SABUROmedia, Ambon – Publik global mengutuk aksi genosida Islamophobia oleh kelompok teroris Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), pimpinan Kapil Mishra, dan Sambit Patra, pemimpin Partai Nasionalis Hindu (BJP). Kelompok teroris ini, menganut Ideologi fasisme Hindutva, sejak tahun 1925 dan menolak gagasan nasionalisme India yang dibangun secara sintesis berbagai agama dan budaya Hindu. Kampanye anti minoritas, perampasan tanah, pembakaran rumah ibadah, kerusuhan dan pembunuhan, adalah program mobilisisasi milisi militer Bajrang Dal, yang dilatih dan dibiayai oleh divisi Seva Vibhag, Vishwa Hindu Parishad, dan divisi Hindu Swayamsevak Sangh, yang berpusat di Amerika Serikat.

Aksi kerusuhan terkejam dilakukan  anggotanya, Nathuram Godse, yang membunuh pahlawan nasional India, Mahatma Gandhi. Aksi sadis lainnya,  116 kali aksi teror menyerang Gereja dan mebantai ribuan umat Kristen, diseluruh India, sejak tahun 1998-2000 Disusul kerusuhan anti Islam sejak tahun 2002, membunuh 2000 orang muslim dan membakar 150.000 rumah di Gujarat. Aksi teror RSS terbaru, mereka membantai 24 orang Muslim, menyiksa, dan membakar 400 orang lainnya, membakar Masjid Ashok Nagar Delhi, pertokoan muslim di Karawal Nagar, Maujpur, Bhajanpura, Vijay Park, dan Yamuna Vihar di kota New Delhi, Rabu 26 Februari 2020. Aksi teror Islamofobik ini, dikecam Presiden Turki, Erdogan. India dituding sebagai negara pembantai umat Islam oleh orang Hindu.

Kecaman juga disampaikan Arif Alvi, Presiden Pakistan. Partai BJPP, telah menciptakan kebencian terhadap orang-orang Muslim India. Setelah ramai dikutuk oleh publik internasional, Narendra Modi, Perdana Menteri India, sekaligus ketua BPJ, membangun opini moderat dengan menuliskan pesan di Twitter bahwa perdamaian dan harmoni adalah inti dari etos kita sebagai warga negara. Saya mohon untuk senantiasa menjaga perdamaian dan persaudaraan.

Bersamaan dengan reaksi kecaman dan kutukan atas aksi genosida di India, opini publik medsos global terbelah. Mayoritas netizen lebih fokus terhadap respon kepanikan dengan jumlah angka kematian akibat Covid-19 sejak 4 Maret, yang mencapai 3.221 orang, 94.344 orang terinveksi, dan ribuan kasus di 82 negara.

Termasuk publik nasional, yang panik atas bahaya dampak penyebaran virus Covid-19 oleh turis asing di Bali, Depok, Jakarta, Cianjur, Bandung dan Batam. Terutama warga usia lanjut, yang memiliki riwayat penyakit diabetes, jantung, paru-paru, dan darah tinggi, yang paling rentan jadi korban ODP (Orang Dalam Pengawasan),setelah 2 orang diumukan jadi PDP (Pasien Dalam Pengamatan) yang positif terjangkit virus Covid19 di Depok, karena terjangkit dari WNA Jepang yang terinveksi di Bali. Kini, setelah fenomena Tionghoa Xenofobik, Singapura, Korea, Vietnam, Iran dan Italia Xenofobik, publik nasional panik, jika muncul sikap tendensius publik internasional merespon isu korban Covid-19 di Indonesia, yang bisa memicu sikap Indonesia Xenofobik, yang membatasi kontak langsung dengan WNI di berbagai negara

Seperti yang sudah di lakukan oleh pemerintah Saudi Arabia, karena alasan kewaspadaan nasional dari ancaman kesehatan WNA yang akan beribadah Umroh Memonitor kondisi terkini ancaman teror politik Islamophobia, Xenophobia global, dan potensi sinisme terhadap WNI (Indonesia Xenofobik), kami pimpinan organisasi Bela Indonesia (Belain) menyampaikan sikap sebagai berikut : Mendukung penuh program Presiden RI, Jokowi yang serius mengadvokasi jaminan kesehatan dan keselamatan seluruh WNI yang terdampak positif maupun terpapar negatif virus Covid-19, didalam dan diluar negeri

Mengutuk sikap politik Islamophobia PM India, ideologi fasisme Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) dan tokoh Partai BJP mempromosikan kekerasan ekstrimis terhadap warga Muslim dan Kristiani di India.

Menyerukan kepada semua generasi muda milenial, organisasi kepemudaan dan media untuk terus mewaspadai aksi teroris dan mendukung aksi solidaritas global yang memusuhi kelompok teroris RRS dan jaringan pendukungnya di seluruh dunia

Menyerukan agar Kapolri, mewaspadai eksistensi anggota dan simpatisan kelompok fasis Neo NAZI, Hindu RSS,  dan menginvestigasi komunitas diaspora dan pengusaha asal India diseluruh Indonesia, yang sudah menjadu pengurus cabang sel teror RSS di Indonesia.

Demikian tulis Direktur Belain, Abdussalam Hehanussa dalam pernyataan sikapnya yang diterima redaksi Saburomedia.com, Jumat (06/03/2020). (SM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *