Oleh: Abdussalam Hehanussa (Wakil Ketua Umum DPP KNPI)
SABUROmedia, Ambon – Korban Covid-19 di Indonesia semakin terungkap oleh tim medis, total 7.418 orang positif terinfeksi, wafat 635 orang dan sembuh 581orang. Menjadikan posisi Indonesia di urutan 19 negara pandemik corona dunia dan urutan pertama di asia tenggara.
Total validasi se dunia, 2,6 juta orang terinfeksi, 184.217 ribu orang wafat dan 717.625 ribu orang sembuh. Amerika serikat jadi negara pandemik urutan pertama global dengan korban terinfeksi 848.994 ribu orang, wafat 47.676 ribu orang, dan sembh 84.050 ribu orang. Presiden AS Trump, menyalahkan WHO dan RRC sebagai kambing hitam.
Rantai reaksi dari seruan rasis tionghoa xenophobia Donald Trump yang menyebut “Covid-19 sebagai “virus cina”, mudah dipahami bahwa AS sedang membuat buku pedoman global untuk mengepung RRC, Korut, Iran dan Rusia, jika strategi ini berhasil, RRC akan diboikot seperti yang dialami Rusia dan Iran selama ini.
Formula ”kecerdasan ajaib” kewsapadaan nasional yang dimiliki tiga negara tersebut untuk tetap tangguh bertahan digempur Amerika Serikat, Inggris dan kekuatan NATO, sangat menggugah nasionalisme pemuda Indonesia. Negara-negara konflik seperti Kuba, Venezuela, Libanon, Suriah, Irak, Yaman dan Palestina, sudah puluhan tahun jadi korban operasi teror psikologi geopolitik jenis ini.
Kecerdasan geo strategi yang menuntun pemerintah Amerika Serikat dan sekutunya untuk memahami gerakan maju musuh-musuhnya. Dan kecerdasan manusia juga yang mengilhami pengetahuan historis, ancaman neolib global, yang ingin menghancurkan ekonomi internasional dengan teror biologis.
Sejarawan Eva Schlotheuber menyebutnya “pandemi pikiran” yang diciptakan lewat hoaks untuk menavigasi pikiran menghasut orang lain untuk menyerah menghadapi teror Covid-19, bukan memunculkan pikiran yang tenang, mantap dan beralasan untuk menjadikan serangkaian manuver taktis yang tepat waktu dalam memerangi pandemik Covid-19.
Pejabat negara di Indonesia, harus intropeksi dan beradaptasi mengganti nilai-nilai normalitas, formalitas dan kebebasan sosial diera sebelum teror corona. Digantikan dengan nilai-nilai baru kebersamaan sosial, jaminan rasional dan daya tarik emosional.
Publik nasional masih skeptis dengan kebijakan serius presiden jokowi yang optimis tren teror Covid-19 akan menurun kurva pandemiknya dibulan juli, dan breakhir total diakhir tahun 2020. Penyebabnya, publik belum melihat dampak aktual, hasil perang difront ekonomi, front medis dan front keamanan yang dilakukan negara, dalam tempo satu bulan terakhir ini.
Jakarta, 24 april 2020,