SABUROmedia, Ambon – Pemilihan kepala daerah secara serentak sebentar lagi akan digelar, tepatnya tanggal 9 Desember 2020. Untuk Provinsi Maluku ada 4 Kabupaten yang ikut serta dalam pilkada serentak dimaksud, salah satunya adalah Kabupaten berjuluk Ita Wotu Nusa, Seram Bagian Timur.
Bukan Seram Bagian Timur namanya bila tidak menghadirkan dinamika politik yang menarik untuk diulas dan disimak oleh khalayak. Meski pendaftaran baru dibuka KPUD pada tanggal 4-6 September nanti, namun riuh soal pilkada SBT sudah terasa sejak beberapa bulan belakangan. Ada tiga pasangan Balon Bupati dan wakil bupati yang berproses, mereka adalah putra-putri terbaik Seram Bagian Timur. Yakni, FACHRI HUSNI ALKATIRI yang berpasangan dengan AROBI KELIAN, ABD MUKTI KELIOBAS yang siapa pasangannya masih dalam proses dan ROHANI VANATH-RAMLI MAHU yang maju melalui jalur perseorangan. Apakah ketiga pasangan Balon akan memenuhi syarat? terdaftar di KPUD SBT menjadi Calon dan siap berkompetisi ataukah ada yang tidak memenuhi syarat. Kita tunggu saja.
Salah satu hal yang menjadikan pilkada di Seram Bagian Timur selalu menarik adalah partisipasi masyarakatnya yang begitu tinggi dalam politik pilkada, baik aktif dalam mengikuti tahapan-tahapannya yang dilaksanakan oleh penyelenggara pemilu pun aktif dalam diskusi dan perbincangan baik pada ruang-ruang terbatas pun ruang publik. Lihat saja, group diskusi terbesar di Maluku untuk kabupaten-kota adalah NEW PILAR SBT.
Sayangnya, partisipasi aktif dalam diskusi dan perbincangan di ruang publik yang begitu tinggi tentang politik pilkada belum diarahkan pada topik, wacana dan narasi yang lebih produktif. Kita lebih membuat ramai ruang diskusi dengan hal-hal yang remeh temeh bahkan kadang kontra produktif. Di media, terutama media sosial yang diakses oleh banyak kalangan kita mengumbar sentimen, memproduksi kebencian dengan menyentuh hal-hal private dari para kandidat dan tim pendukung. Mengeksplore dan mengeksploitasi secara berlebihan soal persona dan bukan mengedukasi dengan menjual gagasan, visi, misi dan program.
Betul, bahwa dalam praktik demokrasi kita hari ini, pendekatan kultural, kewilayahan, etnik, kekerabatan dan ragam pendekatan lainnya, lebih-lebih soal kebaikan-kebaikan personal semuanya include membentuk pilihan seseorang. Alapalagi virtue, kebajikan yang merupakan inti dari kemanusiaan, tentu memiliki daya magnet dan magis yang luar biasa kuat dalam menarik simpati orang. Hanya saja, pada aspek ini, tidak boleh diekspose berlebih, karna soal baik dan buruk itu relatif, figur yang menurut kita buruk perangainya belum tentu demikian, karna ada begitu banayak orang yang melihatnya sebagai sosok baik yang kepadanya harapan diletakan, tiap orang punya sudut pandang dan cara pandang yang berbeda, pengalaman dengan para kandidat juga berbeda. Bisa jadi sanjungan atau sentimen kita pada salah satu figur tidak kita bangun diatas dasar yang tepat, hanya soal like dislike, soal apa yang kita dapatkan, ada istilah beda pendapat karna beda pendapatan. Jika dasarnya adalah itu, maka jangan heran kita menjadi pendukung yang mudah memuji dan cepat kecewa yang pada akhirnya berbalik menyerang atau sebaliknya. Jika kita menginginkan figur yang pas dengan kriteria kita, keinginan kita dalam hal kebaikannya, nanti saja kalau ada pilkada di surga.
Sejatinya Pilkada adalah wujud dan mekanisme demokrasi di daerah, dimana rakyat di daerah memanifestasikan kedaulatannya dalam memilih siapa yang dikehendakinya menjadi pemimpin untuk mewujudkan harapan mereka, melalui pilkada juga rakyat akan meminta pertanggungjawaban sekaligus mengevaluasi seorang kepala daerah dan wakilnya apakah masih pantas dipilih untuk periode berikutnya atau tidak dipilih lagi. Dan yang berikut, melalui pilkada diharapkan rakyat dapat memilih didasarkan pada visi, misi, program serta kualitas dan integritas calon karna itu yang sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Mestinya pada tataran inilah yang harus diramaikan dalam diskusi dan perbincangan di ruang publik, terutama oleh anak-muda kita, kelompok yang tercerhakan yang menjadi pelanjut estefet kepemimpinan masa depan. Pesan ini harus sampai kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat menilai dan menentukan pilihannya dengan tepat. Apakah kandidat memiliki gagasan-gagasan besar, visioner, terukur dan relevan dengan kebutuhan, berbasis pada potensi dan kearifan lokal daerah dan sejauh mana para kandidat memiliki komitmen yang kuat serta konsisten untuk mewujudkannya jika terpilih kelak. Suka atau tidak suka mereka yang bertarung saat ini adalah putra-putri terbaik SBT , tinggal dilihat rekam jejaknya.
Semoga pilkada SBT 2020 berjalan aman dan damai, jujur dan adil untuk hadirnya pemimpin yang membawa daerah lebih baik lagi di masa depan paling tidak untuk lima tahunnya.
Gumumae Tawotu Wanuwea.
Berbeda-beda tetap satu.
Salam.
Alimudin Kolatlena (Anggota DPRD Provinsi Maluku Dapil SBT)