SABUROmedia, Ambon – Validasi korban wafat akibat kontaminasi Covid-19 di Indonesia semakin meneror dan mencemaskan publik nasional. Ketika total yang wafat sudah 114 orang, 1.285 orang terinfeksi dan 64 sembuh, banyak perkampungan mulai memagari semua akses pintu masuk kompleks perumahan, Pemicunya, virus Corona terus mengakumulasi secara cepat dan gagal dilacak secara terperinci sejak Desember 2019 oleh negara. Akibatnya peran jubir, staf khusus Presiden, pakar KSP, dan menteri Kesehatan dinilai publik, terlalu banyak berpidato dan kurang memahami psikopolitik kesehatan masyarakat.
Seluruhnya kehilangan pesona magnetis untuk menjelaskan strategi negera memerangi pandemik Covid-19 dan memandu psikologi publik yang semakin mengalami kelelahan mental. Banyak pejabat negara yang positif terkontaminasi virus Corona, membuat publik lebih percaya dengan penjelasan relawan medis, dokter dan pakar badan kesehatan dunia (WHO), tetang peta kode genetik dan urutan genomic virus Corona yang lebih cepat menginfeksi korban lewat hidung, mulut dan mata dari ODP dan PDP, apabila terjadi kontak fisik diberbagai lokasi pasar, mall, kantor, transportasi, rumah ibadah, sekolah, kampus, hotel dan rumah sakit.
Bermula dari RRC dan menyebar luas ke 199 negara basis pandemik Covid-19 dengan data global, 30.890 orang tewas, 664.590 orang terinfeksi dan 142.368 orang sembuh, terjadi akibat negara tidak merekrut penasehat ilmiah genomik dan penasehat intelijen yang hebat dimata publik, seperti yang dimiliki Rusia dan Israel, Iran dan RRC. Termasuk Indonesia, harus mengalami fase terburuk pandemik Covid-19, dan publik WNI, menerima dampak negatif kebijakan negara yang keliru setiap fase pandemik dimasa depan. Diduga terbebani cara mengatasi krisis ekonomi akibat Corona, Menteri Keuangan negara bagian Hesse, Jerman, Thomas Schaefer, bunuh diri.
Presiden harus berjuang memimpin perang langsung melawan pandemik Covi d-19, karena selama 3 bulan terakhir, kredibilitas negara hanya siap dalam menggunakan instrumen keamanan untuk membatasi aktivitas sosial publik dengan metode tanggapan terkordinasi terhadap penyebaran Covid-19. Seperti yang sudah gagal diterapkan di Amerika Serikat, Eropa dan Negara-negara Arab. Amerika telah memanggil 1 juta veteran militer untuk ikut mendaftar jadi relawan medis dan negara-negara Arab berlakukan pembatasan wilayah ektra ketat. Tetapi mengalami jalan buntu untuk menemukan cara meminimalkan dampak ekonomi dan skenario pemulihan.
Belanda menarik 600 ribu masker FFP 2 yang diimpor dari RRC karena tidak memenuhi standar kualitas, Inggris mendirikan pusat riset darurat Covid-19 Genomics Consortium, relawan Basij Garda Revolusi Iran bagikan masker FFP 2, sebayak 3 juta perhari kepada warga, dan Israel menerjunkan pasukun intel siber tercanggih unit 81 untuk melacak jejak digital pergerakan ODP, PDP dan memandu publik, media serta medsos mengatasi teror biologis virus Corona. Memonitor fenomena teror biologis Coivid-19 global dan domestik, dampak berkelanjutan korban tewas akibat pandemik Covid-19 yang semakin dramatis, menganalisis potensi ketegangan sosial akibat kemarahan, kekecewaan, kebencian dan kelanjutan krisis, bisa memicu kerusuhan sipil di kawasan populasi penduduk miskin yang kehilangan pendapatan harian.
Dengan ini pimpinan organisasi BELA INDONESIA, Abdussalam Hehanussa dalam rilisnya yang juga diterima Saburomedia.com Selasa (31/03/2020) menyampaikan sikap Sebagai berikit :
- Mendesak Presiden mengambil tindakan dan aksi solidaritas membentuk pasukan elit medis TNI dan menggerakan semua pasukan elit tempur TNI untuk menggelar operasi militer khusus penanganan pandemik Covid-19.
- Mendesak Menteri Luar Negeri untuk menggalang bantuan dari pemeritah Kuba, untuk mengirimkan Brigade Medis Internasional Henry Revee untuk bekerja, mengatasi peningkatan angka korban di kawasan episentrum Covid- 19 di DKI, Jabar dan Jateng.
- Menyerukan kepada generasi milenial, organisasi pemuda, influenser medsos untuk terus memerangi hoaks, penyesatan informasi, penyebaran rumor Covid-19, soal kawasan lockdown yang menularkan kecemasan fobia, ketakutan konektif dan kepanikan masif di lingkungan sosial.(SM)