SABUROmedia, SBB – Tak terima lantaran harus membayar iuran listrik melebihi pemakaian, La Siangu warga Dusun Tapinalu Desa Luhu Kecamatan Huamual Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) mengajukan protes kepada Pihak PLN.
Aksi protesnya itu ditunjukan saat petugas PLN yang hendak memungut tagihan tiap pelanggan yang menggunakan jasa listrik pada PLN Ranting Luhu. Tiba pada gilirannya ia hanya memberi selembar uang dengan nilai seribu rupiah, tentu saja petugas dibuat kaget melihat aksinya itu.
Kepada petugas PLN, pria paruh baya ini menunjukan aksi protesnya atas pelayanan listrik yang terus padam sementara ia dan warga di kampong itu harus membayar tak sesuai dengan beban pemakaian malah tarif yang dikenakan cukup mencekik.
“ Kadang dong minta katong sampai dua kali lipat padahal lampu ada mati-mati ini, pernah satu kali karna beta emosi beta hanya kasi dong saribu rupiah, dong bilang kenapa bayar cuman saribu beta bilang itu par harga lampu yang mati-mati selama ini, “ tuturnya mengisahkan aksinya itu dengan khas dialog Ambonnya saat berbincang dengan Saburomedia.com di kediamannya Dusun Tapinalu, kemarin.
Siangu mengatakan alasannya memberikan uang senilai seribu rupiah itu sebagai bentuk protesnya terhadap pelayanan listrik yang tidak sesuai dengan harapan warga. Ia mengisahkan pernah sekali waktu listrik di 19 dusun Desa Luhu terus padam dan berlangsung hingga dua bulan lamanya, ia dan warga disekitarnya tak menyangka bila dalam kondisi listrik seperti itu mereka harus membayar hingga Rp. 100.000, bahkan ada yang lebih, ia sendiri mengaku membayar Rp. 85.000.
“ beta hanya hanya kasi dong saribu, dong seng mau ambil. Dong ancam mau kasih putus, beta bilang dong silahkan kalau mau kasih putus, karna sama saja ada listrik tapi tidak berfungsi, “ ketusnya.
Kondisi yang sama juga dikemukakan oleh seorang warga dusun Temi. Kepada Saburomedia.com yang meminta namanya untuk tidak dipublis mengatakan, jika ia dan keluarganya harus membayar iuran yang tidak sesuai dengan beban pemakaian. Ia mengaku heran lantaran jikalau lampu normal ia membayar tariff relative terjangkau dari biasa seperti lampu sering padam. Biasanya listrik akan menyala normal itu pertanda bila petugas mulai menagih rekening.
“ Kalau lampu manyala ada bae, jang lampu mati. Biasanya petugas dong datang tagih kalau lampu sudah menyala seng ada mati-mati lai tapi abis dong tagi itu seng lama lai lampu mati-mati kombali, “ terangnya.
Para pelanggan ini mengeluhkan akibat listrik terus padam di wilayah itu, banyak barang-barang elektronik milik warga rusak. Terutama para pelaku industry rumah tangga dampaknya sangat merugikan mereka. Selain listrik yang terus padam pelayanan administrasi berupa pembayaran tagihan juga dinilai merugikan mereka, pasalnya iuran listrik yang tertera pada struk meteran berbeda dengan nota tagihan oleh petugas PLN. Mereka mengaku tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima kenyataan yang ada.
Pelanggan ini berharap pemerintah dan pihak terkait terutama Pimpinan PLN wailayah Maluku & Maluku Utara untuk melihat persoalan ini, sebab kondisi yang dialami pelanggan ini sudah berlangsung lama, bahkan hingga kini belum ada perhatian dari pihak PLN meski kondisi ini pernah juga disuarakan masyarakat lewat media masa, bahkan pelanggan pernah menyampaikan persoalan ini kepada perwakilan mereka di DPR namun belum juga ada tanda-tanda pemulihan pelayanan listrik seperti yang diharapkan. (SM-1)