SABUROmedia, Jakarta – Histeria public media social global kian memicu aksi terror Tionghoa Xenophobia (Sikap anti etnis Tionghoa),akibat terus meroketnya angka kematian dari virus Corona.Sejak tanggal 17 Februari 2020, yang mencapai 1.770 jiwa, dan 71.231 orang terinfeksi, termasuk 265 kasus di 29 negara. Retorika terror Islamophobia (Sinisme anti Islam)oleh pemerintah RR C terhadap muslim Uighur, telah menimbulkan resiko besar maraknya terror Tionghoa Xenophobia di Eropa, AS dan Asia Tenggara.
Jaringan kampanye media social Kongres Uighur Sedunia (WUC) di Asia Tenggara, mengajak simpatisan Uighur sedunia untuk bergabung dalam tagar #Virus Threatin dan #WHO 2 Urumqi, guna mendesak WHO segera mengirim delegasinya ke provinsi Xinjiang yang terdampak wabah virus CoronaCOVID-19.
Presiden Kongres Uighur Sedunia (WUC), Dolkun Isa, dimedia social terus mengupdate situasi bahaya medis yang dihadapi 2 juta orang etnik Uighur yang dipenjara di Xinjiang, RRC. Konten media social (WUC), ikut mempengaruhi opini penghotbah agama diSingapura, Abdul Al Halim, yang menganalisis bahwa wabah virus Corona COVID-19, adalah hukuman Tuhan terhadap orang RRC karena menindas umat muslim Uighur. Dewan Agama Islam Singapura (MUIS), langsung mengkonter opini yang bisa memicu perselisihan rasial tersebut.
Perang mesin propaganda media social pro RRC VS pro etnis Uighur, membuat pihak Facebook dan TikTok terus menghapus konten klaim palsu atau teori konspirasi yang terus menginspirasi aksi-aksi criminal Islamophobia dan Tionghoa Xenophobia di Jerman. Kelompok ekstrimis Pegida Eropa Patriotik, Revolusi Chemitzi dan Komunitas Teror Serigala Putih (WWT) sejak September2019, semakin aktif menyerang imigran-imigran muslim Turki, Arab, dan etnis Asia. Efeknya,Polisi anti terror terus melakukan penangkapan-penangkapan di enam Negara bagian bekas JermanTimur. Sikap Tionghoa Xenophobia,ditujukan oleh majalah terbesar Jerman, DerSpiegel, yang memberi judul covernya:Virus Corona:Buatan China.
Ketika Globalisasi berubah menjadi ancaman mematikan.berbeda retorika ketika merespon Isu etnis Uighur, Kedubes RRC di Jerman, mengecam dan enggan menyebut media Jerman meyebarkan diskriminasi dan Xenophobia. Memonitor perkembangan situasi Aks iteror Islamophobia danTionghoa, dengan ini kami pimpinan organisasi Bela Indonesia menyampaikan sikap, mendukung penuh perhatian serius KemluRI, KemenkesRI, KemhanRI dan Panglima TNI terhadap kondisi kesehatan fisik dan mental 238 orang WNI yang dievakuasi dari RRC, yang telah selesai mengikuti proses karantina dan disertifikasi bebas virus Corona.
Mendukung sikap kewaspadaan nasional Pemerintah Jerman, yang terus melakukan operasi penangkapan terhadap kelompok sayap kanan pendukung aksi terror Islamophobia dan Xenophobia di Jerman.
Menyerukan kepada semua generasi muda milenial ,organisasi kepemudaan dan media untuk terus mewaspadai rumor, hoax, informasi palsu dan mempromosikan kampanye anti terror Islamophobia terhadap etnis Uighur, RRC dan anti Tionghoa Xenophobia di Indonesia.
Demikian tulis Direktur Belain, Abdussalam Hehanussa menyampaikan sikap dukungannya dalam rilisnya yang di terima Saburomedia.com, Rabu (19/02/2020). (SM1)