Oleh:
Harmin Samiun

SABUROmedia — Di awal ekspansi dakwah Rasulullah Saw yang ingin meneguhkan dan meninggikan kalimat tauhid di jazirah Arab khususnya Makkah yang menjadi markas kumpulan pembesar kaum musyrikin. Di daerah itulah Rasulullah Saw dilahirkan serta diangkat oleh Allah SWT menjadi Nabi dan Rasul pada usia empat puluh tahun serta Islamnya beberapa sahabat yang menjadi tameng dalam mendampingi Rasulullah Saw berdakwah.

Seiring berjalannya waktu Rasulullah Saw dengan sahabatnya mendapat perlawanan dan tantangan dakwah yang cukup kompleks dari kaum musyrikin Makkah. Hal itu, menjadi penyebab bagi Rasulullah Saw bersama Abu Bakar Asyyidik ra hijrah menuju Madinah ketika kaum kufar gagal dalam melakukan pembunuhan terhadap Rasulullah Saw. Madinah saat itu penduduknya sebagian besar telah memeluk Islam melalui dakwah Mush’ab bin Umair duta Madinah yang diutus oleh Rasulullah SAW.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( QS. Al-Baqarah: 218).

Ketika sampai di Madinah, Rasulullah mendirikan masjid pertama ( masjid Quba) di tepi kota Madinah tepatnya di tahun 662 M. Di masjid itulah, selain dijadikan tempat ibadah juga menjadi titik sentral pembentukan umat melalui pendalaman, pemahaman serta pengkajian Al Qur’an dan hadits, hal itu melahirkan puluhan penghafal Al-Qur’an dan hadits.

Masjid Tempat Turunnya Rahmat
Masjid salah satu rumah diantara rumah-rumah Allah SWT di muka bumi. Tempat berkumpulnya orang-orang yang beriman melaksanakan ibadah di dalamnya. Bagaimana tidak ketika seorang hamba menunaikan ibadah sholat baik wajib maupun sunnah dengan jiwa yang khusyu merasakan indahnya dalam melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Sebab masjid yang di bangun dengan landasan taqwa menjadi sarana bagi seorang muslim untuk lebih dekat dengan Allah SWT.

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. ( QS. At-taubah: 18).

Berbagai macam rangkaian amaliah ibadah yang dilakukan seorang hamba ketika berada di masjid dalam membangun komunikasi secara vertikal dengan Allah SWT menyebabkan seorang hamba tersebut merasakan lezatnya ibadah yang penuh dengan ketundukan dan kepasrahan diri secara totalitas.

Kasih sayang Allah SWT senantiasa menyertainya ditengah kelezatan iman yang ditompang dengan amal sholeh, hal itu melahirkan pribadi manusia yang berbudi luhur serta mampu menebarkan nilai-nilai kebaikan di tengah umat. Implikasi dari sikap tundukan tersebut menjadi sebab turunannya rahmat Allah SWT kepada hamba yang beriman dan orang-orang disekitarnya.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. ( QS. Al-A’araf: 96).

Maka wajar para ulama menjelaskan bahwa masjid merupakan salah satu rumah di muka bumi yang paling disukai oleh Allah SWT. Sedangkan tempat yang paling dibenci dimuka bumi adalah pasar. Sebab pasar merupakan sarana beragamnya interaksi manusia dalam hal jual beli barang yang kadang-kadang ada sikap kejujuran dan kecurangan yang ditampilkan oleh seorang penjual dan pembeli.

Masjid juga menjadi sarana untuk mensucikan qolbu manusia dari sifat kerakusan dunia jika seorang tersebut berusaha untuk selalu dekat dengan Allah SWT melalui rangkaian aktivitas ibadah di dalamnya.

Masjid Tempat Persatuan Umat

Sejarah telah membuktikan kepada kita semua, bahwa masjid menjadi sarana yang baik bagi terbentuknya kesatuan dan persatuan umat, sebagaimana telah dicontohkan Rasulullah Saw dalam mempersatukan kaum Muhajirin Makkah dengan kaum Anshar Madinah. Persaudaraan tersebut menjadi tonggak bagi lahirnya masyarakat Madani yang dibentuk dengan tatanan nilai Islam.

Dengan keberadaan masjid yang ada disetiap perkampungan kaum muslimin, menunjukkan bahwa masjid tersebut dapat difungsikan untuk membina persatuan dan kesatuan umat dari berbagai latar belakang sosial, etnis atau ras dengan keyakinan agama yang sama ( Islam).

Siapapun yang masuk ke masjid untuk melakukan kegiatan amal sholeh menjadi parameter ( ukuran) bagi seorang bahwa masjid dibentuk untuk meningkatkan kualitas iman dan ketaatan kepada Allah SWT. Implikasi dari keberadaan manusia di masjid tersebut terbangun sikap solidaritas dan ukhuwah ( persaudaraan) diantara masyarakat.

Masjid Pusat moralitas umat

Berbagai kajian Islam yang dilakukan oleh mubaligh dakwah atau orang-orang yang mempunyai kepekaan dan kepedulian terhadap ajaran Islam menjadi momentum bagi kaum muslimin untuk memperdalam pemahaman ilmu agama lewat kajian keislaman tersebut dengan menghadirkan para da’i yang kompeten dalam bidang keilmuan terutama Ilmu syar’i yang mengandung urusan akidah, tauhid, ibadah, muamalah dan ilmu agama yang relevan dengan hal dimaksud. Dengan itu terbina jiwa dan mentalitas pribadi manusia, sehingga lahir para ulama atau cendikiawan muslim yang siap menebarkan nilai-nilai Islam ditengah dekadensi moralitas.

Menelisik sejarah perjalanan generasi sahabat dan ulama salaf yang telah menorehkan kehidupan yang sungguh menakjubkan disaat hari-harinya di isi dengan berbagai kajian keilmuan yang dipusatkan di masjid yang telah didirikan di perkampungan mereka.

Hal itu menghantarkan mereka menjadi pribadi manusia yang mumpuni dalam bidang keilmuan baik ilmu agama maupun ilmu sains. Dari itulah lahir karya ilmiah atau kitab-kitab klasik maupun modern yang di karang oleh ulama salaf maupun ulama kontemporer di abad ini. Semua itu berawal dari kesadaran personal yang memahami begitu urgensinya peran dan kedudukan masjid di tengah-tengah umat.

*** Penulis adalah Staf Guru di SMP Cendekia Ambon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *