SABUROmedia, SBB – Masih terus terjadi luapan, apalagi hujan semalam. Danau Nama Ola di Desa Buano Utara Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) Maluku seakan enggan surut, sudah hampir tiga tahun sejak 2018 Nama Ola bagai bom waktu ditengah Negeri.

Insiden kali ini benar-benar memaksa warga yang mendiami bantaran danau angkat kaki pilih mengungsi. Luapan air menggenangi sebagian besar rumah warga Nusa Puan itu, belum lagi wabah penyakit mengintai, warga korban banjir tentunya megeluhkan kondisi yang dialaminya itu.

Respon pemerintah daerah SBB atas kondisi korban Nama Ola belum menunjukan sikap serius, Pemda dinilai lamban dan setengah hati dalam menangani banjir Nama Ola itu. Bantuan berupa satu mesin Alkon dari Pemda SBB belum bisa mengatasi luapan banjir.

“ Jadi Pemda hanya beri 1 buah mesin, Selang 100 meter dan sembako, itu saja. Tidak ada minyak,” ujar Usnadin Tombalissa warga Buano yang mengaku rumahnya juga ikut tergenang air Nama Ola saat berbincang dengan Saburomedia.com, kemarin.

Dijelaskan bantuan mesin penyedot air itu diperoleh empat buah, diantaranya sumbangan dari Gandong Ulat tiga buah mesin Alkon dan selang 250 Meter serta Sembako juga, “ Jadi Pemda punya bantuan hanya 1 buah mesin saja, “ jelas Tombalisa.

Kata Tombalissa untuk mengoperasikan mesin penyedotan air itu pihaknya dibantu dari Aliansi Peduli Negeri dan Sahabat PMII Komisariat Poltek Ambon menyumbangkan minyak Bensin sebanyak 200 liter untuk melayani dua mesin alkon yang beroperasi, ” Selain kurangnya BBM, juga selangnya tidak ada, ” ketus Tombalissa.

Lanjutnya, sampai sejauh ini belum ada bantuan dari Pemerintah Desa, padahal ada anggaran Bencana Alam yang bernilai Rp 26 juta dalam ADD namun Pemerintah Desa belum juga dicairkan, “ entah kendalanya apa? “ tanya Tombalisa.

Sementara luapan air terus menerus menggenangi rumah warga ketika hujan, tentu dua buah mesin yang beroperasi dengan keterbatasan bahan bakar minyak cukup sulit menyurutkan debit air, dan tidak bisa mengatasi banjir karena volume mesin alkon tidak mampu mengatasi banjir yang ada.

“ Suda 5 hari mesin beroperasi dengan menghabiskan minyak bensin mendekati satu drum tapi belum bisa, blum ada kontribusi dari Pemdes, jika kehabisan minyak maka akan dipastikan mesin yang ada tidak akan lagi beropersasi apa bila tidak ditangani dari Pemerintah Desa. “ ujarnya.

Dikatakan,  keluahan dari para pengungsi banjir saat ini banyak tertujuh kepada Pemerintah Desa dan Pemda. Mereka hanya menginginkan luapan air danau Nama Ola ini bisa teratasi secara parmanen agar tak ada lagi banjir yang melanda rumah mereka. (SM-1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *