Oleh: M. Ali Rachman Siwoon., SH, MH (Ketua DEPETA DPP ASITA)

SABUROmedia, – Parwisata dalam situasi pandemi virus covid19 saat ini, tentu sangat berbeda dengan sebelumnya, jika kejadian itu tidak mendunia, seperti saat ini, maka pariwisata di tempat lain tentu masih bisa berjalan, namun keadaan sekarang ini, nyaris semua destinasi terpaksa tutup atau tidak ada wisatawan yang mau berkunjung ke sana, karena dampak negatif pandemi tersebut.

Dalam situasi ekarang ini, tidak terlihat lagi adanya grup tour atau kegiatan-kagiatan pariwisata lainnya, baik itu berupa perjalanan, maupun pasar ataupun pameran pariwisata, banyak event dan fam trip pariwisata terpaksa dibatalkan. Beberapa negara telah melakukan lock down terhadap negaranya, dan sebagian lagi melakukan pembatasan, sehingga mustahil pariwisata dapat berjalan normal.

Sejak wabah virus corona atau yang dinamakan covid19 yang diawali dari Wuhan Cina, yang berasal dari hewan kelelawar, yang menyimpan virus dikonsumsi  oleh sebahagian orang, kemudian virus-virus itu masuk ke dalam tubuh manusia di sana, dan seterusnya menular dari orang ke orang terjadi di mana mana, bahkan telah mendunia, maka muncul seruan supaya kita diam di rumah (stay at home).

Hal itu ditekankan, bahkan ada yang dengan suatu aturan, agar kita dapat memutus kemungkinan penularan covid19 yang lebih meluas, melalui interaksi sesama manusia, sehingga kita diminta supaya  bekerja dari rumah saja, bagi yang kerjanya bisa dari rumah, begitu juga bagi mereka yang sekolah atau menuntut ilmu, supaya belajar dari rumah saja, dengan menggunakan alat komunikasi yang ada. Tentu saja dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, semua persoalan tersebut relatif bisa dikerjakan dari rumah.

Adanya seruan atau perintah dari pemerintah supaya tetap di rumah, tentu akan membatasi orang-orang untuk melakukan kegiatan yang behubungan dengan bepergian atau perjalanan, hal ini tentu telah menimbulkan turunnya secara drastis volume orang dan barang, yang berangkat dan datang dari satu tempat ke tempat yang lain, dengan demikian berpengaruh pula kepada jumlah frekuensi angkutan termasuk penerbangan, yang menjadi bekurang signifikan daripada sebelumnya

Keterbatasan dalam lalu lintas ini, sudah  barang tentu berpengaruh langsung kepada sektor pariwisata secara luas, yang sangat berdampak kepada usaha Industri pariwisata, yang di dalamnya ada biro perjalanan, hotel, restoran, daya tarik wisata dan berbagai usaha UKM yang berhubungan dengan suatu perjalanan.

Bagaimana mungkin orang akan bepergian, ketika orang orang yang mau berwisata atau jalan jalan dilarang atau dianjurkan jangan keluar, supaya di rumah saja, dikarenakan  bahayanya virus corona atau covid19 itu, yang setiap saat akan bisa menularkan kepada siapapun tanpa pandang bulu, apalagi penularan virus itu dapat berujung pada kematian.

Sementara itu tekad yang kuat dari para medis kita, bahkan terjadi korban di antara mereka, terus bekerja dengan obat yang masih bisa diusahakan, namun vaksinnya masih dalam penelitian, sehingga alat penangkis atau pecegahannya harus timbul secara pro aktif dari kita semua, secara kebersamaan dengan berbagai metode yang dianjurkan untuk dilakukan, salah satunya menjaga jarak dan sentuhan fisik atau perlakuan sosial (social distandcing) antar sesama manusia dalam sehari-hari, begitu juga kepada mahluk hidup lainnya dan benda, dalam kondisi tertentu, dan pentingnya meningkatkan daya tahan tubuh bagi setiap orang.

Ketakutan dan kekhawatiran yang begitu tinggi akan virus

covid19 ini, telah merambah kepada banyak orang di seluruh dunia, sehingga setiap orang harus lebih berhati- hati dan lebih banyak memilih berada di rumah saja, sesuai anjuran yang ditekankan, bahkan ada sanksinya bagi yang membangkang, hal ini lah yang sangat mempengaruhi lalu lintas (traffic) orang sehingga perjalanan dinas dan bisnis pun, apalagi wisata nyaris berhenti secara total.

Permasalahan ekonomi yang lesu, tidak dapat dielakkan,  sebagai akibat pandemi itu, bahkan menambah permasalahan yang lebih serius. Jika sebelumnya telah dirasakan gairah pariwisata menurun, akibat tiket penerbangan di Indonesia dengan harga yang mahal, maka hantaman setelah itu, adalah munculnya wabah atau pandemi  covid19, yang tidak dikira atau diduga dari sebelumnya, sungguh ini mengejutkan, sampai kapankah ini terjadi?

Namun yang penting untuk itu semua, bahwa WHO,  organisasi kesehatan dunia terus menyikapinya dengan upaya-upaya baik medis maupun non medis, begitu juga dari pemerintah kita, mulai dari daerah maupun pusat, terus melakukan  berbagai upaya untuk mencari solusi mengatasi dan memberantas penularan, serta mencari vaksin yang tepat untuk virus covid19 ini.

Penanganan pandemi virus covid19 ini diperlukan langkah-langkah yang serius dan cepat serta tepat guna dalam suatu koordinasi yang baik dan terpadu, mengingat diperlukan langkah yang kongkrit langsung kepada pencegahan secara luas, oleh karena itu cara penanganannya harus dengan hasil yang lebih baik, akan membuahkan hasil yang lebih cepat pula keluar dari pandemi copid19 ini.

Pariwisata akan kembali bergairah jika kita mampu membuktikan penanganan covid19 ini tepat sasaran dan mampu mengurangi angka-angka pesakitan akibat pandemi covid19 tersebut, dan adanya kesadaran lingkungan yang bersih, sehat dan wajar, serta tidak menstigma kasus demi kasus covid19.

Tentu keberhasilan setiap negara tidak terkecuali Indonesia, dalam menyetop ataupun  memutus mata rantai penularan itu, akan terjadi tidak berbarengan antara satu negara dengan negara yang lainnya, lebih kepada siapa dahulu yang mampu menangani dengan baik penularan virus virus trrsebut, sehingga angka-angkanya terjadi penurunan satu demi satu sehingga keberhasilan dalam menekan seminimal mungkin, akan menjadi suatu prestasi dan imej yang sangat baik. Lebih dari itu dunia berhasil menciptakan vaksin yang tepat untuk covid19 dan dapat diberlakukan.

Pariwisata akan bergairah kembali secara perlahan yang dimulai oleh wisatawan domestik (dalam negeri), dari orang perorang atau suatu rombongan yang kecil dalam satu keluarga, setelah penanganan covid19 ini memang berhasil, maskipun belum tuntas, baru sebatas  setempat maupun secara Nasional, yang akan dapat kembali menggairahkan perjalanan manusia dengan segala kepentingannya.

Namun keinginan berwisata diperkirakan akan ada permintaan secara hati-hati dari peminat yang akan lebih memperhatikan, suatu perjalanan atau tour itu tidak sebatas menginginkan keindahan dan keunikan dari suatu destinasi, akan tetapi lebih dari itu, menginginkan adanya jaminan kebersihan dan kesehatan dalam suatu paket wisata, misalnya selektif dalam mencari tempat menginap dan tempat makan, bisa jadi paket wisata halal akan menjadi salah satu pilihan, mengingat keberadaan virus-virus itu identik dimulai dari tempat atau kebiasaan/perilaku yang tidak bersih dan tidak wajar, yang berarti tidak sehat, apalagi kenyataannya virus-virus itu berkembang sama halnya seperti virus yang ada sebelumnya, namun corona yang sekarang ini yang dinamakan covid19, terbukti lebih ganas dengan realita pandemi yang lebih meluas atau mendunia, dengan penularan yang begitu gampang dan cepat.

Jadi, kebangkitan pariwiaata pasca covid19 sangat tergantung bagaimana kita mampu menyetop atau mematikan gerak langkah virus covid19, yang menjadikan situasi dalam kondisi aman, yang mampu meyakini kita semua, baik itu kepada pelaku wisata maupun kepada wisatawan, sehingga Stay at Home dapat segera dicabut dan kondisi kembali kepada semula, atau keadaan normal.

Sebagaimana diketahui, sektor pariwisata sangat terpukul dengan musibah pandemi covid19 ini, sehingga pariwisata itu harus mampu kembali membangun imej, atau kesan yang lebih baik lagi, termasuk keamanan jiwa di dalamnya, oleh karena itu pariwisata pasca covid19 bisa jadi bergeser penanganannya dari semula, baik itu dalam produk maupun strategi pemasarannya, serta adanya keinginan yang baru daripada wisatawan.

Ada anggapan bahwa pariwisata itu tidak akan  mati / tourism never die…(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *