SABUROmedia, SBB- Potret dunia pendidikan di daerah terpencil cukup menyita perhatian, terkendala akses informasi banyak problem ditemui perihal perilaku Aparatur Sipil Negara (ASN) yang kerap menyimpang dari tupoksi dan mengabaikan tanggungjawabnya sebagai pendidik. Seperti yang terjadi di Desa Sole Kecamatan Waesala, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) provinsi Maluku ini, dimana tenaga pengajar yang berstatus ASN juga rangkap jabatan strategis di pemerintahan Desa, sehingga sekolah dan peserta didik dipertaruhkan nasibnya.

Hal ini memang tidak diatur dalam undang-undang, hanya saja sangat tidak patuh bagi ASN yang mengabaikan tanggungjawabnya sebagai pendidik lantaran fokus pada jabatan pemerintahan desa yang ditenggarai ada orientasi nilai rupiah dari ADD dan DD yang jumlahnya cukup fantastis. “ Demikian  disampaikan Pemuda Negeri Sole, Ramlan Umagap menyampaikan keprihatinannya atas kondisi SDN Sole kepada Saburomedia.com Kamis (19/12/2019).

Ramlan yang juga pernah menggelar kegiatan Tanggap Sole Peduli Pendidikan yang bekerjasama dengan Gerakan Sayang Maluku ini, menaru kekhawatiran atas kondisi pendidikan di Negerinya. Pasalnya, Minimnya tenaga Guru ASN dan kurangnya perhatian Pemerintah membuatnya harus bersuara.

Ramlan menuturkan, meski sudah minim guru ASN, namun Pemda SBB masih juga merekomendasikan dua tenaga pengajar berstatus ASN di SDN Sole atas nama Syukur Tiakoly untuk mengisi jabatan sebagai Pejabat Desa Sole dan Salemang Wali sebagai Pejabat Desa Tahalupu. Kini keduanya tak lagi menjabat, hanya saja status sebagai kaur di pemerintahan Desa mengabaikan fungsinya sebagai pendidik.

Ramlan mencontohkan salah satu guru SDN Sole, Sabar Tanasi yang kini menjabat Kaur Perencanaan Desa Sole dan Salemang Wali guru ASN yang juga menjabat sebagai pejabat di Desa Tahalupu, keduanya tak lagi aktif dan jarang sekali masuk sekolah lantaran disibukan dengan tanggungjawabnya di Desa, dan kondisi ini telah berlangsung cukup lama.

“ Sibuk dengan urusan Pemerintahan Desa nasib sekolah terabaikan, ya karna konsentrasi mereka terbagi, apalagi di Desa mengelola anggaran miliyaran rupiah dibanding sekolah yang tidak seberapa, ini yang perlu juga untuk diketahui pemerintah, “ jelas Ramlan.

Konyolnya lagi kata Ramlan saat tim akreditasi turun di Sekolah itu tidak ada satupun mereka temukan guru di Sekolah. Akhirnya SD Negeri Sole itu kini terakreditasi dengan nilai E, “ miris memang, “ ujarnya lagi.

Lanjut Ramlan, saat ini untuk aktifitas proses belajar mengajar di kelas, SDN Sole terpaksa mengandalkan guru bantu lantaran kehadiran guru ASN yang tidak menentu. Sebab guru ASN SDN Sole sebagian besar berasal dari luar Desa Sole. Mereka kadang datang sebulan sekali lantaran rentang kendali transpotasi yang minim.

“ Bersyukur ada guru bantu honorer yang jumlahnya dua orang masing-masing Adelia Umasugi dan Cinon Wance, meski keduanya harus berbagi waktu mengisi kekosongan guru di SD usai menjalankan tugasnya di PAUD, sementara guru ASN kadang-kadang baru datang di Sekolah, mungkin sebulan sekali, “ ungkapnya. (SM-1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *