SABUROmedia, Jakarta – 22 Juni, adalah salah satu hari amat penting. Tanggal itu sangat pantas diingat oleh Bangsa Indonesia, Masyarakat Jakarta dan Warga Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).

22 Juni tahun 1527 dinyatakan sebagai tanggal lahirnya kota Jakarta.  Penetapan ini dilakukan berdasarkan peristiwa perebutan pelabuhan Sunda Kelapa oleh Fatahillah pada 22 Juni 1527.

Fatahillah mengusir Portugis dari pelabuhan Sunda Kelapa dan mengubah nama dari Sunda Kelapa jadi Jayakarta, yang artinya kota kemenangan.

Penetapan dilakukan pada tahun 1965 oleh Sudiro, Walikota Jakarta, yang merasa perlu adanya peringatan hari jadi Jakarta yang berbeda dengan peringatan berdirinya Batavia.

Sebelumnya, pada masa penjajahan Belanda, hari ulang tahun Batavia (Jakarta saat itu) diperingati setiap akhir Mei, berdasarkan hari penaklukan Jayakarta oleh Jenderal Jan Pieterszoon Coen.

Sudiro kemudian memanggil sejumlah ahi sejarah seperti Mr. Mohammad Yamin dan Mr. Dr. Soekanto beserta seorang wartawan senior Sudardjo Tjokrosiswoyo, untuk meneliti kapan didirikannya Jakarta oleh Fatahillah.

Saat itu, Sudiro yakin bahwa penaklukan Sunda Kelapa dilakukan pada tahun 1527.

22 Juni tahun 1945, Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai) beranggotakan 62 orang yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Hibangase Yosio (orang Jepang) dan R.P. Soeroso, membentuk panitia kecil dengan tugas membahas usul dan konsep para anggota mengenai dasar negara Indonesia.

Panitia kecil ini beranggotakan sembilan orang yang disebut juga dengan Panitia SEMBILAN.

Panitia Sembilan ini terdiri Ir.Soekarno (sebagai Ketua), Drs.Mohammad Hatta (Sekretaris), dan para Anggota : Mr.Muhammad.Yamin, Mr.Ahmad Subarjo, Mr.A.A.Maramis, Abdulkahar Muzakir,

Wahid Hasyim, H.Agus Salim dan Abikusno Cokrosuyoso.

Panitia Sembilan ini menghasilkan dokumen berisi ASAS dan TUJUAN negara Indonesia merdeka.

Dokumen tersebut dikenal sebagai Piagam Jakarta (Jakarta Charter), yang isinya sebagai berikut.

1.            Ketuhanan dengan mewajibkan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

2.            Dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

3.            Persatuan Indonesia.

4.            Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan/perwakilan.

5.            Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya.

Boleh dikata 22 Juni 1945 Indonesia sudah Merdeka, namun belum di Proklamasikan. 22 Juni Tahun 2009. Bagi warga Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) menjadi hari bersejarah yang membesarkan hati.

Pada hari itu 2 (dua) Organisasi Alumni HMI menyatakan dan membuat Deklarasi Ishlah Penyatuan Korps Alumni HMI (KAHMI). Sebahagian menyebut Kahmi Fuad dan Kahmi Asri.

Disaksikan Drs.HM Jusuf Kalla dan DR.Ir.Akbar Tandjung, 11 (sebelas) orang Pimpinan Nasional dari 2 (dua) Organisasi Alumni HMI menandatangani Deklarasi Ishlah.

4 (empat) orang Pimpinan Majelis Nasional KAHMI, yaitu :

1.DR.Fuad Bawazier,MA (Ketua Umum)

2.Dr.Abidinsyah Siregar, DHSM,MBA,MKes (Sekretaris Jenderal)

3.Prof.DR.Jimly Asshiddiqie (Ketua Majelis Penasehat)

4.DR.Machfud Siddik,M.Sc (Ketua Majelis Pakar)

7 (tujuh) orang Presidium Majelis Nasional KAHMI

1.DR.Ir.A.Asri Harahap, SE, MM (Ket.Harian/Presidium)

2.Prof.DR.Laode M.Kamaluddin,M.Sc,M.Eng (Presidium)

3.Prof.DR.Nanat Fatah Natsir,MS (Presidium)

4.Drs.Sahar L.Hasan (Presidium)

5.Drs.Tubagus Farich,MBA (Presidium)

6.DR.Noer Soetrisno,MA (Presidium)

7.Ilham Noer Putri Hatta,SH (Presidium)

INDONESIA dengan 2 (dua) KAHMI, dengan 2 (dua) gaya kepemimpinan kritis yang berbeda. Berbeda dalam mekanisme pengambilan keputusan. Lingkungan strategis menuntut gaya kepemimpinan situasional.

Uniknya tetap dalam komitmen Ke-Indonesiaan yang kuat dan padu dengan Konsep yang sejalan dengan Cita-cita luhur Kemerdekaan Indonesia.

Didalam lubuk hati yang dalam, benih “YAKIN USAHA SAMPAI”  meluluhkan beda dan perbedaan yang hanya maya diatas Nilai Dasar Perjuangan.

Waktu dan Gaya pun menjadi luluh, Bertemu dan Bersatu, berbuhul ISHLAH. Dengan Satu dan Bersatu, KAHMI menjadi padu untuk melanjutkan perjuangan Mewujudkan Masyarakat Adil dan Makmur Yang Diridhoi Allah SWT, sebagai KOMITMEN ABADI Insan Cita HMI dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan berazaskan Pancasila sebagaimana tertera dalam Pembukaan UUD 1945.

Dengan ukuran keRidhoan Allah SWT, maka ruh keorganisasian KAHMI adalah berkomitmen berfikir, berikhtiar, bekerja dalam kebenaran, kejujuran, keadilan dan bermanfaat untuk Bangsa dan Negara.

Prof.DR.Siti Zuhro, selaku Kordinator Presidium KAHMI 2017-2022 pada Pelantikan MN Kahmi pada 11 Maret 2018 dalam sambutannya menegaskan “KAHMI berkewajiban untuk menjaga dan merawat NKRI. Sebagai Muslim, KAHMI berkewajiban menegakkan amal makruf nahi munkar, termasuk dalam politik. Tetapi, politik KAHMI bukan politik praktis, melainkan politik moral yang menekankan pada nilai,”.

Semoga Allah SWT memberi kekuatan bagi seluruh Rakyat dan Bangsa ini mewujudkan kesyukurannya atas Kemerdekaan untuk menjadi Negara yang Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur. (**)

Jakarta, 22 Juni 2020

Penulis, Dr.Abidinsyah Siregar, DHSM,MBA,MKes (Mantan Ketua Umum HMI Cabang Medan 1981-1982/ Mantan Ketua Umum Badko HMI Sumbagut 1983-1986/ Kini ASN/Ahli Utama).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *