SABUROmedia, Ambon – Puluhan Mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon menggelar aksi protes kepada pihak kampus atas kebijakan menaikan tarif retribusi bagi pedagang yang berjualan di kantin Pujasera Unpatti.

Para mahasiswa menilai Wakil Rektor IV, Dr. Muspida, M.Si telah menindas pedagang yang ada di kampus Unpatti dengan menaikkan tarif restribusi pajak begitu mahal, yang sebelumnya harga Rp 540.000 per bulan kini dinaikkan menjadi Rp 750.000 per bulan.

Atas kebijakan ini para mahasiswa Unpatti ini menyampaikan rasa kecewa dan resah pedagang karena hal ini dinilai pihak kampus telah menggunakan otoritas kekuasaannya tanpa mempertimbangkan pendapatan oleh pihak pedagang yang berjualan di Kampus orang basudara ini.

Pantauan Saburomedia.com, Dalam aksinya itu para mahasiswa ini membakar ban bekas sambil berorasi di halaman kantin Pujasera kampus Unpatti, Senin (17/02/2020).

Para mahasiswa dalam orasinya menyampaikan bahwa dengan kondisi ini jangan lagi terjadi permintaan biaya retribusi yang tinggi terhadap para pedagang yang ada di Pujasera, oleh pihak kampus dalam hal ini adalah Wakil Rektor empat yang membuat ibu-ibu dan bapak-bapak pedagang menangis, ” ujar Mahasiswa dalam orasinya.

Lanjutnya, para mahasiswa ini mengaku telah menyampaikan hal ini di rektorat pada tanggal 13 Februari 2020 lalu, dalam kesempatan itu telah dibuat perjanjian dengan pihak kampus dengan suatu kesepakatan yaitu pihak Universitas akan mengeluarkan surat pertimbangan atau mempertimbangkan ulang terkait dengan kebijakan menaikan tarif retribusi kepada pihak pedagang, tetapi sampai saat ini kesepakatan itu tidak direalisasikan oleh pihak kampus dalam hal ini Wakil Rektor Empat.

“Aksi ini kami lakukan melalui keluhan ibu-ibu dan bapak-bapak pedagang dengan naiknya tarif retribusi. Bagi kami Wakil Rektor empat sekarang bukan lagi pimpinan di mata kami, tetapi adalah musuh kami bersama. Karena pemimpin bagi kami adalah pemimpin yang mementingkan kesejahteraan bersama bukan untuk kepentingan sendiri, beliau adalah preman dengan status sebagai pejabat negara, karena beliau adalah tidak punya hati nurani seakan tertawa dibalik tangisan para pedagang,” teriak mahasiswa dalam orasinya itu.

Para mahasiswa ini  juga melanjutkan orasinya satu per satu sambil membuat posko pengawalan terkait dengan proses penolakan kenaikan tarif retribusi ini dan hal ini akan terus dikonsolidasikan kepada seluruh elemen mahasiswa guna melawan kebijakan Wakil Rektor itu. (Aswin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *