SABUROmedia, Ambon — Ratusan Warga Desa Galala dan Negeri Hative Kecil Kecamatan Sirimau Kota Ambon berlarian menyelamatkan diri dari bencana Gempabumi dan Tsunami yang melanda negeri tersebut, menuju ke tempat aman di Halaman SMP Negeri 3 Ambon, pada Rabu (12/06/2024).
Adegan tersebut menjadi bagian dari simulasi dalam rangka tahapan verifikasi lapangan oleh Verifikator Tsunami Ready dari Indian Ocean Tsunami Information Center UNESCO, yang mesti dilalui Komunitas Siaga Tsunami (Tsunami Ready Community) Desa Galala dan Negeri Hative Kecil, sebagai Calon Komunitas Siaga Tsunami pertama di Provinsi Maluku, bahkan di Kawasan Timur Indonesia yang diakui UNESCO.
Simulasi ini turut disaksikan oleh Pj. Wali Kota, Dominggus N. Kaya dan Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas I, Djati Cipto Kuncoro.
Pj. Wali Kota dalam sambutannya mengatakan pengakuan ini menjadi sebuah kebanggaan, bahwa sebagai calon Komunitas Siaga Tsunami pertama di Provinsi Maluku, bahkan di Kawasan Timur Indonesia yang diakui UNESCO, momen ini juga merupakan pengingat bahwa kota Ambon memiliki potensi bencana alam Gempabumi dan Tsunami yang sangat tinggi.
“ Kami juga mengapresiasi pemerintah Desa Galala dan Negeri Hative Kecil yang telah membenahi diri dan telah memperoleh pengakuan nasional dari National Tsunami Ready Board (NTRB) Tahun 2023 lalu. Kami memahami, untuk sampai pada tahapan verifikasi memperoleh pengakuan internasional dari UNESCO, tidaklah mudah dan penuh perjuangan. Semua itu tak lepas dari bimbingan dan pendampingan dari BMKG Stasiun Geofisika Ambon dan BPBD Kota Ambon yang tekun membimbing dan setia melakukan pendampingan,” jelas Kaya.
Menurutnya, dengan adanya pengakuan yang akan diterima Desa Galala dan Negeri Hative Kecil, menjadi motivasi bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon dalam mendorong desa/negeri lainnya agar membangun masyarakat yang tangguh melalui Strategi kesadaran dan kesiapsiagaan menghadapi bencana Gempabumi dan Tsunami yang dapat terjadi kapan saja.
“ BPBD agar mempersiapkan negeri-negeri, desa-desa, kelurahan-kelurahan yang lain untuk memperkuat kapasitas dan kesiapsiagaan masyarakat dalam mengenal ancaman risiko di lingkungannya, mampu mengelola informasi peringatan dini yang disediakan BMKG, memahami rambu peringatan, serta dapat melakukan evakuasi mandiri,” tandasnya.
Kaya berharap, apa yang dicapai Desa Galala dan Negeri Hative Kecil, menjadi katalis, motivasi dan inspirasi bagi negeri/desa/kelurahan lain untuk mulai mempersiapkan diri, sehingga menjadikan kota Ambon, sebagai kota tangguh dan siap menghadapi bencana Gempabumi dan Tsunami.
Di tempat yang sama, Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas I, Djati Cipto Kuncoro mengakui, bahwa provinsi Maluku khususnya wilayah Kota Ambon merupakan daerah rawan bencana gempa bumi dan Tsunami. Dengan adanya ancaman nyata maka diperlukan upaya mitigasi sebagai salah satu program prioritas pembangunan.
“ Program tersebut mewujudkan masyarakat siaga sunami melalui pemenuhan 12 indikator Tsunami Ready Community, diantaranya berupa edukasi dan simulasi, bersinergi antar pemangku kepentingan di tingkat Nasional, Provinsi Dan Kabupaten/ Kota,” jelasnya.
Dirinya menandaskan, jika dalam tahapan verifikasi internasional ini berhasil , maka nantinya Komunitas Siaga Tsunami Desa Galala dan Hative Kecil akan menerima penghargaan di Banda Aceh, para peringatan 20 tahun Tsunami Aceh.
Untuk diketahui, bertindak sebagai Verifikator Tsunami Ready Dari Indian Ocean Tsunami Information Center-UNESCO yakni Prof. Nanang T. Puspito (Institut Teknologi Bandung).
Kegiatan ini juga turut dihadiri Ketua Tim Mitigasi Tsunami Samudera Hindia dan Pasifik, Suci Dewi Anugrah, Peserta Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) Angkatan Ke-76 Kementerian Luar Negeri, serta para Diplomat Negara – Negara Anggota Melanesian Spearhead Group (MSG). (SM-MSA)