SABUROmedia, Ambon — Gedung Balai Kota Ambon di anggap tidak lagi representatif dengan bertambahnya jumlah pegawai melebihi kapasitas ruangan yang ada pada Gedung Balai Kota Ambon, serta jumlah kerusakan yang pada bangunan Balai Kota Ambon hampir semua sisi bangunan.
Hal ini disampaikan Kepala Bagian (Kabag) Umum Pemerintah Kota Ambon, Herman Tetelepta saat di temui media di ruang kerjanya, pada selasa (08/07/2025).
” Menurut Tetelepta, Ada beberapa faktor atau beberapa hal yang dapat kami simpulkan bahwa Gedung Balai Kota ini sudah tidak representatif atau tidak memadai lagi untuk menanampung pegawai dalam melakukan fungsi sebagai ASN maupun PPPK ” .
” Hal yang pertama terkait daya tampung atau kapasitas. Perbandingan antara jumlah ruangan, saya tidak hitung secara kuantitatif tapi secara kualitatif dapat dijelaskan bahwa jumlah pegawai yang ada pada Pemerintah Kota baik ASN, kemudian yang kemarin baru saja lulus CPNS termasuk PPPK gelombang satu dan dua, ruangan -ruangan pada bangunan tidak bisa menampung keseluruhan dari jumlah pegawai-pegawai dimaksud, ” ujarnya
Dikatakan, Saya contohkan hal yang kecil saja, jumlah pegawai di bagian umum (ASN/PPPK) itu kurang lebih ada 100 orang. Yang memiliki fasilitas tempat duduk meja dan fasilitas didalam ruangan, kurang lebih dibawah 50 persen. Dari keseluruhan itu, 50 persen sisanya adalah tenaga teknis, cleaning service, teknisi kemudian pegawai lapangan lainnya yang tidak memiliki tempat duduk atau ruangan.
Kami beruntung karena memiliki gudang yang bisa dipakai agar teman-teman dari lapangan atau teknisi dan cleaning service itu bisa duduk ataupun berdiam disitu. Itu salah satu contoh kecil. Kita belum bicara menyangkut keseluruhan OPD yang ada di Balai Kota, tegasnya
Hal yang kedua, menyangkut struktur bangunan Balai Kota ini sudah dibangun kurang lebih tahun 70-80an, dengan kondisi pembangunan tidak seperti yang terlihat saat ini.
Menurut Plt.Kadis Ketenagakerjaan ini, Pada waktu pembangunan, bangunan di bangun per gedung, Ketika daya tampung tidak memadai di gedung A maka di tambah ke gedung B dan gedung C dan gedung D. Oleh karena itu, dari struktur bangunan dia tidak menyatu, karena ada sambungan-sambungan yang terjadi sehingga berpotensi rembesan atau perusakan bangunan-bangunan itu.
” Mari kita bicara soalnya Yang berikut, Usia bangunan ini bisa dikatakan cukup lama atau sudah tua ,dan sudah mengalami kerusakan hampir diseluruh bagian. Dinding bangunan, warna cat bangunan, tehel dan plafon, banyak yang sudah rusak akibat rembesan serta zenk yang sudah mengalami kerusakan yang cukup parah, ” jelasnya
Kemudian ada juga jaringan listrik dan air yang sampai saat ini tidak tahu lagi dimana letak jaringannya. Sehingga kalau ada kerusakan, sangat sulit untuk mencari sumber kerusakannya, karena plan pembangunanya itu tidak dilakukan secara menyeluruh.
Kalau kita kalkulasi untuk memperbaiki keseluruhan bangunan, itu memerlukan anggaran yang cukup besar. Sementara kita setiap tahun anggaran pemeliharaan hanya dapat melakukan pemeliharaan bagi hal-hal yang bersifat urgent. Contohnya ada kebocoran kita selesaikan senknya atau ada plafon yang jatuh, baru kita perbaiki plafonnya begitu juga dengan tehel.
Lanjutnya secara umum coba kita hitung untuk pemeliharaan tehel pada keseluruhan gedung ini baik itu A, B, C dan D, serta beberapa lantai diatasnya memakan anggaran yang lumayan besar coba di hitung sendiri pastinya besar. Itu baru satu item, kalau kesuruhan item, otomatis sangat besar anggarannya.
Oleh karena itu bangunan Balai Kota ini tidak representatif untuk kegiatan yang sifatnya seperti upacara, apel, karena kita tidak memiliki lapangan atau halaman yang cukup menampung semua pegawai, Ungkapnya.
Secara pribadi, saya berharap kedepan kita harus memiliki alternatif-alternatif lain atau bangunan lain yang dapat digunakan bagi pegawai Pemerintah Kota supaya pegawai dapat bekerja dengan nyaman dan aman. Jika bekerja dengan aman dan nyaman, otomatis kreatifitas, inovasi dan sebagainnya pasti akan lebih baik, pungkasnya (SM-MSA)