan bahwa Indonesia akan mengalami puncak jumlah kasus harian COVID-19 pada akhir Maret 2020 dan berakhir pada pertengahan April 2020 dengan kasus harian baru terbesar berada di angka sekitar 600 serta jumlah kasus maksimal 8000 kasus di Indonesia kedepannya.
“Dari hasil simulasi epidemic Covid-19 yang dilakukan P2MS ITB tentu harus menjadi pijakan bagi Pemprov dan Pemkot untuk dapat bergerak cepat untuk mencegah penularannya dengan memproduksi Hand Sanitizer, sehingga dapat didistribusikan dan memenuhi kebutuhan masyarakat karena ketersediaan di masyarakat mulai berkurang dan cenderung sulit didapat, ” tutup Noya. (Win)