Oleh :
M. Kashai Ramdhani Pelupessy
SABUROmedia — Pilpres dan pileg 2024 telah usai. Terlepas dari perhatian publik pada sengketa pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK), kini di Maluku isu paling hangat adalah pilkada serentak yang bakal berlangsung dari tingkat kabupaten hingga provinsi. Yang paling menarik adalah pilgub. Menyangkut hal ini, telah berseliweran foto-foto ‘public figure’ yang bakal maju dalam kontestasi pilgub Maluku tersebut.
Hal paling menyita atensi publik di Maluku, terutama yang doyan politik, adalah saat menyaksikan beredarnya foto dan video di grup-grup WA yang menunjukkan pertemuan FCT (Febry Calvin Tetelepta) dengan AV (Abdullah Vanath) beberapa hari lalu. Ada cibiran yang mengatakan bahwa pertemuan itu terlalu dini, serta ada pula pernyataan kalau itu sudah waktunya. Sontak ini menggegerkan dan menimbulkan banyak tanya.
Apakah pertemuan itu menunjukkan bahwa FCT sudah “maso minta” meminang AV dalam pilgub Maluku mendatang? Sebaliknya, apakah AV sudah menerima pinangan itu? Lantas, kapan prosesi pernikahannya terpublikasi di depan publik luas? Apakah nanti pernikahan itu membuahkan kemenangan di masa mendatang?
Jawaban atas sekian pertanyaan-pertanyaan itu tampaknya masih menunggu momentumnya. Pertemuan FCT dan AV itu setidaknya dapat menimbulkan gelombang politik baru jelang pilgub Maluku yang bakal berlangsung beberapa bulan ke depan. Namun, fakta di lapangan tampaknya “adem ayem” saja. Belum terlihat sesuatu yang bergelora di lapangan.
Manuver-manuver FCT belakangan ini sangat menarik perhatian publik. Selang beberapa hari dari pertemuan dengan AV, FCT lalu bersilaturahmi dengan RAA (Rovik Akbar Afifuddin) saat masyarakat muslim baru usai melaksanakan sholat id. Dalam unggahannya, atas nama kawan FCT menerangkan bahwa pertemuan itu merupakan silaturahmi “biasa saja” karena masih dalam momentum Ramadhan.
Apakah benar demikian? Publik Maluku tahu bahwa pasca pileg kemarin menunjukkan bahwa suara pemilih ke RAA sangat besar jumlahnya. Mencapai sebelas ribu lebih yang kemudian melanggengkan RAA kembali bertengger di gedung DPRD Provinsi Maluku. Ini peluang yang cukup bombastis untuk RAA apabila ia berkeinginan mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur di daerah Siwalima ini. Sehingga silaturahmi FCT dan RAA yang katanya “biasa saja” itu tampaknya menjadi tidak biasa.
Manuver politik yang belakangan dilakukan FCT itu setidaknya dapat memancing reaksi lawan tandingannya. Dalam arti bahwa safari politik FCT setidaknya dapat menimbulkan gelombang politik jelang pilkada Maluku mendatang. Apa yang dilakukan FCT tersebut juga sudah jauh hari dilakukan oleh JAR (Jefry Apoly Rahawarin). Namun, semua yang dilakukan para calon kandidat itu tampaknya menunjukkan tensi gelombang yang terjadi biasa-biasa saja.
Selain FCT dan JAR, ada satu figur politisi juga yang disinyalir — entah di dorong oleh pendukungnya atau lainnya — bakal maju dalam pilgub Maluku yakni HL (Hendrik Lewerissa). Pasca kemenangan Prabowo-Gibran berdasarkan hasil rilis KPU yang belum usai perkaranya di MK, HL adalah aktor penting dibalik kemenangan Prabowo-Gibran di Maluku.
Kemenangan itu tentu akan memberi efek ekor jas bagi HL dapat bermain cantik menjadi orang nomor satu di arena kontestasi pilgub Maluku mendatang. Namun, efek ekor jas itu tampaknya bakal berhenti kalau petahana yakni MI (Murad Ismail) maju kembali dalam pilgub Maluku. Publik tahu bahwa kemenangan istri gubernur Maluku saat ini yakni WPM (Widya Pratiwi Murad) sebagai anggota DPR RI dari PAN adalah juga memberi efek bagi kemenangan Prabowo-Gibran.
PAN merupakan salah satu partai dalam koalisi besar yang mengusung Prabowo-Gibran maju dalam pilpres kemarin. Saat MI bersama WPM bersafari ke Jakarta kemudian bertemu dalam acara resmi PAN dengan Prabowo beberapa hari lalu, pak Zulhas (Zulkifli Hasan) sempat menerangkan dalam pidato “spesial”-nya kepada pak Prabowo bahwa ibu WPM memiliki suara terbanyak dibanding calon anggota DPR lainnya dari Maluku.
Apakah pidato “spesial” itu merupakan sinyal yang baik kepada MI untuk ia dapat diusung oleh PAN juga “Gerindra” untuk maju dalam pilgub Maluku untuk kedua kalinya? Kita tunggu saja apakah pertanyaan ini terbukti atau tidak. Kalau memang terbukti, maka peluang MI menggandeng HL cukup kuat untuk menjemput kemenangan di pesta politik lokal di Maluku. Manuver dan safari politik dari para calon kandidat itu sangat menarik.
Sekilas tampaknya para kontestan sedang bersama-sama berusaha mengecek gelombang publik demi kemeriahan pesta demokrasi di tingkat lokal. Namun, cek gelombang ini masih terbilang “adem ayem” alias belum sepenuhnya membara. Sejauh ini belum ada saling serang antar calon kandidat terkait visi-misi dan program pembangunan untuk Maluku lima tahun ke depan.
Tensi politik yang sedang berlangsung masih dalam taraf biasa-biasa saja, semua masih mencari jalan dan lubang untuk bisa maju dalam pilgub di Maluku. Entah jalannya melalui usungan partai-partai politik atau lewat jalur independen. Semua kandidat masih dalam area ini yakni masih mencari proses pinangan dan meminang, alias belum keluar untuk saling serang visi-misi dan program.
Yang publik tunggu saat ini adalah saling serang visi-misi dari para calon kandidat, agar kita bisa membayangkan secara utopis seperti apa Maluku ke depan. Ini yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Maluku. Saling serang visi-misi yang ditunggu-tunggu itu tentu dalam koridor yang dewasa dan membahagiakan. Bukan saling serang yang tidak berbobot dan menjauhkan publik dari substansi demokrasi. Sementara ini, masyarakat Maluku sedang menunggu cek gelombang politik yang seperti itu.
*** Penulis adalah Akademisi IAIN Ambon