Oleh: Achmad Husein Borut, SH, MH (Advocat/penggiat social kemasyarakatan)

SABUROmedia, Ambon – Menggerakkan kohesifitas bersama kita harus melembagakan struktur-struktur sosial yang mapan dan kokoh dalam sebuah gerakan masyarakat yang lebih massif.

jika bicara leadership dalam kaitan dengan situasi pandemi saat ini, maka seorang pemimpin harus membangun dan menggerakkan suporting system dari masyarakat yang ditopang dari berbagai macam cluster komunitas atau kelompok-kelompok adat yang mengenyam satu tikar sosial besar masyarakat di maluku adalah pilar sosial atau ekosistem sosial budaya, sistem budaya kita menyumbangkan pola-pola relasi dalam kegotongroyongan yang khas seperti (maren, masohi), dan lain sebagainya.

Masyarakat kita sangat lama menghidupi memori kolektif dan narasi bersama yang sangat kaya mengenai sistem ini, semua itu terekam dalam nyanyian-nyanyian rakyat, atau kapata-kapata tua, dibalik pola budaya itu ada sistem nilai yang kuat, sistem nilai yang monodialektis, kita bisa dua tetapi satu, kita bisa banyak tetapi satu, kita bisa jadi siwa dan lima tetapi menjadi siwalima, kita punya sistem pela gandong dan lain-lain, nah masyarakat menghidupi sistem ini sebagai modal sosial yang membantu mereka keluar dari setiap bencana, dapat kita lihat bersama bencana kemanusiaan yang pernah melanda negeri raja-raja, sistem social capital yang dibangun menjadi perekat sekaligus pemersatu, sehingga kita dapat keluar dan bangkit dari bencana atau tragedi kemanusiaan yang melanda Maluku pada saat itu.

Nah situasi saat ini kita tengah diperhadapkan dengan situasi bencana non alam (pandemi covid 19), selain pemerintah masyarakat dan komunitas-komunitas adat harus turut terlibat, turun tangan langsung memutus penyebaran covid 19, sederhananya adalah dengan mengkampanyekan disiplin diri dan keluarga. Apalagi kita tahu persis sepanjang vaksin belum ditemukan maka wabah pandemi ini tidak akan ada ujungnya.(SM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *