Oleh: Erwin Usman Direktur Eksekutif IMES & Komisaris BUMN PT. Wijaya Karya
SABUROmedia, – Jalan raya butuhkan aspal. Ini sudah pengetahuan umum. Orang awam maupun kelas insinyur sudah tentu tahu.
pertama.
Aspal itu dihasilkan dari sebuah pulau di kaki wilayah Sulawesi. Namanya Buton. Ini juga pengetahuan umum. Sejak sekolah dasar diajarkan. Bahkan sejak era 1970-an.
Di dunia, produk aspal selain ada di Buton, juga di negara Trinidad. Selain itu ada di Meksiko dan Canada. Pembagiannya begini, 80 persen aspal itu cadangannya di pulau Buton. Sisanya, 20 persen, di tiga negara yang disebutkan.
kedua.
Tiap tahun Indonesia butuh aspal sebanyak 1,3 – 1,5 juta ton. Ini untuk jalan dan pendukung sejumlah infrastruktur yang butuh lapisan aspal.
Dari kebutuhan itu, kemampuan nasional kita untuk menyediakan aspal hanya 300 ton. Maksimal 400 ton. Artinya ada kekurangan 900 sampai dengan 1,1 juta ton per tahun.
Dari mana kekurangan aspal itu dipenuhi? Jawabnya: diimpor. Dari luar negeri. Tiap tahun dana APBN kita dihabiskan kisaran Rp 9 – 10 triliun untuk impor ini. Atau senilai USD 700 juta. Banyak? Tentu.
ketiga.
Data PU, cadangan aspal Buton sebanyak 650 juta ton. Jika dijual mentah (raw material) harganya USD 30 per meterik ton. Jika diolah jadi aspal murni, harganya naik 10 kali lipat. Mencapai USD 400 – 500 per metrik ton.
Bila kurs 1 USD sekarang Rp 14.000. Maka harga aspal murni Rp 5,6 juta – Rp 7 juta per metrik ton.
Ringkasnya, dengan jumlah cadangan 650 juta ton. Maka nilai aspal Buton bila diolah diperkirakan bernilai Rp 4,5 ribu triliun. Suatu angka fantastik!
Cadangan 650 juta ton itu juga bisa dipakai selama 300 tahun. Untuk mengaspal mulus semua ruas jalan bahkan lorong di Indonesia.
keempat.
Saat ini belum ada suatu kebijakan nasional untuk pemanfaatan aspal Buton. Ringkasnya, mesti ada Keppres soal ini. Keppres tentang kewajiban pemanfaatan aspal Buton untuk infrastruktur jalan. Biar jadi kebijakan nasional (national policy).
Oh ya, biar diingat-ingat. Aspal yang banyak digunakan di Indonesia saat ini, mayoritas jenis aspal minyak (asmin). Yang diolah di kilang Pertamina.
Ada juga aspal beton (asbet) dengan material semen. Tapi kecil jumlahnya. Pemanfaatan aspal Buton untuk nasional hanya berkisar 3% per tahun.
kelima.
Lalu, setelah lima pengetahuan di atas, tentu ada yang bertanya, bagaimana solusinya? Sebenarnya, sudah terselip di lima hal di atas. Coba dibaca lagi. (SM-1)