OLEH : BURHANUDIN RUMBOUW
Himpunan Mahasiswa Islam yang di deklarasikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 Hijriyah atau bertetapan dengan 5 Februari 1947 M, Di Sekolah Tinggi Islam (Sekarang Universitas Islam Indonesia), atas prakarsa Prof. Drs. Lafran Pane beserta 14 mahasiswa sebagai pendiri HMI. Sepanjang sejarah organisasi Hmi sudah banyak memberikan konstribusi yang besar sejak awal berdirinya. Hal tersebut tercantum dalam tekad awal tujuan Hmi di deklarasikan, ada dua tekad besarnya yaitu: (1) mempertahankan negara republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. (2) Menegakkan dan mensyiarkan agama Islam, yang pada saat itu berjuang melawan agresi belanda. Di tengah-tengah pergulatan situasi dunia internasional hegomoni politik kekuasaan, krisis ekonomi dan pendidikan, yang berdampak terhadap kondisi kebangsaan dan keumatan. Hmi hadir dan bergabung bersama pemerintah dan berjuang melawan pihak agresi belanda. Mengutip bahasa (Najmuddin Muhammad) Mati dalam pertempuran demi mempertahankan harkat dan martabad lebih berguna dari pada hidup yang tidak memiliki tujuan dan prinsip.
Dalam berbagai fase perjuangan Hmi turut andil dalam menyikapi berbagai persoalan, bahkan HMI selalu menjadi miniator republic indonesia. Pada fase perjuangan bersenjata tahun 1947-1949, Hmi telah menunjukan kesetianya kepada bangsa dan negara, Hmi mengambil bagian penting dalam perjuangan demi membantu pemerintah, baik sebagai staf, penerangan, penghubung, maupun sebagai pasukan militer di medan pertempuran.
Pada fase pertumbumbuhan dan perkembangan Hmi tahun 1950-1963, Hmi di masa pertempuran melawan agresi belanda, pembinaan dan pengembangan organisasi sangat terabaikan. Namun peristiwa penyerahan kedaulatan 27 desember 1949 membangkitkan semangat baru bagi kader Hmi yang pada fase sebelumnya hanya fokus menjalankan tugas keumatan dan kebangsaan di medan pertempuran, kini kembali melanjutkan proses perkulihannya di berbagai kampus dan kondisi organisasi secara internal mulai tertata pada tahun 1950 yang ditandai dengan peristiwa perpindahan PB HMI dari Jogyakarta ke Jakarta pada tahun 1951.
Pada fase penuh tantangan bagi kader HMI tahun 1964-1965, fase ini perseturuan PKI kepada HMI mulai terlihat ketika HMI dengan agitasi-agitasinya berhasil membububarkan Masyumi dan GPII. PKI dan serta kelompoknya merasa terancam dengan keberadaan HMI dan menganggap HMI adalah kekuatan ketiga dari umat islam, sehingga PKI dengan semangat ingin membubarkan HMI.
Pada fase kebangkitan HMI dan pelopor Orde Baru tahun 1966-1968, Hmi yang sadar akan kegagalan Orde Lama, berperan penting dan mempelopori lahirnya Orde Baru. HMI melalui wakil ketua PB HMI Mari’ie Muhammad, memperkarsai terbentuknya kesatuan aksi mahasiswa indonesia (KAMI) 25 Oktober 1965, dengan dua tugas pokok yang di laksanakan KAMI yaitu : (1) Mengamankan Pancasila (2) Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapo/PKI.
Pada fase pembangunan tahun 1969-1970, HMI mengalami kemajuan yang sangat darastis dalam menyikapi berbagai isu dan masalah yang di hadapi oleh bangsa dan negara. HMI berpartisipasi dalam pembangunan dalam dua bentuk yaitu: (1) turut serta menciptakan suasana yang aman, situasi dan iklim yang kondusif untuk pelaksanan pembangunan (2) Memberikan konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran demi terlaksananya pembangunan.
Sebagai mana yang di sampaikan dalam Pidato Panglima Besar Jenderal Sudirman di depan Mahasiswa Yogyakarta pada peringatan Milad Hmi pada tahun 1948 berkata Hmi adalah harapan masyarakat Indonesia. Adapun ideology Hmi sebagai makna Mukaddimah, AD-ART organisasinya memuat demensi Keislaman, Keindonesian, Kemahasiswaan. Destutt de Tracy menyebutkan sebagai ideology, bahkan Fran Magnis Suseno menyebutkan ideology sebagai keseluruhan sistem berfikir, nilai-nilai dan sikap dasar rohania sebuah gerakan, kelompok sosial atau individu. Dengan landasan ideology berarti esensi ber- Hmi adalah menjadi mahasiswa berfikir nasionalis, relegius yang sadar akan fungsi dan peran_Nya sebagai kader umat dan kader bangsa.
Di tengah-tengah carut marut abad ke 21 ini, kader HMI talah di hadapkan dengan berbagai ideology dan perkembangan globalisasi, yang menuntut para setiap kader harus menyiapkan diri secara kamatangan emosional, intelektual dan spiritual. Namun harapan itu hanya sebagai lelucon belaka, bahkan kader HMI telah mengalami kemunduran di sebabkan karena banyak kader telah mengalami kelangkaan berfikir dalam memaknai mission HMI. Para kader telah terjebak pada ego sektoral sehingga melahirkan kader instan yang orentasinya cenderung pada ruang-ruang struktural. Kondisi ini sangat prihatinkan dengan berkembangnya arus globalisasi, mengutib bahasa Joseph Eugena Stiglitz globalisasi adalah sesuatu yang tidak dapat di hindari, namun harus menyiapkan diri dan mengambil peran. Salah satu kemajuan dari globalisasi adalah perkembangan dunia digital dan internet yang berdampak buruk bagi kader. Sehingga kurangnya kesadaran bagi kadar HMI untuk meningkatkan proses membaca, banyak kader HMI telah terlena dengan media sosial, lambat laut nilai-nilai kritis dan nilai-nilai idealisme telah terhegomini oleh politik global.
Demi mempertahankan independensi dan objektivitas sebagai kader untuk membentuk pola pikir dan pola sikap dalam mengaktualisasikan tujuan HMI. Setiap kader harus memiliki intelektual kritis dan intelektual universal untuk menjadikan nilai-nilai dasar perjuangan sebagai ideologi demi mempertahankan demensi realitas, demensi idealisme, dan demensi fleksibilitas untuk melandasi dan meneropong perubahan atas pembaharuan kabangsaan dan keumatan serta mampu menyesuikan diri dengan perkembangan modernitas dalam nunia digital. Mengutib bahasa Antonio Gramsci “Menyatakan bahwa semua orang adalah intelektual, namun tidak semua orang mempunyai intelektual dalam masyarakat”. Maka dari itu setiap kader HMI harus memiliki kesadaran etis yang harus tertanam dalam diri, sehingga mampu memposisikan diri dalam menghadapi berbagai persoalan.
Harapan saya di usia HMI yang ke 73 ini, setiap kader harus menjadikan momentum ini, untuk mulai berikhtiar serta mampu memaknai fungsi dan peran, untuk mengejawantahkan nilai-nilai dasar perjuangan dalam kiprah perjuangan sebagai bentuk pengabdian demi terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Selamat Milad ke- 73 Himpunanku , Himpunan kita semua. Semoga perjuangan kita selalu dalam lindungan Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa.Yakusa.Billahi. (**)