Oleh: Lutfi Abdullah Wael (Mantan Ketum DPD IMM Maluku)

SABUROmedia, Ambon – Sungguh ijtihad yang sangat luar biasa atas pilihan Tema Tanwir XXVII IMM 6-9 Pebruari 2020 Lombok NTB. Tema ini meniscayakan urgensi “KOMITMEN PERSATUAN” baik di internal maupun eksternal.  Pilihan tema besar itu bukan tanpa alasan melainkann hasil refleksi profetik terhadap realitas KEUMATAN & KEBANGSAAN  kita yang tersegmentasi dan tersegregasi oleh determinasi realitas sosial akhir2 ini.

Tanwir XXVII IMM,  ini harus menjadi momentum untuk menorehkan narasi dan gagasan yang Subtansi dan Populis, di tengah massif Narasi & Gagasan kemahasiswaan, kepemudaan dan elit politik yang nihil keberpihakan terhadap rakyat. Tanwir XXVIII IMM merupakan forum dialetika yang di hadiri oleh para intelektual dari 34 provinsi se-Indonesia. Sehingga sangat penting dan strategis, forum Tanwir menorehkan narasi dan gagasan yang mampu menjadi keputusan-keputusan, program dan rekomendasi yang membumi. Sebab memajukan Indonesia, tidak hanya sekedar kerja-kerja fisik, tetapi membangun Indonesia yg sesungguhnya dalam konteks Kemahasiswaan dan Kepemudaan adalah mengtranspormasikan spirit intelektual dan penguatan karakter, sehingga visi kemanusian sebagai kalifah di muka bumi terwujud.

Tanwir XXVII IMM yang bertempat di lombok Nusa Tenggara Barat, menjadi pilihan yang sangat komprehenship untuk menorehkan narasi dan gagasan terbaik yang sdh pasti berimplikasi pada karya terbaik pula.

Nusa Tenggara Barat, memiliki jejak Historis dan Sosiologis yang sangat kuat untuk mensugesti spirit pergerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dengan mereviuw kembali posisi IMM sebagai gerakkan Relegiutas, Intelektual dan Humanitas. 

Secara Historis Nusa Tenggara Barat, 1.Menyimpan memory dan jejak sejarah Terkonsolidasinya kader IMM se-Indonesia dalam membangun gerakkan demonstrasi secara besar-besaran seIndonesia (tertembak kader IMM Bima NTB). 2.Secara  Sosiologis Nusa Temggara Barat, memiliki basis religius dan intelektual yang kuat dan mengakar. Hal ini terlihat dari banyaknya tokoh nasional, ulama dan politisi yang memiliki integritas yang sangat baik.

Dalam konteks itu, Tanwir XXVII Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Nusa Tenggara Barat, memiliki basis spirit yang strategis sebagai modal sosial yang di topang dengan ribuan gagasan berlian para intelektual dari 34 provinsi se-Indonesia akan sangat komplit untuk mengembalikan IMM pada Khittah Gerakkannya. Sebab realitas sosial keumatan dan kebangsaan kita hari ini, Sepi dari diskursus  kemahasiswaan dan kepemudaan, entah karena gerakan kemahasiswaan dan kepemudaan terjebak/tersandera dalam  pusaran kekuasaan.

Akibatnya narasi dan gagasan kemahasiswaan dan kepemudaan terlihat “mati suri” di tengah keterasingan publik atas hegemoni negara dgn berbagai kebijakan yg tidak populis bahkan cenderung ototriter. Olehnya itu, potensi besar ini, harus di konsolidasi oleh para intelektual-intelektual dari 34 provinsi se-Indonesia, dgn hasil2 rumusan keputusan yg strategis sehingga mampu menorehkan gagasan dan karya terbaik demi kemajuan Ikatan, Persyarikatan dan Bangsa.

Namun ada sedikit tragedi yang justru meninggal legacy yang merusak niat dan “Ikhrar suci” ini, seolah kehilangan makna, karena “Kepicikan, dendam dan ketidakdewasaan,  berkamuflase menjadi robot yang kehilangan spirit etiks, menyebakan “arogansi”. Sehingga ruang dialetika, silaturahmi, dan Tabbayun. Ditutup oleh tembok egosime Oligarki.

Upsss…

Oligarki merayakan “pesta” yang di penuhi nyala kembang api, dgn letupan yang membahana mengabarkan kemeriahan “Pesta” dgn kelezatan makanan & keharuman minuman. Namun meninggalkan “Noda Peradaban” di sini.

Selamat…!!! Sidang Tanwir XXVII. Mungkinkah suara-suara kritis kader IMM se-Indonesia bisa berkumandang karena luka bathin sudara seIkatan kalian di bumi Al_Mulk dan Indonesia..? Intrupsi….!!! (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *